Matahari berwarna merah di langit ketika masih fajar, terlihat begitu indah. Suasana sejuk masih menyelimuti seluruh desa Nedhen, orang-orang juga sudah mulai bekerja sekarang ini.
Lug kini sedang melatih Nagisa untuk mempelajari sihir Cahaya Penembus. Perkembangannya cukup cepat dan gadis itu sudah bisa melakukannya sedikit demi sedikit. Sekarang sudah hari keempat semenjak Lug pulang dari perburuannya. Seluruh desa bahkan sudah tahu bahwa anak kedua Vans dan Nivi ini membawa dua gadis dari pedalaman hutan dan mendapatkan kristal ajaib dalam jumlah yang banyak.
Teressa juga telah mendapatkan pelatihan yang sama dengan adiknya seperti saat di goa. Dan kini dia juga sedang berlatih sebuah sihir. Sihir yang ia dapatkan dari Lug adalah sihir tipe penguatan dengan tiga lingkaran sihir, namanya ialah Kilauan Bintang.
Cahaya Penembus adalah sihir yang dapat memancarkan cahaya yang sangat kuat dan panas. Sihir itu begitu solid bahkan dapat menembus baja.
Sementara Kilauan Bintang adalah sihir penguatan yang membuat tubuh penggunanya berkilauan seperti ditaburi oleh serbuk bintang. Sihir itu membuat penggunanya dapat mengurangi dampak dari serangan sihir yang diterimanya secara signifikan. Sekaligus sihir ini memperkuat konsentrasi sihir tipe serangan dan pertahanan. Sihir Kilauan Bintang tak bisa memperkuat sihir orang lain dan juga sihir ke penguatan lainnya.
Mereka berlatih di halaman belakang rumah, karena halaman belakang cukup luas dan masih kosong. Vans bahkan sempat berpikir untuk menggunakannya sebagai perkebunan, tetapi sekarang sudah digunakan Lug untuk melatih dua gadis yang dia bawa pulang.
Setelah itu, pelatihan Teressa dan Nagisa selesai. Sekarang adalah giliran Lug berlatih, tetapi pelatihannya adalah menyesuaikan diri dengan sihir barunya. Perkembangannya begitu cepat karena dia berhasil menyesuaikan diri hanya dalam tiga setengah jam saja. Itu rekor yang luar biasa, karena biasanya sihir yang baru saja masuk ke dunia yang berbeda harus menyesuaikan diri penggunanya terlebih dahulu agar dapat efektif dan fleksibel ketika digunakan.
"Latihan setelah ini adalah latihan untuk menaikkan tingkatan sihir yang kukuasai. Huh ... Setidaknya pasti membutuhkan waktu hingga berbulan-bulan," gumamnya.
Pelatihannya terus dia kembangkan setiap hari sembari melatih dua gadis yang bersamanya. Teressa juga semakin lama semakin menaruh rasa kepercayaan kepada Lug.
Nagisa juga sekarang tidak lagi berlatih sihir, dia berlatih untuk dapat bergerak lebih fleksibel dan lincah ketika dalam pertarungan yang sebenarnya.
Untuk mengembangkannya, Lug melatihnya dengan cara bertarung secara langsung yang bertujuan untuk melatih refleksnya. Pelatihan berlangsung dari pagi hingga sore hari setiap harinya.
Nagisa benar-benar kewalahan ketika menghadapi Lug. Gerakan lawannya itu begitu lincah dan sulit untuk ditebak, sihir yang dikuasai juga beragam walaupun ketika digunakan untuk melawan gadis itu hanya satu sihir saja.
"Kak Lug, biarkan aku beristirahat terlebih dahulu," pinta Nagisa.
Lug tersenyum sembari melontarkan sihirnya yang terakhir, "Baiklah, tapi hindari sihir ini terlebih dahulu!" Di tangannya terbentuk lingkaran sihir berwarna hitam yang mana muncul bayangan hitam yang mencuat dari lingkaran sihir tersebut. Bayangan bayangan itu bergerak mengejar Nagisa dengan sangat cepat.
BUUG
Gadis itu terserang dan terlempar menghantam tanah. Alhasil punggung dan pantatnya memar akibat gesekan yang terlalu kasar ketika bersentuhan dengan tanah.
Sebenarnya Lug juga sudah mengurangi setengah kekuatan dari sihirnya itu, Jari Jari Bayangan. Walaupun begitu, Nagisa masih belum memiliki refleks yang bagus untuk menghindari serangan ataupun bertahan. Pelatihan hanya baru berlangsung selama beberapa hari saja dan tak mungkin gadis itu langsung menjadi ahli, karena itulah latihannya sangat rutin dan keras. Meski bagi Lug latihan itu lebih perlahan dari apa yang seharusnya.
Teressa sebenarnya sangat khawatir dengan latihan adiknya, tetapi gadis kecil itu meyakinkan kakaknya dengan sepenuh hati jika dirinya lah yang menginginkannya.
Lug mendatangi Nagisa dan memberikan tangannya untuk membantunya berdiri. "Latihannya belum selesai, setelah ini kau akan berlatih refleks serangan fisik langsung, jangan lupa gunakan pakaian yang ibu jahitkan."
"Baiklah," ucap Nagisa seraya tersenyum lebar.
Pakaian yang dimaksud oleh Lug adalah pakaian berwarna hitam yang sangat ketat dan lentur. Sangat fleksibel jika digunakan untuk berlatih seperti bertarung yang membutuhkan kelincahan dan kelenturan tubuh. Lug bahkan berinisiatif untuk memodifikasi pakaian tersebut di masa depan agar bisa digunakan untuk berbagai macam aktivitas di luar latihan.
Sebelumnya Lug adalah model bagi ibunya untuk membuat pakaian tersebut. Tapi ...
"IBUUU ... KENAPA KAU MENAMBAHKAN TELINGA KELINCI?!!!"
Anak itu benar-benar terlihat lucu, ibunya itu menjahilinya dengan menambahkan beberapa bagian aksesoris.
Nivi tertawa kecil melihatnya, "Kau ini ... Lug, kau benar-benar imut." ujarnya sembari tertawa.
Bahkan Teressa dan Nagisa ikut tertawa melihatnya. "Kakak ... Hahaha, k-kau benar-benar lucu."
Gelak tawa di dalam satu rumah itu pecah, hanya Lug yang memasang wajah masam karena merasa kesal dan malu. Hanya saja ayahnya sedang tidak ada di sana, dia sedang berada di belakang rumah untuk menempa senjata baru.
Dan sekarang Lug dan Nagisa makan bersama di meja yang ada di dekat pintu. Pintu itu langsung menghubungkan ke ruang dapur. Makanan dan minuman yang ada di atas meja itu memang sudah dipersiapkan oleh Nivi dan Teressa jika sudah waktunya untu beristirahat.
"Kakak Lug, terima kasih ya, sudah membantuku berlatih selama beberapa hari ini," ucap Nagisa seraya tersenyum hangat yang penuh ketulusan.
Lug membalas senyumannya itu, "Sama-sama."
"Oh iya, kak, apa aku di masa depan bisa menjadi sekuat dirimu?"
Lagi-lagi Lug tersenyum, "Kau bahkan bisa jauh lebih kuat dariku yang sekarang di masa depan. Jika kau berlatih rutin di bawah bimbinganku, aku bisa menjamin kurang dari tiga tahun kau bisa sekuat aku," terangnya dengan yakin.
Nagisa terkejut sekaligus terharu mendengarnya, dia benar-benar tak menyangka akan bertemu dengan seseorang sepertinya.
Setelah beristirahat selama sekitar dua puluh menit, latihan fisik pun dimulai. Lug senantiasa memberinya pemanasan di tiap pelatihan entah itu latihan fisik maupun sihir. Yang berbeda adalah pemanasan di latihan sihir selalu diawali dengan menahan nafas selama beberapa detik hingga belasan kali dan memfokuskan pandangan. Sementara latihan fisik terdapat pelatihan gerakan split, gerakan kayang, mengontrol pernafasan, dan keseimbang tubuh.
Latihan fisik lah yang paling berat tetapi Nagisa tetap berusaha semaksimal mungkin. Lug memberikan jaminan jika latihan bisa berjalan lancar hingga usia delapan tahun nanti, maka keterampilannya akan sama dengan para bangsawan bangsawan yang memiliki bermacam-macam gelar.
Walaupun hal itu sempat diragukan oleh Teressa hingga sekarang, karena menurutnya Nagisa masih sangat kecil dan mudah untuk dibodohi.
Gadis pirang itu juga pernah bertanya kepada ibunya Lug apakah mereka mempunyai latar belakang yang sangat kuat atau semacamnya. Tetapi Nivi mengatakan apa adanya bahwa mereka benar-benar terlahir di desa terpencil ini, desa Nedhen.
*****
Dua bulan kemudian, Lug berhasil mengembangkan kemampuan dan potensi yang dimiliki oleh Nagisa. Gadis itu berhasil menguasai sihirnya dengan sempurna dan memiliki gerakan yang bagus dalam pertarung.
Sekarang Lug, Nagisa, dan Teressa sedang berada di halaman belakang, mereka sedang bersantai, mengobrol, dan menyeduh teh bersama. Lantas meminumnya dengan perlahan, setelah itu Lug berkata, "Latihan kita masih belum sampai pada puncaknya. Nagisa, aku ingin kau sekarang berlatih sihir berikutnya, kuasai sihir tiga lingkaran. Kuharap kau bisa."
Nagisa mengangguk dengan yakin bahwa dia bisa melakukannya. Di bawah pelatihan anak lelaki itu, dia merasa segalanya mungkin dapat terjadi bahkan hal yang mustahil terjadi sekalipun.
"Kakak, menurutmu sihir jenis apa yang harus aku kuasai sekarang?" tanya gadis itu sembari memasang pemberat di kakinya. Pemberat itu berisikan batu yang beratnya sekitar 1 kilogram.
Lug telah menyuruhnya memakai pemberat buatannya itu sudah dari dua Minggu yang lalu.
Latihan yang mengenakan pemberat kaki itu memang ada tujuannya. Yang pertama adalah meningkatkan kualitas dan berat latihan, dan yang kedua adalah agar Nagisa bisa lebih mudah menguasai sihir tipe penguatan tubuh. Biasanya orang yang baru pertama kali belajar sihir penguatan tubuh akan terkejut dengan peningkatan fisiknya yang drastis. Sehingga itu akan membuatnya tidak terbiasa dan sulit untuk menyempurnakan sihirnya.
Maka dari itu Lug ingin ...
"Aku ingin kau menguasai sihir tipe penguatan tubuh."
Dan lagi, biasanya sihir ini dikuasai setelah seseorang benar-benar menguasai berbagai sihir dengan sempurna.
"APA?!"
Teressa terkejut, karena itu bukanlah hal yang mudah bagi adiknya untuk berlatih sihir penguatan. Jelas saja, terkadang orang dewasa pun harus berlatih sedemikian mungkin untuk bisa menguasai sihir penguatan, tetapi adiknya dituntut untuk dapat menguasai sihir tipe penguatan tubuh setelah hanya berlatih dalam beberapa bulan saja.
"Kakak ... T-tidak apa-apa, ini ... A-aku yang memintanya," ujar Nagisa sembari memeluk tangan kakaknya dengan sangat erat.
Teressa memang sudah biasa melihat adiknya itu membela Lug, tetapi tetap saja gadis itu tak menyukainya. Apalagi ketika melihat adiknya terlihat seolah-olah mengagumi dan terpesona dengan anak lelaki itu.
Meski begitu, Teressa tak dapat berkata atau berbuat apa-apa lagi. Itu disebabkan karena permintaan adiknya sendiri. "Kau ini ... Ah, sudahlah." dengusnya seraya balik kanan meninggalkan mereka berdua latihan. Dia kembali masuk ke dalam rumah dan membereskannya.
Lug hanya tersenyum melihatnya. Di dalam hatinya ia berkata, sebenarnya dia adalah kakak yang baik. Tetapi potensi besar adiknya tak boleh disia-siakan begitu saja, dia seharusnya tahu itu.
Segera setelah itu pelatihan pun di mulai. Lug berdiri untuk memandu latihan gadis kecil yang ada di depannya. Karena Nagisa sudah siap untuk berlatih sihir selanjutnya, melalui cincin yang lelaki itu berikan, gadis ini memilih sihir melalui penglihatannya.
"Sihir tiga lingkaran, ingat itu!" tekan Lug.
Dan benar saja, Nagisa langsung memilih sihir penguatan dengan tiga lingkaran sihir. Sebenarnya bagi gadis tersebut itu adalah pelatihan yang panjang, sehingga tak mungkin menguasai sihirnya dalam waktu yang singkat. Menurutnya menguasai sihir tersebut hingga sempurna akan memakan waktu sampai satu tahun lebih.
Pelatihan kembali berlanjut. Nagisa memilih sihir Tubuh Api Tak Berwujud. Di mulai dengan menyesuaikan sumber mana, mana alam, dan ledakan mana. Ledakan mana digunakan agar dapat memantik api tak berwujudnya.
Pelatihan berlangsung hingga tiga jam lebih tanpa istirahat, lantas gadis itu masih mempersiapkan dirinya untuk latihan fisik. Tetapi Lug menyuruhnya untuk beristirahat sebentar dan tidak memaksakan dirinya, dan Nagisa benar-benar mematuhinya.
Makanan telah dipersiapkan di atas meja dan mereka berdua makan bersama.
Sebenarnya Teressa selama ini juga berlatih, tetapi Lug menyuruhnya untuk latihan mandiri karena usianya yang lebih dewasa. Hanya saja sihir yang dilatihnya itu masih belum kunjung dikuasainya.
"Kak Lug, bagaimana perkembangan kakak Teressa? Apa dia baik-baik saja saat latihan?" tanya Teressa mengkhawatirkan. Raut wajahnya tampak begitu cemas dan tatapan matanya menjadi begitu indah.
Lug menjawabnya dengan senyuman, "Dia baik-baik saja. Latihan yang kau lakukan lebih berat dari yang kakakmu lakukan, jadi tenang saja." Ucapannya itu benar-benar menenangkan hati Nagisa.
Setelah beberapa menit beristirahat, mereka kembali melakukan latihan fisik. Seperti biasanya, mereka mengawalinya dengan pemanasan terlebih dahulu.
Sementara itu, di tempat lain Teressa sedang berlatih sihir yang diberikan oleh Lug. Dia berlatih di dalam hutan yang berada di luar desa. Karena dia sendiri yang meminta latihan kepada Lug, maka anak lelaki itu memberinya sihir untuk dikuasai dengan 4 lingkaran sihir. Teressa meminta latihan dari Lug sejak setelah lima hari tinggal bersama. Mereka masih belum akrab sekarang, tetapi siapa yang tahu masa depan.
Tipe sihir yang dikuasai adalah bebas, terserah baginya memilih sihir dengan tipe apapun. Karena sekarang Teressa memiliki satu sihir tipe serangan dan dua sihir tipe pertahanan, maka gadis itu memilih sihir tipe serangan.
Sihir yang dipilih adalah sihir Naga Putih, sihir yang dapat memunculkan seekor naga berwarna putih terang layaknya cahaya matahari di siang hari. Untuk sihir Kilauan Bintang, Teressa juga masih mempelajarinya. Ketika seseorang telah mempelajari satu sihir, maka mereka bisa mempelajari beberapa sihir secara bersamaan setelahnya. Dan untuk gadis itu sendiri, pelatihannya tentunya akan memakan waktu yang sangat lama karena dua sihir yang akan dipelajarinya adalah sihir tiga dan empat lingkaran. Dan tentunya lagi itu bukanlah sihir yang mudah dikuasai.
Di dalam hati Lug berkata, di masa depan dia adalah orang yang sangat kubutuhkan. Gadis itu sebenarnya bisa ditundukkan dan sangat penurut, hanya saja untuk melakukan hal itu akan sangat sulit apalagi jika dipaksakan akan benar-benar melukainya. Tapi sekarang adalah cara yang tepat untuk bisa dekat dengannya, sehingga masa depan yang kulihat itu benar-benar terjadi.
Lug bisa melihat masa depan, tetapi yang dia lihat masih belum jauh dari realita pada saat ini. Sekiranya dia hanya mampu melihat masa di satu atau dua tahun mendatang. Dia bahkan dapat melihat masa lampau.
Benar-benar seorang leluhur yang bereinkarnasi.
Bersambung!!
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 124 Episodes
Comments
Bombom
Benar benar bisa diharapkan dari seorang Leluhur
2022-09-11
1
Mochamadribut
lanjut
2022-06-14
0
John Singgih
tujuan lug yang sebenarnya
2022-05-01
2