Chap 9 - Hari Ulang Tahun Qei

Cahaya matahari mulai terlihat di ufuk timur, cakrawala berwarna merah yang sangat indah. Hanya saja keindahan itu tak dapat dirasakan oleh Fana dan Qei yang sudah disiksa habis-habisan oleh Lug.

"Kalian harus rajin latihan, jika tidak usia kalian mungkin akan pendek."

Ucapan Lug itu benar-benar membuat dua anak yang dilatihnya itu senam jantung. Mereka paham kalimat itu yang merujuk pada kematian, dan lagi yang mengatakannya terlihat benar-benar serius.

Sementara Nagisa sedang berlatih di depan Fana dan Qei untuk memberikan contoh. Dua anak itu sangat kagum bahwa ada seorang gadis yang usianya lebih muda dibandingkan dengan mereka, justru lebih hebat dari mereka.

"Lug, apa dia berlatih seperti itu setiap hari? Dibawah bimbinganmu yang gila ini?" tanya Fana yang tak percaya.

Lug membalas, "Iya, memang kenapa?" Tatapan matanya benar-benar tajam dan bersungguh-sungguh. "Lihatlah perbandingannya? Kalian harus berlatih sepertinya setiap hari, dia baru berlatih dalam kurang lebih dua bulan, tapi sudah sehebat ini," imbuhnya.

Dan lagi-lagi dua anak yang sedari tadi latihan dengan tidak sungguh-sungguh itu menatap kagum gadis kecil di depannya. Nagisa senang karena hal tersebut.

Beberapa saat kemudian, mereka semua beristirahat dan makan makanan yang telah Lug siapkan. Mereka makan dengan lahapnya karena saking lelahnya.

Qei menghela nafas panjang. "Haaah ... haah ... haaah ... Latihan apa ini? Aku hampir tak sanggup melakukannya- dan setiap hari?" tanyanya sembari mencoba mengatur nafasnya yang tak beraturan.

Lalu seorang anak laki-laki berdiri, dia adalah Lug yang ingin memberikan sebuah instruksi. "Nagisa, apa kau bersedia membantuku?" pintanya seraya menyodorkan telapak tangannya.

Gadis yang dimintainya itu mengangguk, "Iya, baiklah." Lantas Nagisa meraih tangan anak laki-laki itu dan berdiri.

Kemudian Lug membisikkan sesuatu kepada gadis tersebut dan mereka mengangguk bersama. Setelah itu mereka menunjukkan sebuah kuda-kuda yang mereka latih tadi.

"Lihat ini!"

Lalu Lug memberikan isyarat kepada Nagisa dan gadis itu menyerang terlebih dahulu. Mereka bertarung tanpa menggunakan sihir sama sekali dan gerakan mereka sangat lentur. Hanya saja Nagisa masih sedikit kesulitan dalam mengatur pernafasannya, dia seolah masih gugup untuk berhadapan secara fisik tanpa mengandalkan sihir.

Lug bergerak seolah memang tak ingin memberikan perlawanan. Berbeda dengan Nagisa yang berusaha mati-matian tetapi seperti tidak sedang memberikan perlawanan.

Qei tampak kesal melihatnya, beralih darinya Fana justru tampak kagum melihatnya.

"Ternyata seperti ini hasil dari latihannya ... Wow ... " kagum Fana. Dia bahkan sampai memberikan tepuk tangan karena saking kagumnya.

Pertarungan antara Lug dan Nagisa kini berakhir dengan jatuhnya Nagisa yang sudah kelelahan. Dia sudah tak sanggup lagi hingga jatuh terduduk. Lug mengelus rambutnya untuk memberi semangat kembali.

"Jangan lupa, setelah ini kita akan latihan sihir!" seru lelaki itu.

Qei tiba-tiba berdiri dan menyela, "Hei, Lug, apa kau tak kasihan dengannya? Apa seperti itu yang namanya instruksi?!" serunya balik dengan nada tinggi.

Hanya saja Lug malah tersenyum, "Kau saja yang tak tahu, Nagisa lah yang sebenarnya meminta pertarungan langsung itu padaku," jawabnya.

Qei dan Fana lagi-lagi terkejut. "Apa itu benar, Nagisa?" tanya gadis berambut jingga itu.

Nagisa mengangguk, "Aku yang memang meminta untuk melakukan latihan pertarungan langsung kepada kakak Lug."

Qei tertegun mendengarnya, tak disangka seorang gadis manis seperti itu meminta latihan yang sangat berat kepada seorang malaikat pencabut nyawa seperti seorang Lug. Begitulah Lug di mata anak berkacamata itu.

"Tapi bukankah itu berlebihan?" tanyanya lagi yang masih tak percaya.

Nagisa menggeleng, "Itu untuk melatih keberanianku dan mengusir kegugupanku." Kalimat ini menusuk begitu dalam bagi seorang pemalas dan penakut seperti Qei.

Lug tersenyum semakin lebar melihatnya, "aku tak perlu menjelaskan, bukan?" sahutnya.

Dan ini membuat anak berambut putih itu tak bisa berkata-kata lagi.

Setelah itu, mereka melanjutkan pelatihannya yang mana kini adalah latihan sihir. Ini bertujuan agar meningkatkan sumber mana mereka yang sekarang masih amat sangat terbatas.

Dan lagi-lagi Qei dan Fana mengeluh di tengah latihan, walaupun latihannya tak seberat latihan fisik seperti sebelumnya. Tetap saja keduanya itu adalah latihan yang sangat berat.

Mana alam yang ada di sekitar berkumpul pada mereka, dan itu mengundang banyak hewan buas ke sana, dan sekarang sudah banyak hewan buas yang sedang menuju ke arah mereka. Lug memang mengetahui hal itu. Lantas dia menghampiri Nagisa, "Jaga mereka, aku akan keluar sebentar. Banyak hewan buas mulai berkumpul di sekitar sini, berhati-hatilah," bisiknya.

Lantas dia pergi. Qei dan Fana bertanya-tanya, "Ke mana dia ingin pergi?"

Nagisa menjawab seraya menoleh dan tersenyum kepada mereka berdua, "Aku juga tak tahu. Kakak Lug suka bermain rahasia."

Fana membatin, dia berbohong! Iya, dia berbohong, anak ini pasti tahu Lug ingin pergi ke mana. Aku lihat Lug tadi sempat berbisik padanya, tak mungkin dia tak tahu.

Sementara itu, Lug tiba-tiba bersin di tengah jalan seraya mengumpat, "Sialan kau, Fana!"

Tepat setelah itu, dia bertemu dengan sekelompok hewan buas dalam jumlah yang sangat banyak. Dia kini berada di atas sebuah batu besar dan tinggi yang mana dia bisa melihat banyak binatang buas yang sedang menuju ke arah tempat teman-temannya berlatih. Lantas dia segera menyiapkan sebuah sihir dalam skala yang sangat besar dan luas. Sihir tersebut membatasi pergerakan mereka sehingga tak bisa masuk ke dalam kawasan yang ada di dalam sihir tersebut. Sihir itu adalah sihir Penjara Kehampaan, sihir yang sama ketika digunakan untuk melindungi wilayah bazar.

Sebenarnya Lug mampu untuk membasmi kesemua hewan buas itu, hanya saja itu terlalu berlebihan dan mempengaruhi ekosistem hutan tersebut.

"Seharusnya sebesar ini sudah cukup."

Lantas dia pergi dan kembali untuk melatih tiga anak sebelumnya.

Sesampainya Lug di goa, dia melihat Qei dan Fana yang sedikit bermalas-malasan. Nagisa tampak sibuk sendiri dengan latihannya dan tidak memperdulikan dua orang di belakangnya. Melihat hal itu, jelas saja Lug marah. Salah satu masa depan yang dilihatnya memang memperlihatkan hal yang sama. Segera dia menyelinap dari balik pepohonan dan memukul kepala dua anak yang sedang bermalas-malasan.

DUG

"L-Lug?" ucap mereka terbata-bata karena terkejut. Mereka tak mengira bahwa pelatih kejam mereka telah tiba dari balik pepohonan.

Nagisa ikut terkejut karena mendengar suara pukulannya. Seketika juga gadis itu merasa bersalah karena membiarkan teman-temannya bermalas-malasan tanpa sepengetahuannya. Dia juga takut akan kemarahan Lug.

Anak laki-laki berambut hitam itu memelototi mereka berdua, "Kenapa kalian malah bermalas-malasan? Apa kalian tidak lihat Nagisa sedang berlatih teknik pernafasan?!" tanyanya dengan nada tinggi.

Fana dan Qei tak berani menatap mata anak itu langsung. Pikiran mereka sedang mencari-cari alasan yang tepat untuk berdalih dari perbuatan mereka.

"Ah, sudahlah! Latihannya akan kutingkatkan dua kali lipat!" seru Lug sembari berjalan melewati mereka berdua.

Fana dan Qei saling menatap satu sama lain, lalu ekspresi mereka berubah seketika. "Apa?! TIDAAAK!!!"

*****

Sore harinya latihan telah usai. Dua anak yang sempat bermalas-malasan tadi benar-benar dihukum dengan latihan selama berjam-jam tanpa istirahat sama sekali. Sekarang mereka berdua minum air sepuasnya. Air yang mereka minum adalah air yang mereka bawa dari rumah.

"Lug ... Kau itu iblis!" celetuk Qei.

Walaupun orang yang dimaksud itu jauh darinya, tetapi tetap menoleh karena mendengarnya.

Lantas Lug mendekatinya, "Apa kau ingin latihan tambahan?" tanyanya dengan senyuman yang sangat mengerikan. Seolah ada asap hitam di belakang punggungnya yang membuat suasananya semakin mencekam.

Qei menyeringai ketakutan, "T-tidak ... Aku ... Aku hanya bercanda," ujarnya.

B-bagaimana dia bisa mendengarnya? Apakah telinganya itu sesensitif itu? Batin anak berambut putih itu.

"Ya! Telingaku memang sangat sensitif!" Tiba-tiba saja Lug membalas sembari mendekatkan wajahnya ke wajah Qei.

"K-KAU MENDENGAR SUARA BATINKU?!!!" teriak Qei terkejut.

Tapi tiba-tiba saja wajah Lug menghilang, dia melihat anak yang menebak suara hatinya itu jauh dan sudah memalingkan wajahnya. Itu tampak seperti Lug telah pergi sedari tadi dan tidak terjadi apa-apa.

Apa tadi aku sedang melamun? Aneh, batin anak berambut putih itu lagi seraya menggeleng-gelengkan kepalanya. Dia bingung sendiri dan lantas membaringkan tubuhnya di tanah. Mengerikan kalau dia benar-benar bisa membaca kata hati orang lain.

Setelah itu, Nagisa mendekati Lug dan berusaha untuk menghiburnya. Dia juga meminta maaf atas keteledorannya karena tidak memperhatikan Fana dan Qei.

Lug tersenyum hangat padanya, "Tak apa-apa. Lagipula aku sebenarnya tak ingin latihanmu terhambat karena mereka berdua," ujarnya seraya mengelus kepala Nagisa.

Gadis itu senang Lug memaafkannya, tetapi dia sebenarnya tak tega melihat Fana dan Qei harus berlatih sampai di luar batas kemampuan mereka. Dan latihannya bahkan sampai melebihi latihan yang gadis itu lakukan sehari-hari.

"Kakak Lug, bukankah yang tadi itu terlalu berlebihan?" tanyanya keberatan, Nagisa benar-benar tak tega melihat orang lain tersiksa.

Fana menyadari pertanyaan Nagisa, dia terharu mendengar gadis kecil itu mempedulikannya. Memang benar bahwa latihan yang Lug berikan terlalu berat apalagi dilakukan oleh pemula yang baru pertama kali melakukannya. Tetapi Nagisa juga dilatih seperti itu setiap harinya, hanya saja gadis itu sangat jarang hingga bahkan seperti tak pernah mengeluh sama sekali.

Tetapi dengan santainya Lug menjawab, "Tak perlu dipikirkan. Memangnya siapa suruh mereka bermalas-malasan tadi?" ujarnya seraya tersenyum jahat ke arah Fana dan Qei.

Gadis berambut jingga itu sangat kesal melihatnya, seakan dia ingin sekali memukul kepalanya. Ingin rasanya aku memukul kepalanya itu, batinnya.

"Kau ingin memukul kepalaku?"

Tiba-tiba saja Lug berdiri di depan Fana dan wajahnya berada di depan mukanya hingga begitu dekat, dan auranya sangat mencekam. Gadis itu benar-benar terkejut dan ketakutan setengah mati. Sekujur tubuhnya bergetar pada saat ini.

Dan ketika Fana mengedipkan matanya, ternyata Lug sedang berbicara dengan Nagisa. Seolah anak laki-laki itu tidak pernah berbicara dan mendekatinya sebelumnya.

Apa aku salah lihat tadi? Apa yang terjadi? Lantas Fana menggelengkan kepalanya dan mengedipkan matanya berkali-kali. Mungkin saja aku salah lihat batinnya lagi yang kebingungan.

Gadis itu berdiri karena merasa ada yang aneh, dia tak tahu apa dan ketika melihat Qei, anak berambut putih itu ternyata telah tertidur pulas. Dan ketika melihat ke mulut goa, Fana sudah tak lagi melihat Lug dan Nagisa di sana. Mereka berdua telah pergi entah ke mana setelah berbisik barusan.

Tetapi sebenarnya Lug dan Nagisa sedang mempersiapkan sebuah hadiah untuk ulang tahun Qei. Mereka berdua memang sudah menyiapkannya sebelum berangkat. Lug lah yang menyarankannya karena dia ingat bahwa temannya itu berulang tahun pada hari ini. Nagisa terlihat gelisah di saat mempersiapkan hadiahnya. "Tapi kak, aku masih belum mengenal mereka sepenuhnya. Aku takut kakak Qei tak suka dengan hadiahku," ujarnya sembari menatap cemas ke sebuah kotak yang dipegangnya.

Lug tersenyum menanggapinya, "Tenang saja. Aku kenal Qei, dia tak mungkin menolak apalagi sampai berkomentar buruk tentang hadiah yang diterimanya. Apalagi yang memberikannya itu gadis imut sepertimu."

"Kakak! Kau bisa saja."

Nagisa mengangguk percaya dengan kata-kata Lug, dia sentiasa percaya padanya.

Dan karena langit telah berubah menjadi gelap, mereka berdua masuk dan mempersiapkan api unggun untuk menghangatkan tubuh. Ketika malam tiba, tetesan air turn dari langit. Hujan gerimis semakin menyelimuti dinginnya malam itu.

Qei terbangun tepat setelah hujan gerimis tiba, dia mengusap matanya dan duduk memandangi sekitarnya.

"TADA!!! SELAMAT ULANG TAHUN!"

Tiba-tiba saja teman-temannya itu mengejutkannya dengan melemparkan kertas warna-warni. Fana sebenarnya juga sudah mengetahui rencana Lug dan Nagisa, sehingga ketika mereka berdua hendak keluar, ia sudah terpikirkan untuk bergabung dengan rencana mereka.

Qei terkejut hingga melompat dan bahkan kepalanya hampir mengenai dinding goa. Tetapi dia bahagia karena teman-temannya tidak melupakan hari istimewanya. Qei pun tersenyum bahagia dan tertawa bersama-sama dengan temannya. Dia berterima kasih atas perayaannya yang dirayakan di dalam goa itu.

"Kalian benar-benar teman yang baik, kuharap kita bisa seperti ini selamanya," puji Qei berharap.

Lug juga sudah mempersiapkan banyak daging dan memakannya bersama dengan yang lainnya. Suasana di dalam goa itu benar-benar diisi oleh kebahagiaan dan kesenangan, walaupun sebelumnya ada rasa kesal yang terpendam di dalam hati.

Bersambung!!

Terpopuler

Comments

Mochamadribut

Mochamadribut

lanjut terus

2022-06-16

1

John Singgih

John Singgih

hadiah ulang tahun untuk qei

2022-05-04

2

John Singgih

John Singgih

turun brow

2022-05-04

2

lihat semua
Episodes
1 Prolog
2 Chap 1 - Pergi Berburu
3 Chap 2 - Batasan Sihir
4 Chap 3 - Pulang
5 Chap 4 - Latihan
6 Chap 5 - Hujan Lebat
7 Chap 6 - Fana
8 Chap 7 - Qei
9 Chap 8 - Ketakutan Nagisa
10 Chap 9 - Hari Ulang Tahun Qei
11 Chap 10 - Makhluk Mistik
12 Chap 11 - Sihir Transformasi
13 Chap 12 - Keluarga Laurent
14 Chap 13 - Luis
15 Chap 14 - Rakt
16 Chap 15 - Sebuah Romansa?
17 Chap 16 - Keharmonisan
18 Chap 17 - Rakt dan Teressa
19 Chap 18 - Panahan
20 Chap 19 - Tragedi Memalukan
21 Chap 20 - Amukan Rakt
22 Chap 21 - Dua Rusa
23 Chap 22 - Teressa
24 Chap 23 - Lug dan Nagisa
25 Chap 24 - Tiga Tahun
26 Chap 25 - Es Krim
27 Chap 26 - Sesosok Monster?
28 Chap 27 - Metode Baru
29 Chap 28 - Ulang Tahun Lug
30 Chap 29 - Pernikahan Rakt dan Teressa
31 Chap 30 - Seleksi
32 Chap 31 - Seleksi (2)
33 Chap 32 - Pertandingan yang dahsyat
34 Chap 33 - Akademi Sihir Kerajaan
35 [Arc Keluarga Azamuth] Chap 34 - Tertidur
36 Chap 35 - Bermasalah
37 Chap 36 - Tersedak
38 Chap 37 - Mengungkapkan Identitas
39 Chap 38 - Kutukan Zephyr
40 Chap 39 - Pusing
41 Chap 40 - Perpustakaan Sihir
42 Chap 41 - Raini Eveline
43 Chap 42 - Raini Eveline (2)
44 Chap 43 - Berlatih Tanding
45 Chap 44 - Bualan Semata
46 [Arc Keluarga Azamuth: Berakhir] Chap 45 - Sihir Lima Lingkaran
47 Pengumuman
48 Chap 46 - Ujian Perburuan
49 Chap 47 - Ujian Perburuan (2)
50 Chap 48 - Makan Bersama
51 Chap 49 - Performa Lug
52 Chap 50 - "Refleks yang bagus"
53 Chap 51 - Melawan penyembah Dewa Iblis
54 Chap 51.5 - Melawan penyembah Dewa Iblis
55 Chap 52 - Melawan penyembah Dewa Iblis (2)
56 Chap 53 - Hilangnya Lug
57 Chap 54 - Kesedihan Mendalam
58 Chap 55 - Kesedihan Mendalam (2)
59 Chap 56 - Kesedihan Rakt
60 Chap 57 - Kalung Misterius
61 Chap 58 - Keceriaan yang kembali perlahan
62 Chap 59 - Pholine Quint
63 Chap 60 - Pholine Quint [Akhir Volume I]
64 Vol II Chap 1 - Seorang Gadis Ranker Perak
65 Vol II Chap 2 - Informasi Penting
66 Vol II Chap 3 - Kemenangan Raini
67 Vol II Chap 4 - Kemenangan Raini (2)
68 Vol II [Arc Ranker] Chap 5 - Kelopak Bunga
69 Vol II Chap 6 - Nona Muda Claudia
70 Vol II Chap 7 - Duke Claudia
71 Vol II Chap 8 - Kesepakatan
72 Vol II Chap 9 - Keberangkatan
73 Vol II Chap 10 - Berpamitan
74 Vol II Chap 11 - Keberangkatan Nagisa
75 Vol II Chap 12 - Dataran Exter
76 Vol II Chap 13 - Pusaran Angin Seribu Lengan
77 Vol II Chap 14 - Pusaran Angin Seribu Lengan (2)
78 Vol II Chap 15 - Kehadiran Nagisa
79 Vol II Chap 16 - Monster Mistik dan Blasteran
80 Vol II Chap 17 - Makhluk Mistik dan Blasteran (2)
81 Vol II Chap 18 - Dunia Kekacauan Arus Waktu
82 Vol II Chap 19 - Mendapatkan Pusaran Angin Seribu Lengan
83 Vol II Chap 20 - Menempuh Waktu
84 Vol II Chap 21 - Pertemuan Kembali
85 Vol II Chap 22 - Kembali menjadi Nio
86 Vol II Chap 23 - Rencana Nio
87 Vol II Chap 24 - Ingatan Alice
88 Vol II [Arc Ranker: Berakhir] Chap 25 - Ingatan Alice (2)
89 Vol II Chap 26 - Nagisa dan Nivi
90 Vol II Chap 27 - Pengungkapan Kisah Nagisa
91 Vol II Chap 28 - Aktivitas Mesum
92 Vol II Chap 29 - Percakapan di atas meja
93 Vol II Chap 30 - Jalan-jalan di taman
94 Vol II [Arc : Kehancuran Semesta] Chap 31 - Peristiwa Dahsyat
95 Vol II Chap 32 - Kepercayaan
96 Vol II Chap 33 - Kepercayaan (2)
97 Vol II Chap 34 - Nio di kerajaan Da Nuaktha
98 Vol II Chap 35 - Pertemuan Kembali
99 Vol II Chap 36 - Perasaan Yang Harus Diungkapkan
100 Vol II Chap 37 - Janji
101 Vol II Chap 38 - Kerinduan Terpendam
102 Vol II Chap 39 - Hari Pernikahan Lug
103 Vol II Chap 40 - Menemui Zephyr
104 Vol II Chap 41 - Dunia Iblis
105 Vol II Chap 42 - Vampir Humanoid
106 Vol II Chap 43 - Lich
107 Vol II Chap 44 - Lich (2)
108 Vol II Chap 45 - Bertemu dengan Empat Ranker Langit
109 Vol II Chap 46 - Dua Ghoul
110 Vol II Chap 47 - Naga dan Phoenix
111 Vol II Chap 48 - Pedang Penghubung Dunia
112 Vol II Chap 49 - Zwachievior
113 Vol II Chap 50 - Zwachievior (2)
114 Vol II Chap 51 - Yinsha
115 Vol II Chap 52 - Kehadiran yang mengejutkan
116 Vol II Chap 53 - Kepercayaan Baru
117 Vol II Chap 54 - Sambaran Petir Hitam
118 Vol II Chap 55 - Sikap Protektif Yinsha
119 Vol II Chap 56 - Retakan Dimensi
120 Vol II Chap 57 - Sambutan Dewa Leo, Dewa Konstelasi Kelima
121 Vol II Chap 58 - Kehadiran Tiga Dewa Konstelasi Lain
122 Vol II Chap 59 - Ramalan
123 Vol II Chap 60 - Keputusan Terbaik
124 Next or New
Episodes

Updated 124 Episodes

1
Prolog
2
Chap 1 - Pergi Berburu
3
Chap 2 - Batasan Sihir
4
Chap 3 - Pulang
5
Chap 4 - Latihan
6
Chap 5 - Hujan Lebat
7
Chap 6 - Fana
8
Chap 7 - Qei
9
Chap 8 - Ketakutan Nagisa
10
Chap 9 - Hari Ulang Tahun Qei
11
Chap 10 - Makhluk Mistik
12
Chap 11 - Sihir Transformasi
13
Chap 12 - Keluarga Laurent
14
Chap 13 - Luis
15
Chap 14 - Rakt
16
Chap 15 - Sebuah Romansa?
17
Chap 16 - Keharmonisan
18
Chap 17 - Rakt dan Teressa
19
Chap 18 - Panahan
20
Chap 19 - Tragedi Memalukan
21
Chap 20 - Amukan Rakt
22
Chap 21 - Dua Rusa
23
Chap 22 - Teressa
24
Chap 23 - Lug dan Nagisa
25
Chap 24 - Tiga Tahun
26
Chap 25 - Es Krim
27
Chap 26 - Sesosok Monster?
28
Chap 27 - Metode Baru
29
Chap 28 - Ulang Tahun Lug
30
Chap 29 - Pernikahan Rakt dan Teressa
31
Chap 30 - Seleksi
32
Chap 31 - Seleksi (2)
33
Chap 32 - Pertandingan yang dahsyat
34
Chap 33 - Akademi Sihir Kerajaan
35
[Arc Keluarga Azamuth] Chap 34 - Tertidur
36
Chap 35 - Bermasalah
37
Chap 36 - Tersedak
38
Chap 37 - Mengungkapkan Identitas
39
Chap 38 - Kutukan Zephyr
40
Chap 39 - Pusing
41
Chap 40 - Perpustakaan Sihir
42
Chap 41 - Raini Eveline
43
Chap 42 - Raini Eveline (2)
44
Chap 43 - Berlatih Tanding
45
Chap 44 - Bualan Semata
46
[Arc Keluarga Azamuth: Berakhir] Chap 45 - Sihir Lima Lingkaran
47
Pengumuman
48
Chap 46 - Ujian Perburuan
49
Chap 47 - Ujian Perburuan (2)
50
Chap 48 - Makan Bersama
51
Chap 49 - Performa Lug
52
Chap 50 - "Refleks yang bagus"
53
Chap 51 - Melawan penyembah Dewa Iblis
54
Chap 51.5 - Melawan penyembah Dewa Iblis
55
Chap 52 - Melawan penyembah Dewa Iblis (2)
56
Chap 53 - Hilangnya Lug
57
Chap 54 - Kesedihan Mendalam
58
Chap 55 - Kesedihan Mendalam (2)
59
Chap 56 - Kesedihan Rakt
60
Chap 57 - Kalung Misterius
61
Chap 58 - Keceriaan yang kembali perlahan
62
Chap 59 - Pholine Quint
63
Chap 60 - Pholine Quint [Akhir Volume I]
64
Vol II Chap 1 - Seorang Gadis Ranker Perak
65
Vol II Chap 2 - Informasi Penting
66
Vol II Chap 3 - Kemenangan Raini
67
Vol II Chap 4 - Kemenangan Raini (2)
68
Vol II [Arc Ranker] Chap 5 - Kelopak Bunga
69
Vol II Chap 6 - Nona Muda Claudia
70
Vol II Chap 7 - Duke Claudia
71
Vol II Chap 8 - Kesepakatan
72
Vol II Chap 9 - Keberangkatan
73
Vol II Chap 10 - Berpamitan
74
Vol II Chap 11 - Keberangkatan Nagisa
75
Vol II Chap 12 - Dataran Exter
76
Vol II Chap 13 - Pusaran Angin Seribu Lengan
77
Vol II Chap 14 - Pusaran Angin Seribu Lengan (2)
78
Vol II Chap 15 - Kehadiran Nagisa
79
Vol II Chap 16 - Monster Mistik dan Blasteran
80
Vol II Chap 17 - Makhluk Mistik dan Blasteran (2)
81
Vol II Chap 18 - Dunia Kekacauan Arus Waktu
82
Vol II Chap 19 - Mendapatkan Pusaran Angin Seribu Lengan
83
Vol II Chap 20 - Menempuh Waktu
84
Vol II Chap 21 - Pertemuan Kembali
85
Vol II Chap 22 - Kembali menjadi Nio
86
Vol II Chap 23 - Rencana Nio
87
Vol II Chap 24 - Ingatan Alice
88
Vol II [Arc Ranker: Berakhir] Chap 25 - Ingatan Alice (2)
89
Vol II Chap 26 - Nagisa dan Nivi
90
Vol II Chap 27 - Pengungkapan Kisah Nagisa
91
Vol II Chap 28 - Aktivitas Mesum
92
Vol II Chap 29 - Percakapan di atas meja
93
Vol II Chap 30 - Jalan-jalan di taman
94
Vol II [Arc : Kehancuran Semesta] Chap 31 - Peristiwa Dahsyat
95
Vol II Chap 32 - Kepercayaan
96
Vol II Chap 33 - Kepercayaan (2)
97
Vol II Chap 34 - Nio di kerajaan Da Nuaktha
98
Vol II Chap 35 - Pertemuan Kembali
99
Vol II Chap 36 - Perasaan Yang Harus Diungkapkan
100
Vol II Chap 37 - Janji
101
Vol II Chap 38 - Kerinduan Terpendam
102
Vol II Chap 39 - Hari Pernikahan Lug
103
Vol II Chap 40 - Menemui Zephyr
104
Vol II Chap 41 - Dunia Iblis
105
Vol II Chap 42 - Vampir Humanoid
106
Vol II Chap 43 - Lich
107
Vol II Chap 44 - Lich (2)
108
Vol II Chap 45 - Bertemu dengan Empat Ranker Langit
109
Vol II Chap 46 - Dua Ghoul
110
Vol II Chap 47 - Naga dan Phoenix
111
Vol II Chap 48 - Pedang Penghubung Dunia
112
Vol II Chap 49 - Zwachievior
113
Vol II Chap 50 - Zwachievior (2)
114
Vol II Chap 51 - Yinsha
115
Vol II Chap 52 - Kehadiran yang mengejutkan
116
Vol II Chap 53 - Kepercayaan Baru
117
Vol II Chap 54 - Sambaran Petir Hitam
118
Vol II Chap 55 - Sikap Protektif Yinsha
119
Vol II Chap 56 - Retakan Dimensi
120
Vol II Chap 57 - Sambutan Dewa Leo, Dewa Konstelasi Kelima
121
Vol II Chap 58 - Kehadiran Tiga Dewa Konstelasi Lain
122
Vol II Chap 59 - Ramalan
123
Vol II Chap 60 - Keputusan Terbaik
124
Next or New

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!