Festival panen besar-besaran sudah akan tiba, festival biasanya akan diadakan dua tahun sekali. Tetapi karena dirasa panen kali ini akan menjadi yang terbaik dalam beberapa tahun ini. Sehingga warga desa Nedhen sangat antusias sekali.
Pada saat ini, kepala desa telah mempersiapkan tanah yang luas untuk sebuah bazar nantinya. Bukan hanya saat festival, bazar itu dikabarkan akan dibuka di setiap hari bagi mereka yang berkeinginan untuk berjualan.
Lug dan Teressa sedang mempersiapkan barang-barang untuk festival nantinya, mereka benar-benar sibuk di hari ini. Sekarang mereka sedang membawa beberapa potong kayu untuk dijadikan sebagai lapak mereka. Vans dan Nivi juga telah mengizinkan mereka berdua, bahkan mereka membantu anaknya.
"Lug, apa bazar itu akan sangat ramai? Aku tak pernah melihatnya," tanya Teressa yang sedang membopong sepotong kayu yang lumayan besar–kiranya seukuran guling pada umumnya.
Lug menoleh, "Festival kali ini akan menjadi sangat meriah, kau lihat saja nanti akan jadi seramai apa desa ini," ucapnya dengan riang.
Tetapi di dalam hatinya Lug membatin tentang suatu hal. Akan terjadi sesuatu yang sangat tak diinginkan oleh warga desa ini. Kuharap apa yang kulihat itu hanya salah satu masa depan yang tidak benar-benar terjadi. Walau tetapi ...
Meskipun Lug bisa melihat masa depan, tetapi dia hanya melihat kemungkinannya saja. Tidak semua masa depan yang dilihatnya akan benar-benar terjadi karena kemampuannya belum sampai pada tingkat di mana bisa benar-benar melihat dan mengubah masa depan secara pasti. Yang dilihatnya sekarang ada satu dari belasan kemungkinan yang terjadi. Semakin jauh masa depan yang ia lihat, semakin banyak juga jumlah kemungkinan yang terjadi.
Tetapi pecahan masa depan yang dilihatnya itu memiliki kemungkinan terjadi. Satu kejadian kecil saja sebenarnya bisa mengubah masa depan. Sehingga Lug biasanya hanya melihat masa depan sejauh satu hingga lima menit saja. Dan itu biasanya akan membuatnya pusing jika terus menerus dilakukan dalam skala yang besar.
Ibarat seseorang yang menempuh suatu jalan dan ada sepuluh jalur yang berbeda tetapi saling berhubungan satu sama lain. Satu saja kejadian bisa membuatnya berjalan di jalur yang lain.
Setelah selesai membangun lapaknya hingga langit sudah petang, Lug segera kembali untuk memeriksa latihan Nagisa. Gadis itu tetap baik-baik saja, hanya saja sedikit memaksakan diri ketika Lug tinggalkan.
Dan sekarang Nagisa sedang terjatuh di saat latihan fisiknya.
"Dari dulu sudah kubilang, jangan terlalu memaksakan! Kau ini ... " tegur anak lelaki itu seraya bertolak pinggang.
Nagisa hanya menyeringai dan menggaruk kepalanya yang tidak gatal. Lantas ia berdiri sendiri dan masih ingin melanjutkan latihannya. Tetapi Lug tidak ingin gadis itu melanjutkannya, karena sinar matahari sudah mulai meredup.
"Sudah, sudah. Latihan hari ini cukup, kita lanjutkan besok lagi," ujar Lug. Nagisa mengangguk sembari tersenyum senang menanggapi ucapannya.
"Baiklah kak."
Matahari telah tenggelam, keberadaannya pun telah digantikan oleh bulan dan bintang. Pada malam itu desa sangatlah terang dan masih cukup ramai. Beberapa orang masih mempersiapkan kedai mereka masing-masing. Teressa dan Nagisa juga sedang mempersiapkan apa yang akan mereka jual di hari festival nantinya.
Beberapa jam kemudian, suasana malam telah berubah menjadi seperti biasanya, gelap dan sunyi. Waktu seperti inilah yang Lug gunakan untuk berlatih, angin malam yang biasanya buruk untuk tubuh sebenarnya hanyalah angin yang mengandung mana di dalamnya. Karena mana yang ikut terhembus itu cukup pekat dan kacau, banyak orang yang menghindarinya. Hal itu disebabkan kebanyakan dari mereka tak mengetahui pemanfaatan angin malam dan cara pemanfaatannya.
Pada saat ini, Lug berada di atas rumah. Dia mengangkat tangannya lalu menggoyangkannya seolah mengikuti aliran angin.
Huuuh, malam ini lebih dingin dari biasanya, sepertinya tengah malam nanti akan hujan, batin Lug.
WUUUSH
Angin berhembus dengan kencang dan sangat dingin. Lug sekarang sedang ingin menguasai pengendalian sihir alam, sihir yang ia latih sangat berhubungan dengan itu. Dia juga memperkirakan bahwa latihannya untuk menguasai sihir tersebut akan memakan waktu lebih lama dari latihan Nagisa. Kini gadis itu sudah terlelap di atas ranjang yang Lug gunakan untuk tidur biasanya.
DUAARR
Petir menggelegar di atas awan, kilatan cahayanya begitu terang seperti cahaya matahari, namun dalam waktu yang amat sangat singkat.
Karena dirasa akan ada hujan badai yang sangat lebat, para warga mulai gelisah. Mereka resah akan lapak yang sudah mereka siapkan mungkin saja hancur diterpa angin.
Lug masih berusaha untuk fokus dan tenang, dia berusaha merasakan aliran mana yang sangat kacau dari hembusan angin yang semakin lama semakin kencang. Matanya terus menutup agar dirinya bisa semakin fokus.
Hingga beberapa saat kemudian, Lug berhasil mengendalikan aliran mana di sekitar yang sangat kacau. Tetapi hujan badai benar-benar turun setelah anak lelaki ini berhasil melakukannya. Hujannya sangat lebat, kilat dan guntur sentiasa menggelegar di atas awan. Bukannya memilih untuk masuk ke dalam rumah, Lug malah pergi ke suatu tempat. Dia pergi ke tempat di mana bazar akan dibuka nantinya. Karena hujannya sangat lebat, anak itu kesulitan saat berlari. Seolah wajahnya ditimpa oleh ribuan paku ketika berlari dengan kencang.
Sesampainya di tempat tujuannya, Lug segera mempersiapkan sebuah sihir yang sangat besar. Ukurannya sangat besar sampai menutupi seluruh tanah yang akan digunakan untuk bazar nantinya. Sihir yang digunakannya adalah sihir tiga lingkaran, Penjara Kehampaan.
Sihir itu berupa kubus yang bagian permukaannya mengacaukan cahaya dan udara di sekitarnya. Apa yang ada di dalam penjara itu takkan bisa keluar dan apapun yang berada di luarnya takkan bisa masuk kecuali atas kehendak Lug. Maka dari itu semua air hujan yang menimpanya akan langsung terpental karena udaranya sangat kacau dan solid ketika berada di permukaan sihir tersebut. Sihir itu dapat berevolusi menjadi sihir yang lebih mengerikan lagi seperti halnya sihir Akselerasi Gravitasi.
Lug memang selalu menggunakan sihir yang dapat berevolusi, hampir kesemua sihirnya memang dapat berevolusi.
"Setidaknya semua lapak yang ada di dalamnya telah aman. Ya ... Walau aku sedikit terlambat, haha," gumamnya sembari tertawa dan menggaruk kepalanya yang tidak gatal.
Karena sudah basah kuyup, anak itu segera pulang ke rumah karena tidak ingin membuat kedua orang tuanya cemas.
"Hmm ... Sepertinya hujan ini akan sangat awet hingga besok pagi," gumamnya sembari berlari. Lengannya itu diangkat hingga menutupi wajahnya dari air hujan.
Sebenarnya Vans dan Nivi sudah tahu bahwa anaknya yang satu itu memang suka berlatih sampai tengah malam seperti itu. Mereka memperbolehkannya untuk berlatih sampai larut tetapi ketika hujan atau ada situasi tertentu, Lug harus segera kembali masuk ke dalam rumah dan beristirahat.
Dan setibanya di rumah, Lug masuk lewat pintu belakang dan langsung disambut hangat oleh ibunya yang sudah membawakan selimut dan handuk untuknya. Itu karena anak itu selalu latihan lewat pintu belakang dan pulang lewat pintu belakang pula.
Jika Lug pulang melewati pintu depan, ibunya yang menyambutnya itu akan merasa curiga dengannya.
"Kau ini ... Kalau sudah tahu malam ini akan hujan langsung masuk ke rumah. Lihat kan, sekujur tubuhmu basah kuyup?!" tegur Nivi menasehati. Lantas ia berlutut dan mengusap tubuh anaknya dengan handuk.
Benar saja, air menetes di sekujur tubuhnya Lug, anak itu hanya tersenyum sembari membiarkan tubuhnya dibersihkan oleh ibunya. Hujannya itu benar-benar sebuah kejutan besar, baru saja turun langsung mengguyur begitu saja tanpa memulainya dengan gerimis. Tetapi anak itu sama sekali tidak terkejut.
Setelah itu, mereka berdua ke kamar Lug dan Nivi mengambilkan anaknya itu pakaian kering yang ada di dalam lemari. Mereka berdua juga melihat dua gadis yang tidur dengan pulas di atas ranjang.
"Seperti biasa, kau nanti akan tidur dengan kami. Lug, kau sungguh mengingatkanku di saat kau lahir dulu," ucap Nivi sembari memilih-milih baju.
Lug hanya diam saja dan tersenyum. Ibunya masih melanjutkan ceritanya.
"Di saat itu aku benar-benar terkejut. Bagaimana tidak? Pada hari-hari itu hujan lebat selalu mengganggu seluruh warga desa, pekerjaan mereka benar-benar terganggu. Hujan sentiasa turun dan tak kunjung henti. Tapi ketika kau lahir cuacanya menjadi sangat cerah. Yang lebih mengejutkan lagi, seluruh partanian, perkebunan, bahkan rumput dan bunga yang tumbuh di jalanan bermekaran."
Sebenarnya anak itu tahu dan ingat betul peristiwa kelahirannya itu. Dia sama sekali tidak lupa seperti halnya orang lain yang lupa akan masa kecilnya, hal semacam itu sudah umum terjadi di setiap orang yang dinamakan amnesia bayi.
Hal itu tak berlaku bagi Lug yang masih mengingat masa-masa ketika masih perlu disuapin ketika makan, atau harus mandi bersama orang tuanya. Bahkan dia mengingat di saat dia masih berada di dalam rahim ibunya.
"Padi yang bahkan belum waktunya untuk dipanen tiba-tiba saja sudah matang dan siap untuk dipanen. Berbagai macam berkah datang pada desa ini di saat kelahiranmu, kau benar-benar dianggap sebagai anugerah untuk desa Nedhen ini."
Cerita dari ibunya itu memang sungguh terjadi lima tahun silam. Pada saat itu cuaca benar-benar tidak stabil sebelum Lug dilahirkan, apabila hujan maka akan sangat lebat dan tak kunjung henti hingga berhari-hari. Apabila cuaca sedang panas, maka akan sangat terik di siang hari bahkan malam pun masih terasa pengap. Kejadian itu juga sama sekali tidak pernah dilupakan oleh penduduk desa Nedhen.
Sehingga Lug benar-benar menjadi anak yang dihormati oleh orang-orang desa Nedhen. Dan sekarang anak itu sedang menonjolkan bakatnya.
Beberapa saat kemudian, Lug telah mengganti pakaiannya. Ia mengenakan kaos lengan panjang dan celana panjang yang agak longgar berwarna putih dengan garis-garis hitam.
"Sekarang sudah malam, Lug. Waktunya untuk tidur," ujar Nivi.
Mereka berjalan ke kamar dan ternyata Vans telah menunggu mereka berdua di atas ranjang sembari memakan buah.
"Vans- sudah kuingatkan berapa kali? Jangan makan ketika sedang di atas ranjang, di luar saja. Kau membuat pekerjaanku bertambah saja, hmph," tegur Nivi seraya memalingkan wajahnya.
Lug dan ayahnya itu malah tertawa melihat sikap ibunya yang terlihat lucu di mata mereka berdua.
"Oh ayolah, Nivi- lihat? Kau malah ditertawakan oleh anakmu sendiri, hahaha."
Ketika Nivi menoleh ke arah Lug, anaknya itu segera memalingkan wajahnya dari ibunya dan berjalan ke pojok ruangan.
"Lug- kenapa kau malah membela ayahmu?" tanya Nivi memelas.
Kemudian Lug menoleh sembari menyeringai ketika menatap wajah ibunya, "Ibu, sejak kapan aku membela ayah? Ayah hanya menggodamu saja, lagipula aku tidak salah apa-apa. Kenapa ibu malah memarahiku?"
"Hahahahaha ... " Tawa Vans benar-benar menggema di satu ruangan itu. Mereka benar-benar menunjukkan sebuah keharmonisan keluarga yang sesungguhnya. Dan Lug yang pada saat dulu belum pernah merasakan hal itu benar-benar bahagia sekarang ini.
Ya, jadi seperti inilah memiliki keluarga. Mereka bukanlah orang kuat yang memiliki wibawa, otoritas yang kuat, seorang raja, ataupun penyihir hebat. Tapi mereka adalah sosok yang menemanimu di kala kau senang maupun sedih. Jujur saja, aku sangat menginginkan hal seperti ini di kehidupan sebelumnya. Keputusanku untuk bereinkarnasi ini sangatlah tepat.
Setelah itu mereka pun segera beristirahat karena sudah terlalu larut.
*****
Keesokan harinya langit masih ditutupi oleh awan mendung dan air gerimis masih mengguyur desa tersebut, cahaya matahari masih bisa menembus gumpalan awan gelap di langit dan menyinari desa Nedhen. Penduduk desa masih menjalankan aktivitas mereka walaupun pakaian mereka basah kuyup.
Lug juga telah bangun bahkan pada saat itu cahaya matahari masih belum nampak sama sekali dan suasana masih gelap gulita. Dia sekarang sedang bergegas untuk ke tempat bazar dan membuka kembali sihirnya.
Sesampainya di sana, Lug masih belum melihat siapapun melintasi tempat tersebut. Sebelum dilihat orang lain, dia segera membuka sihir Penjara Kehampaan yang dipasangnya semalam. Dan sekarang semuanya sudah beres.
"Ah, ternyata kau yang memasang sihir pelindung itu?"
Tiba-tiba saja ada seorang anak yang datang melihat Lug. Dari suaranya sosok itu adalah seorang gadis.
"Sudah kuduga," gumam anak Lug yang baru saja menghapus sihirnya. Lalu dia menyelesaikan apa yang dilakukannya itu dan berbalik melihat orang yang tiba-tiba menghampirinya.
Sebenarnya aku sudah tahu ada orang di sekitar sini yang sedang berlalu lalang, tapi anak ini ... Tak kuduga dia melihatku. Ah, tapi aku juga sebenarnya sudah melihat kejadian ini dari pecahan masa depan. Tak kusangka dari belasan kemungkinan, yang terjadi adalah ketahuan oleh dia.
Gadis yang melihat Lug itu bernama Fana. Dia memiliki rambut berwarna jingga yang menjuntai hingga ke tulang ekornya. Gadis itu juga memiliki mata berwarna jingga yang sangat indah. Usianya satu setengah tahun lebih tua dari Lug. Mereka berdua adalah teman dari semenjak mereka masih bayi. Tetapi akhir-akhir ini Fana menjadi sedikit jahil kepada Lug.
"Hei, Lug."
Gadis itu tiba-tiba menunduk, lantas matanya melirik ke arah anak laki-laki di depannya.
Lug menelan ludahnya, dia sudah tahu apa yang terjadi sehabis ini. D-dia ... Dia ... Setelah ini dia pasti ...
"HUAA!!!" Fana tiba-tiba saja menangis dengan sangat keras. Orang-orang yang ada jauh dari sana jadi melihat mereka berdua karena tangisan gadis itu.
Lug berusaha menenangkannya. "Hei hei hei, sudahlah ... Kumohon, jangan menangis."
Anak itu juga sebenarnya sudah mengetahui alasan kenapa temannya itu menangis. Dan alasannya itu sangat sepele.
"HUAAA ... KENAPA KAU ITU BEGITU JENIUS?!!!"
Fana seperti tidak terima dengan kejeniusannya Lug, tetapi Lug sama sekali tidak peduli dengan hal itu. Fana sendiri jarang melatih dirinya dalam sihir, pengetahuan, fisik, atau hal-hal yang lainnya, sehingga ketika melihat Lug menonjolkan kebolehannya, itu membuatnya sedikit iri.
Bersambung!!
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 124 Episodes
Comments
Asm Muzayaf
bertolak pinggang itu gimana?
2022-09-06
0
John Singgih
Fana yang iri dengan kemampuan lug
2022-05-01
2