Lug menjawab pertanyaan Teressa sebelumnya, "Batasan sihirku adalah sepuluh sihir."
"Tak mungkin!"
Benar-benar sesuatu yang sangat menakjubkan sekaligus hal yang tak mungkin, belum pernah ada sejarah yang mengatakan bahwa anak kecil yang berusia lima tahun sudah memiliki sepuluh batasan sihir. Tercatat dalam sejarah, batasan sihir terbanyak adalah empat sihir yang pernah dimiliki oleh salah seorang bangsawan di masa lampau ketika masih berusia enam tahun.
"Mungkin saja dua belas ... Atau mungkin lebih."
Teressa benar-benar tak mempercayai kata yang keluar dari mulut Lug, "Kau masih anak-anak, mungkin kau sedang membual. Baiklah aku percaya," ujar gadis itu seolah percaya.
Tetapi anak lelaki berambut hitam itu paham, "Siapa yang membual? Apa kau ingin kutunjukkan sihir yang lain lagi?" Ucapannya kali ini membuat Teressa semakin ragu dan penasaran.
"Coba saja!"
Lalu Lug membuat lingkaran sihir lagi, dia menciptakan empat sihir yang berbeda dan tidak termasuk sihir Akselerasi Gravitasi. Keempat sihir itu adalah sihir tiga lingkaran, Pemusnahan Massal, sihir tiga lingkaran, Lengan Bayangan, sihir tiga lingkaran, Nafas Beku, dan sihir tiga lingkaran, Penjara Kehampaan.
Semua sihir itu terbukti nyata dan benar-benar ada tanpa trik apapun, menjadi bukti sekaligus sihir yang tak pernah Teressa ketahui.
Matanya terbelalak lebar melihat sihir-sihir itu, "Kau ... Semakin kesini semakin aku tak mengerti siapa dirimu. Kau benar-benar seperti bukan seorang manusia," ucapnya kagum. Tetapi di dalam hatinya terbesit sebuah kecurigaan, kecurigaan bahwa Lug adalah bukan seorang manusia.
*****
Matahari telah tenggelam sepenuhnya, di luar goa benar-benar gelap gulita. Suara jangkrik terdengar dari arah manapun.
Lug keluar untuk kembali berburu. Dia mengingatkan kepada dua gadis pirang yang ditinggalkannya itu untuk tetap di dalam goa dan segera melelapkan diri. Sementara anak lelaki ini keluar untuk mencari sesuatu. Dan juga Lug sempat meminjamkan mantel tebalnya kepada adiknya Teressa yang terlihat kedinginan terpapar angin malam yang menerobos masuk ke dalam goa.
Dia pun tiba di suatu tempat yang terlihat seperti reruntuhan. Banyak fondasi yang hancur lebur dan reruntuhan itu adalah tempat tinggal dua gadis yang berada di goa tadi. Lug memiliki sebuah rasa penasaran yang sangat kuat, dia juga memiliki dugaan yang kuat pula. Hanya saja sekarang dia ingin memastikannya saja apakah benar atau tidak.
Setengah jam kemudian Lug menemukan sebuah buku yang di sampulnya tertuliskan buku harian. Ketika dibacanya, Lug tersenyum seakan dugaannya memang benar. Dia menyimpan buku tersebut.
"Rupanya aku tidak salah, sudah dipastikan."
Lug pun masih menjelajahi reruntuhan itu sampai tengah malam. Dia memang sempat bertemu dengan beberapa hewan buas nokturnal yang menyerangnya. Tetapi dengan kemampuannya, Lug menumpaskan mereka semua dengan sangat mudah.
Lalu anak itu kembali ke goa dan melihat dua gadis tidur di samping kayu-kayu yang hangus terbakar.
*****
Keesokan harinya, Lug bangun dari tidurnya, api unggun yang dibuatnya lagi semalam telah padam lagi disapu angin.
Teressa juga baru saja terbangun, mereka berdua berdiri seraya mengusap mata. Nagisa masih tertidur dengan lelap karena latihan yang dilakukannya semalam benar-benar membuatnya lelah.
Sebenarnya di malam yang sama Lug juga melakukan latihan yang sama sepulangnya ia dari reruntuhan. Bahkan latihannya lebih lama dari apa yang gadis kecil itu lakukan, serta latihannya lebih intens dan melelahkan. Karena Pelebaran Sumber itu seperti sedang berlari maraton hingga sejauh mungkin.
"Teressa, bangunkan adikmu!" suruh Lug.
Gadis yang disuruhnya itu menoleh, "Dia sedang kelelahan. Apa kau begitu tega untuk membangunkannya? Dia masih kecil," bantahnya tak senang.
Tetapi Lug hanya tersenyum, "Siapa bilang dia sudah besar, bukankah dia sama denganku? Percaya atau tidak, semalam aku berlatih lebih lama darinya ketika kalian sudah tertidur."
Sementara mereka berdua sedang berdebat, Nagisa benar-benar terbangun. Dia mengusap matanya dan penasaran kenapa tiba-tiba kakaknya berdebat dengan penyelamatnya lagi.
Hanya saja Lug mengetahui bangunnya gadis kecil itu. "Lihatlah! Dia sudah bangun, adikmu itu harus didisiplinkan!"
Teressa hanya terdiam, dia memang masih tak suka dengan anak lelaki itu. Hanya saja mau bagaimana lagi, dialah yang telah menyelamatkannya dan adiknya dari serangan beruang kemarin dan membawa mereka untuk menghangatkan tubuh. Tetapi Teressa heran dengan Lug, anak itu masih kecil, hanya saja dia lebih disiplin, kuat, berwawasan, dan tegas layaknya orang dewasa. Seakan wajahnya itu sedang bertanya-tanya, dari mana anak ini berasal?
Lantas Lug mengemasi barang-barangnya dan bersiap untuk pulang. Dia juga ternyata telah mengikat dua ekor rusa dan seekor babi hutan. Semalam dia juga berburu untuk dibawa pulang.
Lug pun keluar, "Ayo, aku akan pulang."
Dia menoleh karena dua gadis di belakangnya itu tak meresponnya sama sekali. "Ah, terserah kalian juga."
Lug berbalik lagi dan berjalan pulang dengan santai. Hanya saja Nagisa dan Teressa masih ragu untuk mengikutinya, sang adik sebenarnya memiliki kepercayaan padanya walau hanya sedikit. Tetapi sang kakak masih tak memiliki kepercayaan dan di dalam hatinya hanya merasa bahwa 'terima kasih' saja sudah cukup. Gadis ini benar-benar tidak mempercayai orang lain.
Lug tetap berjalan dengan santai, dia juga sudah memperkirakan hal tersebut. Tetapi dia juga sudah memperkirakan hal lainnya.
"TUNGGU!"
Benar saja, perkiraannya itu sungguhan terjadi. Dua gadis yang diselamatkannya kemarin berlari menyusulnya, mereka terlihat memiliki alasan lain untuk tetap mengikutinya.
Lug tersenyum hangat melihatnya. Lalu dia bertanya, "Apa kalian yakin ingin mengikutiku?"
Teressa sebenarnya tak percaya, hanya saja dia merasa bahwa anak kecil yang menyelamatkannya itulah yang dapat mengajari adiknya tentang sihir. Jauh di dalam lubuk hatinya, dia mengakui kemampuan dan wawasan yang Lug miliki.
"Kami sudah yakin untuk mengikutimu. Tapi, apa kau sudi untuk mengajari adikku tentang sihir dan apapun tentang dunia ini?" tanya gadis itu memastikan.
Lug terkejut, dia benar-benar tak menyangka tetapi dia juga sudah menduganya. "Kau berkata seolah aku benar-benar ingin memperbudak kalian. Pertanyaanmu itu sungguh menusuk, tetapi aku akan melakukannya."
Setelah mendengar jawabannya, Teressa tersenyum.
"Kenapa aku tak ingin mengambil berlian mentah?" gumam Lug berbisik seraya berbalik.
Dua gadis di belakangnya itu memicingkan matanya, "Apa kakak Lug berkata sesuatu?" tanya Nagisa.
"UHUK! Ah, tidak." Lug benar-benar tak menduga bahwa dia dipanggil dengan panggilan kakak. Dia juga baru teringat bahwa ada yang ingin ia berikan kepada gadis yang memanggilnya kakak barusan.
Lug menjatuhkan buruannya untuk mengambil sesuatu yang ada di dalam saku celananya. "Nagisa, pakai cincin ini," suruhnya seraya menyodorkan sebuah cincin perak. Cincin tersebut memancarkan aura sihir yang cukup kuat di sekitarnya, hanya saja bagi orang yang memiliki kesensitivitasan yang tinggi terhadap mana.
"Cincin apa ini?" tanya Nagisa penasaran, bahkan kakaknya juga penasaran dan sedikit curiga lagi.
Lug menjawab, "Cincin ini bisa memberimu tambahan mana yang cukup banyak. Dan lagi satu hal, ketika kau berhasil menguasai sihir Cahaya Penembus, kau juga bisa langsung memilih sihir lain tanpa memerlukan bantuanku."
Teressa benar-benar takjub. Anak kecil yang bahkan belum setinggi bahunya saja memiliki aksesoris sihir yang menakjubkan.
"Apa kau sendiri yang mengaturnya?" tanyanya.
"Menurutmu siapa lagi? Seingatku belum pernah ada manusia yang pernah bisa menanamkan mekanisme sihir sekompleks apa yang kulakukan ini," jawab Lug dengan nada tinggi hati.
Siapa dia? Kenapa seolah anak ini sudah hidup sejak manusia belum ada? Batin Teressa curiga. Gadis ini benar-benar tak habis pikir dengan anak kecil yang menyelamatkannya itu. Dia bahkan sempat curiga bahwa Lug adalah seseorang yang amat sangat tua dan mendapatkan sebuah berkah atau kutukan yang membuatnya terus hidup sebagai anak kecil hingga sekarang.
Setelah itu mereka segera bergegas kembali. Teressa sempat menawarkan bantuan kepada Lug untuk membawakan hewan buruannya tapi anak kecil itu menolak. Mereka kembali mengikuti tanda yang telah Lug siapkan.
Setibanya di desa Nedhen, mereka disambut oleh pemandangan yang indah di desa tersebut. Banyak pertanian di sana sehingga suasananya masih begitu sejuk, dan pemandangan terbaiknya adalah ketika senja ataupun fajar. Mereka disuguhi pemandangan matahari terbit atau terbenam yang sangat indah pada dua waktu itu.
Lug melihat ayahnya di depan pintu rumah yang terlihat baru kembali dari suatu tempat. "HAI AYAH!" teriaknya memanggil.
Ayahnya itu menoleh, karena sudah mengenal suara anaknya dengan baik, ketika dia menoleh dia tersenyum dengan suasana hati yang amat sangat senang.
"Lug!"
Dia menghampirinya dan segera memeluknya, lantas menggendongnya di belakang punggungnya dan membawanya kembali ke rumah.
"Oh iya nak, siapa mereka?" tanyanya
Anaknya itu menjawab, "Mereka adalah dua gadis malang yang kuselamatkan dari bahaya maut di pedalaman hutan."
Teressa membawakan dua hewan buruan Lug dan dia sungguh tak menyangka bahwa dua rusa dewasa yang diikat itu benar-benar sangat berat. Gadis itu kebingungan bagaimana cara membawanya karena sebelumnya dia melihat anak kecil yang menarik tiga hewan sekaligus dengan sangat mudah seperti sedang menarik dahan pohon kecil.
Lug yang melihat dua gadis di belakangnya kesusahan langsung meminta ayahnya itu untuk menurunkannya.
"Biar kubawa."
Lantas Teressa memberikan rusanya dan Nagisa ternyata sedang berusaha menarik babi hutan yang terikat. Gadis kecil itu bahkan tak bisa menggeser hewan besar itu sedikitpun. Hal ini membuat Lug tertawa, "Haha, biar aku saja yang membawanya, Nagisa."
Gadis kecil itu mengangguk, dia benar-benar malu karena tak dapat sedikitpun memindah babi itu dari tempatnya. Tetapi Lug dengan mudahnya membawa dua ekor rusa dan seekor babi hutan seolah hanya sedang menarik ranting pohon saja.
Ayah Lug juga sangat terkejut melihat anaknya menyeret tiga hewan sekaligus tanpa memerlukan bantuan siapapun. "Lug, kau luar biasa sekali. Kapan kau melatih tubuhmu?" tanyanya penasaran.
"Bukankah ayah yang melatihku?" tanya balik Lug tersenyum lebar.
"Haha ... Ayah bahkan tak ingat kau pernah belajar sesuatu dari ayah. Kau selalu saja belajar sendiri dan berkembang dengan sendirinya."
Sementara Lug mengobrol dengan ayahnya, Teressa sekarang benar-benar terkejut. Dia sungguh tak percaya bahwa anak kecil yang menyelamatkannya itu benar-benar dari desa terpencil yang sangat jauh dari kerajaan. Bahkan pakaian ayahnya pun terlihat biasa-biasa saja dan sangat lusuh.
"Ayah, apa kau bisa mengadopsi mereka berdua?" tanya Lug.
Ayahnya itu terkejut, anaknya yang baru saja pulang berburu langsung membawa dua gadis dan ingin orang tuanya mengadopsi mereka berdua.
"Lug, ini akan sulit. Kau sendiri tahu, ayah saja bekerja mati-matian mendapatkan uang untuk menghidupi keluarga kita, tapi jika jumlah kita bertambah ... " Ayahnya itu langsung menolak permintaan anaknya dengan penuh penyesalan. Dia sebenarnya tak ingin membuat anaknya kecewa.
Tetapi Lug malah tersenyum sembari menurunkan tas di punggungnya. Dia mengeluarkan sesuatu dari tasnya itu, "Lihat ini, ayah!"
Benda berkilauan berada dalam genggamannya. Sang ayah terkejut setengah mati melihatnya, dia jelas jelas tahu apa yang sedang dipegang oleh anaknya itu.
"Lug, darimana kau mendapatkan kristal ajaib ini? Jangan bilang ini milik mereka berdua yang kau rampas," tukas Vans yang memandangi Lug dengan penuh kecurigaan dan keseriusan.
Lug menggeleng. "Justru aku dan dia yang menemukannya bersama-sama," jawabnya seraya menuding Teressa.
Gadis yang ditudingnya itu terkejut bukan main. "A-aku? T-tidak tidak! Tuan, Lug menemukannya sendiri tanpa bantuan kami. Sungguh, aku tak berbohong, tuan," terang Teressa.
"Tapi tanpa bantuanmu, aku tak bisa mengambilnya. Benda ini berada di tebing yang di sebelahnya ada jurang tak berujung, jelas-jelas kita yang menemukannya, bukan aku."
Kata-kata Lug benar-benar membungkam Teressa. Gadis itu bingung ingin berkata apa lagi, dia sangat grogi hanya untuk berbicara saja.
Tetapi sang ayah, Vans, tetap percaya dengan apa yang Lug dan Teressa jelaskan. Dia bisa menyimpulkan jawaban yang sebenarnya, begitulah orang dewasa. Tetapi anaknya itu kembali merogoh isi dalam tasnya. Dia mengeluarkan sebongkah kristal ajaib yang ukurannya sebesar pelukan orang dewasa.
"I-INI!!! LUG, SIAPA YANG KAU RAMPOK SEBENARNYA?!!!"
"SIAPA YANG MERAMPOK?!!!"
Sifat Lug memang sedikit terbawa oleh kedua orang tuanya yang sedikit lucu. Itulah sisi harmonisnya keluarga mereka, selalu ada gelak tawa setiap kali mereka berkumpul.
"LUG?!! KAU KAH ITU?!!!"
BRAK
Tiba-tiba saja ada yang keluar dari rumah dan membanting pintu. Seorang wanita keluar dari sana dan langsung memeluk Lug begitu saja dengan sangat erat.
"Baru sehari saja ibu sudah rindu padamu ... "
Itu adalah ibu Lug, Nivi. "Apa kau benar-benar merampok seperti apa yang ayah katakan?"
Lug mendengus sebal, "oh ayolah ibu, kenapa kau selalu termakan oleh apa yang ayah katakan?"
"Hahahaha."
Suasana riang gembira benar-benar sangat menyejukkan hati. Bahkan Teressa dan Nagisa sampai terharu dengan keharmonisan keluarga itu.
Nivi pun melihat kedua gadis itu, dan tiba-tiba saja raut mukanya berubah drastis. "LUG! APA KAU MEMBAWA CALON ISTRI KESINI?!!!"
"IBUUUU!!!"
Dua gadis yang dimaksudkan tadi justru malah tertawa kecil melihatnya. Tak disangka keharmonisan seperti itu tercipta di sebuah keluarga kecil yang berada di desa terpencil.
"Hahaha, aku juga baru sadar," ucap Vans yang juga ikut tertawa.
Setelah itu, Nivi pun segera bertanya tentang dua gadis itu dan Lug menjelaskannya seperti apa yang Teressa ceritakan padanya.
Setelah mendengar ceritanya, wanita itupun menatap hangat dua gadis itu dan segera memeluknya dengan hangat. Segera setelah itu dia melepaskannya secara perlahan.
"Mari kita masuk."
Mereka semua pun masuk bersama-sama dengan perasaan riang gembira.
Bersambung!!
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 124 Episodes
Comments
Empires
tidak akrab koq minta diajarin sihir bahkan yg tersulit, ckckckckc MC baik benr
baiknya semoga tidak dimanfaatkan yaaa kedepannya, tapii gimana ya blom dapat kemenarikan si MC, cuma pas chapter awal awal sebelum ketemu sama si gadis terresa
2022-06-17
1
Empires
karakter MC seperti memohon untuk gadis terresa nih, kurang tegas , Yaa wajarlah ya penyendiri akut/abadi reinkarnasi ya cari hiburan
2022-06-17
1
Mochamadribut
upupup
2022-06-14
0