Chap 3 - Pulang

Lug menjawab pertanyaan Teressa sebelumnya, "Batasan sihirku adalah sepuluh sihir."

"Tak mungkin!"

Benar-benar sesuatu yang sangat menakjubkan sekaligus hal yang tak mungkin, belum pernah ada sejarah yang mengatakan bahwa anak kecil yang berusia lima tahun sudah memiliki sepuluh batasan sihir. Tercatat dalam sejarah, batasan sihir terbanyak adalah empat sihir yang pernah dimiliki oleh salah seorang bangsawan di masa lampau ketika masih berusia enam tahun.

"Mungkin saja dua belas ... Atau mungkin lebih."

Teressa benar-benar tak mempercayai kata yang keluar dari mulut Lug, "Kau masih anak-anak, mungkin kau sedang membual. Baiklah aku percaya," ujar gadis itu seolah percaya.

Tetapi anak lelaki berambut hitam itu paham, "Siapa yang membual? Apa kau ingin kutunjukkan sihir yang lain lagi?" Ucapannya kali ini membuat Teressa semakin ragu dan penasaran.

"Coba saja!"

Lalu Lug membuat lingkaran sihir lagi, dia menciptakan empat sihir yang berbeda dan tidak termasuk sihir Akselerasi Gravitasi. Keempat sihir itu adalah sihir tiga lingkaran, Pemusnahan Massal, sihir tiga lingkaran, Lengan Bayangan, sihir tiga lingkaran, Nafas Beku, dan sihir tiga lingkaran, Penjara Kehampaan.

Semua sihir itu terbukti nyata dan benar-benar ada tanpa trik apapun, menjadi bukti sekaligus sihir yang tak pernah Teressa ketahui.

Matanya terbelalak lebar melihat sihir-sihir itu, "Kau ... Semakin kesini semakin aku tak mengerti siapa dirimu. Kau benar-benar seperti bukan seorang manusia," ucapnya kagum. Tetapi di dalam hatinya terbesit sebuah kecurigaan, kecurigaan bahwa Lug adalah bukan seorang manusia.

*****

Matahari telah tenggelam sepenuhnya, di luar goa benar-benar gelap gulita. Suara jangkrik terdengar dari arah manapun.

Lug keluar untuk kembali berburu. Dia mengingatkan kepada dua gadis pirang yang ditinggalkannya itu untuk tetap di dalam goa dan segera melelapkan diri. Sementara anak lelaki ini keluar untuk mencari sesuatu. Dan juga Lug sempat meminjamkan mantel tebalnya kepada adiknya Teressa yang terlihat kedinginan terpapar angin malam yang menerobos masuk ke dalam goa.

Dia pun tiba di suatu tempat yang terlihat seperti reruntuhan. Banyak fondasi yang hancur lebur dan reruntuhan itu adalah tempat tinggal dua gadis yang berada di goa tadi. Lug memiliki sebuah rasa penasaran yang sangat kuat, dia juga memiliki dugaan yang kuat pula. Hanya saja sekarang dia ingin memastikannya saja apakah benar atau tidak.

Setengah jam kemudian Lug menemukan sebuah buku yang di sampulnya tertuliskan buku harian. Ketika dibacanya, Lug tersenyum seakan dugaannya memang benar. Dia menyimpan buku tersebut.

"Rupanya aku tidak salah, sudah dipastikan."

Lug pun masih menjelajahi reruntuhan itu sampai tengah malam. Dia memang sempat bertemu dengan beberapa hewan buas nokturnal yang menyerangnya. Tetapi dengan kemampuannya, Lug menumpaskan mereka semua dengan sangat mudah.

Lalu anak itu kembali ke goa dan melihat dua gadis tidur di samping kayu-kayu yang hangus terbakar.

*****

Keesokan harinya, Lug bangun dari tidurnya, api unggun yang dibuatnya lagi semalam telah padam lagi disapu angin.

Teressa juga baru saja terbangun, mereka berdua berdiri seraya mengusap mata. Nagisa masih tertidur dengan lelap karena latihan yang dilakukannya semalam benar-benar membuatnya lelah.

Sebenarnya di malam yang sama Lug juga melakukan latihan yang sama sepulangnya ia dari reruntuhan. Bahkan latihannya lebih lama dari apa yang gadis kecil itu lakukan, serta latihannya lebih intens dan melelahkan. Karena Pelebaran Sumber itu seperti sedang berlari maraton hingga sejauh mungkin.

"Teressa, bangunkan adikmu!" suruh Lug.

Gadis yang disuruhnya itu menoleh, "Dia sedang kelelahan. Apa kau begitu tega untuk membangunkannya? Dia masih kecil," bantahnya tak senang.

Tetapi Lug hanya tersenyum, "Siapa bilang dia sudah besar, bukankah dia sama denganku? Percaya atau tidak, semalam aku berlatih lebih lama darinya ketika kalian sudah tertidur."

Sementara mereka berdua sedang berdebat, Nagisa benar-benar terbangun. Dia mengusap matanya dan penasaran kenapa tiba-tiba kakaknya berdebat dengan penyelamatnya lagi.

Hanya saja Lug mengetahui bangunnya gadis kecil itu. "Lihatlah! Dia sudah bangun, adikmu itu harus didisiplinkan!"

Teressa hanya terdiam, dia memang masih tak suka dengan anak lelaki itu. Hanya saja mau bagaimana lagi, dialah yang telah menyelamatkannya dan adiknya dari serangan beruang kemarin dan membawa mereka untuk menghangatkan tubuh. Tetapi Teressa heran dengan Lug, anak itu masih kecil, hanya saja dia lebih disiplin, kuat, berwawasan, dan tegas layaknya orang dewasa. Seakan wajahnya itu sedang bertanya-tanya, dari mana anak ini berasal?

Lantas Lug mengemasi barang-barangnya dan bersiap untuk pulang. Dia juga ternyata telah mengikat dua ekor rusa dan seekor babi hutan. Semalam dia juga berburu untuk dibawa pulang.

Lug pun keluar, "Ayo, aku akan pulang."

Dia menoleh karena dua gadis di belakangnya itu tak meresponnya sama sekali. "Ah, terserah kalian juga."

Lug berbalik lagi dan berjalan pulang dengan santai. Hanya saja Nagisa dan Teressa masih ragu untuk mengikutinya, sang adik sebenarnya memiliki kepercayaan padanya walau hanya sedikit. Tetapi sang kakak masih tak memiliki kepercayaan dan di dalam hatinya hanya merasa bahwa 'terima kasih' saja sudah cukup. Gadis ini benar-benar tidak mempercayai orang lain.

Lug tetap berjalan dengan santai, dia juga sudah memperkirakan hal tersebut. Tetapi dia juga sudah memperkirakan hal lainnya.

"TUNGGU!"

Benar saja, perkiraannya itu sungguhan terjadi. Dua gadis yang diselamatkannya kemarin berlari menyusulnya, mereka terlihat memiliki alasan lain untuk tetap mengikutinya.

Lug tersenyum hangat melihatnya. Lalu dia bertanya, "Apa kalian yakin ingin mengikutiku?"

Teressa sebenarnya tak percaya, hanya saja dia merasa bahwa anak kecil yang menyelamatkannya itulah yang dapat mengajari adiknya tentang sihir. Jauh di dalam lubuk hatinya, dia mengakui kemampuan dan wawasan yang Lug miliki.

"Kami sudah yakin untuk mengikutimu. Tapi, apa kau sudi untuk mengajari adikku tentang sihir dan apapun tentang dunia ini?" tanya gadis itu memastikan.

Lug terkejut, dia benar-benar tak menyangka tetapi dia juga sudah menduganya. "Kau berkata seolah aku benar-benar ingin memperbudak kalian. Pertanyaanmu itu sungguh menusuk, tetapi aku akan melakukannya."

Setelah mendengar jawabannya, Teressa tersenyum.

"Kenapa aku tak ingin mengambil berlian mentah?" gumam Lug berbisik seraya berbalik.

Dua gadis di belakangnya itu memicingkan matanya, "Apa kakak Lug berkata sesuatu?" tanya Nagisa.

"UHUK! Ah, tidak." Lug benar-benar tak menduga bahwa dia dipanggil dengan panggilan kakak. Dia juga baru teringat bahwa ada yang ingin ia berikan kepada gadis yang memanggilnya kakak barusan.

Lug menjatuhkan buruannya untuk mengambil sesuatu yang ada di dalam saku celananya. "Nagisa, pakai cincin ini," suruhnya seraya menyodorkan sebuah cincin perak. Cincin tersebut memancarkan aura sihir yang cukup kuat di sekitarnya, hanya saja bagi orang yang memiliki kesensitivitasan yang tinggi terhadap mana.

"Cincin apa ini?" tanya Nagisa penasaran, bahkan kakaknya juga penasaran dan sedikit curiga lagi.

Lug menjawab, "Cincin ini bisa memberimu tambahan mana yang cukup banyak. Dan lagi satu hal, ketika kau berhasil menguasai sihir Cahaya Penembus, kau juga bisa langsung memilih sihir lain tanpa memerlukan bantuanku."

Teressa benar-benar takjub. Anak kecil yang bahkan belum setinggi bahunya saja memiliki aksesoris sihir yang menakjubkan.

"Apa kau sendiri yang mengaturnya?" tanyanya.

"Menurutmu siapa lagi? Seingatku belum pernah ada manusia yang pernah bisa menanamkan mekanisme sihir sekompleks apa yang kulakukan ini," jawab Lug dengan nada tinggi hati.

Siapa dia? Kenapa seolah anak ini sudah hidup sejak manusia belum ada? Batin Teressa curiga. Gadis ini benar-benar tak habis pikir dengan anak kecil yang menyelamatkannya itu. Dia bahkan sempat curiga bahwa Lug adalah seseorang yang amat sangat tua dan mendapatkan sebuah berkah atau kutukan yang membuatnya terus hidup sebagai anak kecil hingga sekarang.

Setelah itu mereka segera bergegas kembali. Teressa sempat menawarkan bantuan kepada Lug untuk membawakan hewan buruannya tapi anak kecil itu menolak. Mereka kembali mengikuti tanda yang telah Lug siapkan.

Setibanya di desa Nedhen, mereka disambut oleh pemandangan yang indah di desa tersebut. Banyak pertanian di sana sehingga suasananya masih begitu sejuk, dan pemandangan terbaiknya adalah ketika senja ataupun fajar. Mereka disuguhi pemandangan matahari terbit atau terbenam yang sangat indah pada dua waktu itu.

Lug melihat ayahnya di depan pintu rumah yang terlihat baru kembali dari suatu tempat. "HAI AYAH!" teriaknya memanggil.

Ayahnya itu menoleh, karena sudah mengenal suara anaknya dengan baik, ketika dia menoleh dia tersenyum dengan suasana hati yang amat sangat senang.

"Lug!"

Dia menghampirinya dan segera memeluknya, lantas menggendongnya di belakang punggungnya dan membawanya kembali ke rumah.

"Oh iya nak, siapa mereka?" tanyanya

Anaknya itu menjawab, "Mereka adalah dua gadis malang yang kuselamatkan dari bahaya maut di pedalaman hutan."

Teressa membawakan dua hewan buruan Lug dan dia sungguh tak menyangka bahwa dua rusa dewasa yang diikat itu benar-benar sangat berat. Gadis itu kebingungan bagaimana cara membawanya karena sebelumnya dia melihat anak kecil yang menarik tiga hewan sekaligus dengan sangat mudah seperti sedang menarik dahan pohon kecil.

Lug yang melihat dua gadis di belakangnya kesusahan langsung meminta ayahnya itu untuk menurunkannya.

"Biar kubawa."

Lantas Teressa memberikan rusanya dan Nagisa ternyata sedang berusaha menarik babi hutan yang terikat. Gadis kecil itu bahkan tak bisa menggeser hewan besar itu sedikitpun. Hal ini membuat Lug tertawa, "Haha, biar aku saja yang membawanya, Nagisa."

Gadis kecil itu mengangguk, dia benar-benar malu karena tak dapat sedikitpun memindah babi itu dari tempatnya. Tetapi Lug dengan mudahnya membawa dua ekor rusa dan seekor babi hutan seolah hanya sedang menarik ranting pohon saja.

Ayah Lug juga sangat terkejut melihat anaknya menyeret tiga hewan sekaligus tanpa memerlukan bantuan siapapun. "Lug, kau luar biasa sekali. Kapan kau melatih tubuhmu?" tanyanya penasaran.

"Bukankah ayah yang melatihku?" tanya balik Lug tersenyum lebar.

"Haha ... Ayah bahkan tak ingat kau pernah belajar sesuatu dari ayah. Kau selalu saja belajar sendiri dan berkembang dengan sendirinya."

Sementara Lug mengobrol dengan ayahnya, Teressa sekarang benar-benar terkejut. Dia sungguh tak percaya bahwa anak kecil yang menyelamatkannya itu benar-benar dari desa terpencil yang sangat jauh dari kerajaan. Bahkan pakaian ayahnya pun terlihat biasa-biasa saja dan sangat lusuh.

"Ayah, apa kau bisa mengadopsi mereka berdua?" tanya Lug.

Ayahnya itu terkejut, anaknya yang baru saja pulang berburu langsung membawa dua gadis dan ingin orang tuanya mengadopsi mereka berdua.

"Lug, ini akan sulit. Kau sendiri tahu, ayah saja bekerja mati-matian mendapatkan uang untuk menghidupi keluarga kita, tapi jika jumlah kita bertambah ... " Ayahnya itu langsung menolak permintaan anaknya dengan penuh penyesalan. Dia sebenarnya tak ingin membuat anaknya kecewa.

Tetapi Lug malah tersenyum sembari menurunkan tas di punggungnya. Dia mengeluarkan sesuatu dari tasnya itu, "Lihat ini, ayah!"

Benda berkilauan berada dalam genggamannya. Sang ayah terkejut setengah mati melihatnya, dia jelas jelas tahu apa yang sedang dipegang oleh anaknya itu.

"Lug, darimana kau mendapatkan kristal ajaib ini? Jangan bilang ini milik mereka berdua yang kau rampas," tukas Vans yang memandangi Lug dengan penuh kecurigaan dan keseriusan.

Lug menggeleng. "Justru aku dan dia yang menemukannya bersama-sama," jawabnya seraya menuding Teressa.

Gadis yang ditudingnya itu terkejut bukan main. "A-aku? T-tidak tidak! Tuan, Lug menemukannya sendiri tanpa bantuan kami. Sungguh, aku tak berbohong, tuan," terang Teressa.

"Tapi tanpa bantuanmu, aku tak bisa mengambilnya. Benda ini berada di tebing yang di sebelahnya ada jurang tak berujung, jelas-jelas kita yang menemukannya, bukan aku."

Kata-kata Lug benar-benar membungkam Teressa. Gadis itu bingung ingin berkata apa lagi, dia sangat grogi hanya untuk berbicara saja.

Tetapi sang ayah, Vans, tetap percaya dengan apa yang Lug dan Teressa jelaskan. Dia bisa menyimpulkan jawaban yang sebenarnya, begitulah orang dewasa. Tetapi anaknya itu kembali merogoh isi dalam tasnya. Dia mengeluarkan sebongkah kristal ajaib yang ukurannya sebesar pelukan orang dewasa.

"I-INI!!! LUG, SIAPA YANG KAU RAMPOK SEBENARNYA?!!!"

"SIAPA YANG MERAMPOK?!!!"

Sifat Lug memang sedikit terbawa oleh kedua orang tuanya yang sedikit lucu. Itulah sisi harmonisnya keluarga mereka, selalu ada gelak tawa setiap kali mereka berkumpul.

"LUG?!! KAU KAH ITU?!!!"

BRAK

Tiba-tiba saja ada yang keluar dari rumah dan membanting pintu. Seorang wanita keluar dari sana dan langsung memeluk Lug begitu saja dengan sangat erat.

"Baru sehari saja ibu sudah rindu padamu ... "

Itu adalah ibu Lug, Nivi. "Apa kau benar-benar merampok seperti apa yang ayah katakan?"

Lug mendengus sebal, "oh ayolah ibu, kenapa kau selalu termakan oleh apa yang ayah katakan?"

"Hahahaha."

Suasana riang gembira benar-benar sangat menyejukkan hati. Bahkan Teressa dan Nagisa sampai terharu dengan keharmonisan keluarga itu.

Nivi pun melihat kedua gadis itu, dan tiba-tiba saja raut mukanya berubah drastis. "LUG! APA KAU MEMBAWA CALON ISTRI KESINI?!!!"

"IBUUUU!!!"

Dua gadis yang dimaksudkan tadi justru malah tertawa kecil melihatnya. Tak disangka keharmonisan seperti itu tercipta di sebuah keluarga kecil yang berada di desa terpencil.

"Hahaha, aku juga baru sadar," ucap Vans yang juga ikut tertawa.

Setelah itu, Nivi pun segera bertanya tentang dua gadis itu dan Lug menjelaskannya seperti apa yang Teressa ceritakan padanya.

Setelah mendengar ceritanya, wanita itupun menatap hangat dua gadis itu dan segera memeluknya dengan hangat. Segera setelah itu dia melepaskannya secara perlahan.

"Mari kita masuk."

Mereka semua pun masuk bersama-sama dengan perasaan riang gembira.

Bersambung!!

Terpopuler

Comments

Empires

Empires

tidak akrab koq minta diajarin sihir bahkan yg tersulit, ckckckckc MC baik benr
baiknya semoga tidak dimanfaatkan yaaa kedepannya, tapii gimana ya blom dapat kemenarikan si MC, cuma pas chapter awal awal sebelum ketemu sama si gadis terresa

2022-06-17

1

Empires

Empires

karakter MC seperti memohon untuk gadis terresa nih, kurang tegas , Yaa wajarlah ya penyendiri akut/abadi reinkarnasi ya cari hiburan

2022-06-17

1

Mochamadribut

Mochamadribut

upupup

2022-06-14

0

lihat semua
Episodes
1 Prolog
2 Chap 1 - Pergi Berburu
3 Chap 2 - Batasan Sihir
4 Chap 3 - Pulang
5 Chap 4 - Latihan
6 Chap 5 - Hujan Lebat
7 Chap 6 - Fana
8 Chap 7 - Qei
9 Chap 8 - Ketakutan Nagisa
10 Chap 9 - Hari Ulang Tahun Qei
11 Chap 10 - Makhluk Mistik
12 Chap 11 - Sihir Transformasi
13 Chap 12 - Keluarga Laurent
14 Chap 13 - Luis
15 Chap 14 - Rakt
16 Chap 15 - Sebuah Romansa?
17 Chap 16 - Keharmonisan
18 Chap 17 - Rakt dan Teressa
19 Chap 18 - Panahan
20 Chap 19 - Tragedi Memalukan
21 Chap 20 - Amukan Rakt
22 Chap 21 - Dua Rusa
23 Chap 22 - Teressa
24 Chap 23 - Lug dan Nagisa
25 Chap 24 - Tiga Tahun
26 Chap 25 - Es Krim
27 Chap 26 - Sesosok Monster?
28 Chap 27 - Metode Baru
29 Chap 28 - Ulang Tahun Lug
30 Chap 29 - Pernikahan Rakt dan Teressa
31 Chap 30 - Seleksi
32 Chap 31 - Seleksi (2)
33 Chap 32 - Pertandingan yang dahsyat
34 Chap 33 - Akademi Sihir Kerajaan
35 [Arc Keluarga Azamuth] Chap 34 - Tertidur
36 Chap 35 - Bermasalah
37 Chap 36 - Tersedak
38 Chap 37 - Mengungkapkan Identitas
39 Chap 38 - Kutukan Zephyr
40 Chap 39 - Pusing
41 Chap 40 - Perpustakaan Sihir
42 Chap 41 - Raini Eveline
43 Chap 42 - Raini Eveline (2)
44 Chap 43 - Berlatih Tanding
45 Chap 44 - Bualan Semata
46 [Arc Keluarga Azamuth: Berakhir] Chap 45 - Sihir Lima Lingkaran
47 Pengumuman
48 Chap 46 - Ujian Perburuan
49 Chap 47 - Ujian Perburuan (2)
50 Chap 48 - Makan Bersama
51 Chap 49 - Performa Lug
52 Chap 50 - "Refleks yang bagus"
53 Chap 51 - Melawan penyembah Dewa Iblis
54 Chap 51.5 - Melawan penyembah Dewa Iblis
55 Chap 52 - Melawan penyembah Dewa Iblis (2)
56 Chap 53 - Hilangnya Lug
57 Chap 54 - Kesedihan Mendalam
58 Chap 55 - Kesedihan Mendalam (2)
59 Chap 56 - Kesedihan Rakt
60 Chap 57 - Kalung Misterius
61 Chap 58 - Keceriaan yang kembali perlahan
62 Chap 59 - Pholine Quint
63 Chap 60 - Pholine Quint [Akhir Volume I]
64 Vol II Chap 1 - Seorang Gadis Ranker Perak
65 Vol II Chap 2 - Informasi Penting
66 Vol II Chap 3 - Kemenangan Raini
67 Vol II Chap 4 - Kemenangan Raini (2)
68 Vol II [Arc Ranker] Chap 5 - Kelopak Bunga
69 Vol II Chap 6 - Nona Muda Claudia
70 Vol II Chap 7 - Duke Claudia
71 Vol II Chap 8 - Kesepakatan
72 Vol II Chap 9 - Keberangkatan
73 Vol II Chap 10 - Berpamitan
74 Vol II Chap 11 - Keberangkatan Nagisa
75 Vol II Chap 12 - Dataran Exter
76 Vol II Chap 13 - Pusaran Angin Seribu Lengan
77 Vol II Chap 14 - Pusaran Angin Seribu Lengan (2)
78 Vol II Chap 15 - Kehadiran Nagisa
79 Vol II Chap 16 - Monster Mistik dan Blasteran
80 Vol II Chap 17 - Makhluk Mistik dan Blasteran (2)
81 Vol II Chap 18 - Dunia Kekacauan Arus Waktu
82 Vol II Chap 19 - Mendapatkan Pusaran Angin Seribu Lengan
83 Vol II Chap 20 - Menempuh Waktu
84 Vol II Chap 21 - Pertemuan Kembali
85 Vol II Chap 22 - Kembali menjadi Nio
86 Vol II Chap 23 - Rencana Nio
87 Vol II Chap 24 - Ingatan Alice
88 Vol II [Arc Ranker: Berakhir] Chap 25 - Ingatan Alice (2)
89 Vol II Chap 26 - Nagisa dan Nivi
90 Vol II Chap 27 - Pengungkapan Kisah Nagisa
91 Vol II Chap 28 - Aktivitas Mesum
92 Vol II Chap 29 - Percakapan di atas meja
93 Vol II Chap 30 - Jalan-jalan di taman
94 Vol II [Arc : Kehancuran Semesta] Chap 31 - Peristiwa Dahsyat
95 Vol II Chap 32 - Kepercayaan
96 Vol II Chap 33 - Kepercayaan (2)
97 Vol II Chap 34 - Nio di kerajaan Da Nuaktha
98 Vol II Chap 35 - Pertemuan Kembali
99 Vol II Chap 36 - Perasaan Yang Harus Diungkapkan
100 Vol II Chap 37 - Janji
101 Vol II Chap 38 - Kerinduan Terpendam
102 Vol II Chap 39 - Hari Pernikahan Lug
103 Vol II Chap 40 - Menemui Zephyr
104 Vol II Chap 41 - Dunia Iblis
105 Vol II Chap 42 - Vampir Humanoid
106 Vol II Chap 43 - Lich
107 Vol II Chap 44 - Lich (2)
108 Vol II Chap 45 - Bertemu dengan Empat Ranker Langit
109 Vol II Chap 46 - Dua Ghoul
110 Vol II Chap 47 - Naga dan Phoenix
111 Vol II Chap 48 - Pedang Penghubung Dunia
112 Vol II Chap 49 - Zwachievior
113 Vol II Chap 50 - Zwachievior (2)
114 Vol II Chap 51 - Yinsha
115 Vol II Chap 52 - Kehadiran yang mengejutkan
116 Vol II Chap 53 - Kepercayaan Baru
117 Vol II Chap 54 - Sambaran Petir Hitam
118 Vol II Chap 55 - Sikap Protektif Yinsha
119 Vol II Chap 56 - Retakan Dimensi
120 Vol II Chap 57 - Sambutan Dewa Leo, Dewa Konstelasi Kelima
121 Vol II Chap 58 - Kehadiran Tiga Dewa Konstelasi Lain
122 Vol II Chap 59 - Ramalan
123 Vol II Chap 60 - Keputusan Terbaik
124 Next or New
Episodes

Updated 124 Episodes

1
Prolog
2
Chap 1 - Pergi Berburu
3
Chap 2 - Batasan Sihir
4
Chap 3 - Pulang
5
Chap 4 - Latihan
6
Chap 5 - Hujan Lebat
7
Chap 6 - Fana
8
Chap 7 - Qei
9
Chap 8 - Ketakutan Nagisa
10
Chap 9 - Hari Ulang Tahun Qei
11
Chap 10 - Makhluk Mistik
12
Chap 11 - Sihir Transformasi
13
Chap 12 - Keluarga Laurent
14
Chap 13 - Luis
15
Chap 14 - Rakt
16
Chap 15 - Sebuah Romansa?
17
Chap 16 - Keharmonisan
18
Chap 17 - Rakt dan Teressa
19
Chap 18 - Panahan
20
Chap 19 - Tragedi Memalukan
21
Chap 20 - Amukan Rakt
22
Chap 21 - Dua Rusa
23
Chap 22 - Teressa
24
Chap 23 - Lug dan Nagisa
25
Chap 24 - Tiga Tahun
26
Chap 25 - Es Krim
27
Chap 26 - Sesosok Monster?
28
Chap 27 - Metode Baru
29
Chap 28 - Ulang Tahun Lug
30
Chap 29 - Pernikahan Rakt dan Teressa
31
Chap 30 - Seleksi
32
Chap 31 - Seleksi (2)
33
Chap 32 - Pertandingan yang dahsyat
34
Chap 33 - Akademi Sihir Kerajaan
35
[Arc Keluarga Azamuth] Chap 34 - Tertidur
36
Chap 35 - Bermasalah
37
Chap 36 - Tersedak
38
Chap 37 - Mengungkapkan Identitas
39
Chap 38 - Kutukan Zephyr
40
Chap 39 - Pusing
41
Chap 40 - Perpustakaan Sihir
42
Chap 41 - Raini Eveline
43
Chap 42 - Raini Eveline (2)
44
Chap 43 - Berlatih Tanding
45
Chap 44 - Bualan Semata
46
[Arc Keluarga Azamuth: Berakhir] Chap 45 - Sihir Lima Lingkaran
47
Pengumuman
48
Chap 46 - Ujian Perburuan
49
Chap 47 - Ujian Perburuan (2)
50
Chap 48 - Makan Bersama
51
Chap 49 - Performa Lug
52
Chap 50 - "Refleks yang bagus"
53
Chap 51 - Melawan penyembah Dewa Iblis
54
Chap 51.5 - Melawan penyembah Dewa Iblis
55
Chap 52 - Melawan penyembah Dewa Iblis (2)
56
Chap 53 - Hilangnya Lug
57
Chap 54 - Kesedihan Mendalam
58
Chap 55 - Kesedihan Mendalam (2)
59
Chap 56 - Kesedihan Rakt
60
Chap 57 - Kalung Misterius
61
Chap 58 - Keceriaan yang kembali perlahan
62
Chap 59 - Pholine Quint
63
Chap 60 - Pholine Quint [Akhir Volume I]
64
Vol II Chap 1 - Seorang Gadis Ranker Perak
65
Vol II Chap 2 - Informasi Penting
66
Vol II Chap 3 - Kemenangan Raini
67
Vol II Chap 4 - Kemenangan Raini (2)
68
Vol II [Arc Ranker] Chap 5 - Kelopak Bunga
69
Vol II Chap 6 - Nona Muda Claudia
70
Vol II Chap 7 - Duke Claudia
71
Vol II Chap 8 - Kesepakatan
72
Vol II Chap 9 - Keberangkatan
73
Vol II Chap 10 - Berpamitan
74
Vol II Chap 11 - Keberangkatan Nagisa
75
Vol II Chap 12 - Dataran Exter
76
Vol II Chap 13 - Pusaran Angin Seribu Lengan
77
Vol II Chap 14 - Pusaran Angin Seribu Lengan (2)
78
Vol II Chap 15 - Kehadiran Nagisa
79
Vol II Chap 16 - Monster Mistik dan Blasteran
80
Vol II Chap 17 - Makhluk Mistik dan Blasteran (2)
81
Vol II Chap 18 - Dunia Kekacauan Arus Waktu
82
Vol II Chap 19 - Mendapatkan Pusaran Angin Seribu Lengan
83
Vol II Chap 20 - Menempuh Waktu
84
Vol II Chap 21 - Pertemuan Kembali
85
Vol II Chap 22 - Kembali menjadi Nio
86
Vol II Chap 23 - Rencana Nio
87
Vol II Chap 24 - Ingatan Alice
88
Vol II [Arc Ranker: Berakhir] Chap 25 - Ingatan Alice (2)
89
Vol II Chap 26 - Nagisa dan Nivi
90
Vol II Chap 27 - Pengungkapan Kisah Nagisa
91
Vol II Chap 28 - Aktivitas Mesum
92
Vol II Chap 29 - Percakapan di atas meja
93
Vol II Chap 30 - Jalan-jalan di taman
94
Vol II [Arc : Kehancuran Semesta] Chap 31 - Peristiwa Dahsyat
95
Vol II Chap 32 - Kepercayaan
96
Vol II Chap 33 - Kepercayaan (2)
97
Vol II Chap 34 - Nio di kerajaan Da Nuaktha
98
Vol II Chap 35 - Pertemuan Kembali
99
Vol II Chap 36 - Perasaan Yang Harus Diungkapkan
100
Vol II Chap 37 - Janji
101
Vol II Chap 38 - Kerinduan Terpendam
102
Vol II Chap 39 - Hari Pernikahan Lug
103
Vol II Chap 40 - Menemui Zephyr
104
Vol II Chap 41 - Dunia Iblis
105
Vol II Chap 42 - Vampir Humanoid
106
Vol II Chap 43 - Lich
107
Vol II Chap 44 - Lich (2)
108
Vol II Chap 45 - Bertemu dengan Empat Ranker Langit
109
Vol II Chap 46 - Dua Ghoul
110
Vol II Chap 47 - Naga dan Phoenix
111
Vol II Chap 48 - Pedang Penghubung Dunia
112
Vol II Chap 49 - Zwachievior
113
Vol II Chap 50 - Zwachievior (2)
114
Vol II Chap 51 - Yinsha
115
Vol II Chap 52 - Kehadiran yang mengejutkan
116
Vol II Chap 53 - Kepercayaan Baru
117
Vol II Chap 54 - Sambaran Petir Hitam
118
Vol II Chap 55 - Sikap Protektif Yinsha
119
Vol II Chap 56 - Retakan Dimensi
120
Vol II Chap 57 - Sambutan Dewa Leo, Dewa Konstelasi Kelima
121
Vol II Chap 58 - Kehadiran Tiga Dewa Konstelasi Lain
122
Vol II Chap 59 - Ramalan
123
Vol II Chap 60 - Keputusan Terbaik
124
Next or New

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!