Meskipun Golem Lava telah terkena jebakan yang Lug persiapkan, anak laki-laki itu sama sekali tidak terlihat senang. Itu dikarenakan makhluk mengerikan yang ia jebak itu masih dapat bertahan setelah menerima serangan sebesar itu. Hanya saja setelah sihirnya telah usai, Lug mendekati Golem Lava yang tubuhnya telah roboh. Dia terlihat sangat terburu-buru untuk menyentuhnya.
Akan tetapi makhluk mengerikan itu bereaksi hebat dan batu batu di sekitarnya langsung bergerak menghantamnya untuk membentuk tubuh yang baru. Lug begitu menyesal karena tak dapat memurnikan makhluk itu dengan segera. Dia memang sudah melihat beberapa kemungkinan masa depan yang mirip dengan yang dialaminya sekarang.
"Sialan! Padahal itu kurang sedikit lagi," gerutunya sebal. Dia melompat menjauh dari makhluk besar itu.
Lug berusaha untuk menghancurkan batu yang akan membentuk tubuh barunya itu. Tetapi karena jumlah batu yang ada di sana begitu banyak, ia gagal menghalanginya.
Dan sekarang Golem Lava telah berhasil membentuk tubuh yang lebih besar dan lebih kuat dari sebelumnya. Kini makhluk itu mempunyai empat lengan dan dua kepala. Di punggungnya terdapat gundukan batu tajam yang ujungnya sentiasa meneteskan lava. Bobotnya meningkat dengan drastis.
Dengan segera makhluk besar itu bergerak dengan cepat ke arah Lug. Anak itu sudah menyadarinya dan juga berlari dari makhluk tersebut.
Anak itu menggunakan sihir Lengan Bayangan untuk menyerang monster itu sembari berlari. Walaupun dirasa tak terlalu berpengaruh, tetapi dia tetap mencoba agar dapat menghambat pergerakannya.
Lantas Lug berhenti dan berbalik yang kemudian menyerang menggunakan sihir Akselerasi Gravitasi.
Ukuran Golem Lava yang semakin besar itu sekarang malah semakin tak terpengaruh oleh sihir tersebut. Itu dikarenakan bobot makhluk tersebut lebih berat ketimbang pengaruh gravitasinya.
Lalu Monster Mistik tersebut melompat dan menghantam tanah dengan sangat kuat. Itu membuat Lug kehilangan keseimbangannya dan terjatuh. Bukan hanya itu saja, tumbuh gundukan batu tajam yang menyeruak secara beruntun ke arah anak itu yang kemudian meledak menyemburkan lava yang sangat panas. Lug berusaha untuk bangun dan menghindari serangan itu, hanya saja kakinya yang lebam karena terkena percikan lava sebelumnya membuatnya kesulitan untuk berdiri dengan tegap. Apalagi dia juga sudah terkena banyak luka yang lain lagi.
"Udara Ketenangan!"
Lug menggunakan sebuah sihir penyembuhan area dan sihir itu adalah sihir yang digunakannya di saat pelatihan Nagisa, sihir yang menstimulasi regenerasi gadis kecil tersebut.
Sihir Udara Ketenangan adalah sihir yang mempengaruhi udara di sekitarnya. Ketika ada seseorang di sekitar sihir tersebut dan menghirup udara yang terpengaruh, maka pikiran mereka menjadi jauh lebih tenang dan meningkatkan efek regenerasi dan pemulihan alami tubuh. Sihir tersebut juga dapat memperkuat efek penyembuhan dari sihir lain.
Akan tetapi musuh tak akan memberinya kesempatan kepada Lug untuk memulihkan diri. Serangan sebelumnya masih terus mengejarnya.
Karena dirasa cukup, anak itu sudah bisa berdiri kembali dan pergi menjauh. Tepat setelah dia melompat, gundukan tajam tadi tumbuh dengan sangat besar di tempat di mana Lug terjatuh tadi.
"Gawat!"
Batu tajam tadi bergetar dengan sangat hebat dan Lug masih melayang di udara. Memang bukan itu masalahnya, namun tepat setelah ini ...
BLAAAARR
Gundukan itu meledak, anak itu tak sempat untuk menggunakan sihir pertahanan dan terkena langsung ledakan tersebut. Tubuhnya terlempar hingga mengenai batu besar hingga batu tersebut retak.
Lug kembali menggunakan sihir Udara Ketenangan, tapi tetap saja pemulihannya akan memakan waktu yang cukup lama. Dia mendapatkan luka bakar di separuh wajahnya, tepatnya di sebelah kanan dan juga seluruh kulit di tangan kanannya pun melepuh. Bagian sebelah kanan tubuhnya lebih banyak mengenai ledakan barusan. Mulut dan hidungnya pun mengalir darah segar dari dalam tubuhnya.
Golem Lava mendekatinya dengan perlahan, dia kembali menggunakan sihir Telekinesis untuk membentuk bola batu. Lantas ia lemparkan ke arah seorang anak yang tengah terluka berat itu.
BLAAAR
Batu itu hancur berkeping-keping, tetapi Lug berhasil menahannya walaupun lukanya semakin bertambah. Dia menahannya dengan mana dan memadatkannya, lantas mengubahnya seperti sebuah perisai.
Lug sudah tak tak sanggup lagi untuk berdiri, namun dia tetap memaksakan dirinya untuk bangkit.
Golem Lava mendekatinya, lantas menghantam tanah dengan keras. Anak kecil itu sudah menduganya, tapi dia sudah tak dapat bergerak lagi. Gundukan batu besar yang tajam menyeruak dari tanah di sekitarnya, lantas menghimpitnya. Lug berusaha untuk menahannya dengan sihir Lengan Bayangan, tetapi batu itu akan segera meledak.
BLAAAR
Benar saja, selang beberapa detik setelah menahannya, batu yang menghimpitnya itu meledak. Lava menyembur dari bawah tanah seketika itu juga.
Akan tetapi, Lug tidak mati. Dia berhasil bertahan dari ledakan yang hampir membunuhnya itu.
"Akhirnya ... Sihir ini telah sempurna!" seru Lug di balik asap yang menutupinya.
Ketika asapnya menghilang, tubuh anak itu terlihat berbeda dari sebelumnya. Kulitnya berwarna putih dengan darah merah menyala yang terlihat di sela-sela lipatan kulitnya. Darahnya itu seakan aliran lava yang mengalir di dalam tubuhnya. Tumbuh dua tanduk hitam di kepalanya yang panjangnya sejengkal telapak tangan. Perubahannya itu terjadi di sekujur tubuhnya. Di belakang punggungnya terdapat dua garis putih bercahaya merah berbentuk persegi yang berputar dan keduanya memiliki putaran yang saling berlawanan. Luasnya hanya sekitar tiga jengkal telapak tangan saja serta garis persegi itu melayang dan teksturnya sangat padat.
Itu adalah sihir transformasi yang sedang dilatih oleh Lug. Sihir dengan jenis transformasi memiliki syarat yang paling menyiksa di antara sihir yang lain. Seseorang harus bertahan untuk mengelupas seluruh kulit tubuhnya sebagai syarat utamanya. Lantas dia harus mempertahankan sihirnya untuk memulihkan kembali kulitnya dalam wujud transformasinya.
Karena Lug telah berhasil mengelupas kulitnya dengan panasnya lava yang membakar seluruh kulit bahkan ***********, transformasinya berhasil. Kini dia memiliki tubuh baru yang dapat digunakan untuk bertarung. Sihirnya itu dinamakan Transformasi Naga Selestial, sihir empat lingkaran. Sihir transformasi masih bisa meningkat lagi dengan cara yang sama, itu akan menjadi bentuk kedua dari sihir transformasi tersebut. Tapi proses yang dialami jauh lebih menyakitkan daripada wujud pertamanya.
Lug mendapatkan peningkatan fisik secara signifikan dari sihir empat lingkaran pertama yang dikuasainya itu. Walaupun bobot dan tingginya meningkat, tetapi dia malah merasa tubuhnya semakin ringan dalam bergerak.
"Sekarang adalah giliranku menyerang!" serunya seraya tersenyum penuh dendam.
WUUUSH
Lug melesat dengan sangat cepat, lebih cepat dari kuda yang berlari. Monster Mistik segera memberikan perlawanan agar musuhnya tidak bisa menyerangnya.
Tetapi dengan jebakan dan serangan yang sama seperti sebelumnya, sesosok anak kecil yang baru saja mendapatkan tubuh baru itu lebih lincah dalam menghindarinya. Bahkan bola batu yang ditambahkan sihir pun mulai tak berpengaruh padanya. Lug dengan mudahnya menghancurkan batu besar yang dilemparkan padanya hanya dengan sekali pukul.
Anak itu bergerak semakin menjadi-jadi. Golem Lava menggunakan sebuah sihir yang menumbuhkan batu dari bawah tanah menjadi sebuah dinding besar.
Mengetahui itu, Lug langsung melesat dengan cepat dan menghantam dinding tersebut.
BLAAAR
Dinding itu langsung hancur dalam tiga kali pukulan. "Haha, dengan tubuh ini menghancurkan batu menjadi jauh lebih mudah," gumamnya sembari tertawa puas.
Tetapi tepat setelah menghancurkan dinding batu itu Lug disambut dengan hantaman keras sebuah palu raksasa yang berayun dari samping kanannya. Anak itu sudah menyadarinya, sehingga dapat menahan serangan itu dengan lengan kanannya. Fisiknya benar-benar berubah menjadi sangat kuat.
Meski terpukul mundur, Lug kembali bergerak maju. Golem Lava juga tak ingin memberinya kesempatan, sehingga ketika anak itu hendak mendekatinya, makhluk itu menghimpitnya dengan cara yang sama seperti sebelumnya. Tetapi Lug dengan mudahnya menghancurkan gundukan-gundukan batu yang menghimpitnya itu. Lantas bergerak maju mendekati lawannya.
BLAAAR
Golem Lava terpukul dengan sangat keras hingga tubuhnya hancur separuh. Pusat mananya telah terlihat, terdapat batu di perutnya yang bercahaya. Mananya sangat kacau, terlihat dari cahaya yang ada pada batu tersebut terdistorsi seperti riak air.
Lug kembali menyerang sisi tubuh yang satunya lagi untuk menghancurkan dua sisa lengan golem tersebut. Hal ini dilakukan dengan tujuan agar Golem Lava tak memberikan banyak perlawanan.
BLAAAR
Tubuh bagian lainnya telah hancur, hanya tersisa bagian perut, satu kaki kiri, dan kepalanya saja. Lug tersenyum senang melihatnya.
Anak itu menstabilkan mananya sendiri agar tidak terpengaruh oleh kacaunya mana pada Golem Lava. Antara kestabilan dan kekacauan, yang paling kuat lah yang dapat menguasai satu sama lainnya.
Aliran mana Lug semakin lama semakin stabil dan tenang, hingga dia siap untuk melakukan pemurniannya. Golem Lava masih belum menyerah, dengan mana sekitar dia menyeret batu batu bekas tubuhnya yang hancur itu untuk bangkit kembali.
"Takkan kubiarkan kau kembali bangkit sebelum memurnikan mana milikmu," ujar Lug sembari menghancurkan batu yang bergerak membentuk tubuh makhluk mengerikan itu kembali.
Dan setelah itu, Lug menyentuh pusat mana Golem Lava yang amat sangat panas itu. Tetapi anak itu menghiraukan suhu panasnya.
Beberapa saat kemudian, Lug selesai memurnikannya. Dan batu yang menjadi pusat mana itu langsung hancur setelah dimurnikan. Mana yang sebelumnya begitu kacau, sekarang telah menjadi sangat tenang dan stabil. Sekarang bukanlah batu lagi, melainkan mana tersebut memadat menjadi sebuah permata kecil berwarna hitam yang di tengahnya terdapat garis merah menyala, permata itu seukuran bola mata. Karena Lug yang memurnikannya, mana tersebut menjadi miliknya dan dapat mengenali siapa tuannya. Bola tersebut melebur menjadi mana berwujud seperti asap yang melayang dan merasuk ke punggung telapak tangan kanan Lug. Lantas punggung telapak tangannya itu memiliki sebuah tato bola hitam yang diselimuti api merah.
Transformasi Lug menghilang, dia jatuh terduduk dengan suasana hati yang senang. "Akhirnya ... Selesai. Aku berhasil," ucap anak itu seraya memejamkan matanya.
Tubuh anak itu terlihat sudah pulih dan tidak terdapat bekas luka bakar di manapun. Hanya sedikit luka gores di beberapa lengan dan punggungnya saja, meski hanya luka gores, tapi itu tetaplah menyakitkan. Lug sekarang juga telanjang bulat karena pakaiannya telah terbakar karena ledakan terakhir yang dialaminya.
Karena dirasa sudah tengah malam, Lug kembali berdiri dan segera kembali ke goa. Itu karena keesokan paginya ia dan teman-temannya akan kembali pulang ke rumah. Dan pastinya dia tidak berjalan dengan normal, itu karena kakinya masih sedikit sakit.
"Aku harus segera kembali untuk mengambil pakaian ganti, aku harus segera memulihkan diri dan juga besok aku dan yang lain sudah harus pulang," gumamnya.
Jadi di sepanjang jalan, Lug melawan beberapa hewan buas dengan tubuh telanjang bulat. Dia sebenarnya malu apabila ada orang lain di sana, akan tetapi karena dia sendirian dia sama sekali tidak malu apabila dilihat hewan buas.
Ketika sudah sangat dekat dengan goa, Lug merasakan sesuatu dengan Penglihatan Langit dan Penglihatan Dunia-nya.
Ternyata Nagisa sudah terbangun dan menyadari kakak laki-lakinya menghilang entah ke mana.
Tetapi Lug tetap akan masuk ke dalam bagaimanapun caranya. Anak itu mengintip dari mulut goa dan bersiul memanggil gadis kecil yang bingung mencarinya.
"Kakak Lug?" sahut Nagisa menoleh ke arah seseorang yang mengintip di mulut goa.
Lug menyeringai seraya berbisik, "Tolong ambilkan pakaianku di tas, aku telanjang bulat sekarang."
Nagisa terkejut dan langsung bergegas mengambilkan pakaian kakaknya itu. Dia sebenarnya penasaran bagaimana bisa Lug sampai telanjang bulat dan pakaiannya itu hilang entah ke mana.
Setelah memakai pakaiannya, Lug menceritakan apa yang terjadi padanya sampai telanjang bulat.
"Apa? Kakak bertarung melawan Monster Mistik?" tanya Nagisa terkejut. Gadis itu juga tahu tentang Monster Mistik, makanya ketika Lug mengatakannya gadis itu langsung terkejut.
Biasanya anak kecil belum diberitahu apa itu Monster Mistik. Makhluk tersebut hanya akan diberitahu apabila telah berpendidikan atau memiliki usia yang sudah cukup dewasa. Itu karena belum usia mereka untuk mengetahui tantang makhluk-makhluk lain.
Kakak Lug benar-benar hebat. Aku tak menyangka bahwa dia bisa mengalahkan monster semerikan itu sendirian, batin gadis itu kagum.
Setelah itu mereka kembali tidur dan Lug berjanji untuk menceritakan detailnya besok pagi.
Bersambung!!
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 124 Episodes
Comments
John Singgih
kembali dengan selamat setelah pertarungan berat
2022-05-04
1
John Singgih
semengerikan brow
2022-05-04
0