Lug sedang mempersiapkan barang-barangnya seperti baju, mantel, dan beberapa pakaian lainnya. Ayahnya juga membiarkannya memilih senjata yang diinginkannya. Karena dirasa terlalu banyak perlengkapan, Lug hanya memilih sebuah pisau belati dan busur saja. Dia juga membawa tas kecil yang menjadi tempat untuk menyimpan sesuatu, ayahnya juga menyiapkan sebuah sabit yang dipergunakan untuk memotong semak belukar.
Lantas Lug memakai pakaian berlapis dan mantel tebal sebagai lapisan luarnya. Ibunya lah yang membuatkannya, karena dia khawatir apabila udara semakin dingin dan Lug masuk angin atau bahkan demam nantinya.
Setelah semuanya siap Lug berangkat ke hutan yang ada di sebelah tenggara desa Nedhen. Hutan tersebut dihuni banyak sekali berbagai jenis hewan, dari hewan mungil seperti kelinci atau burung, hingga hewan buas seperti babi hutan.
Keluar dari gerbang, pohon sudah begitu banyak dan jalan setapak pun terlihat begitu tipis karena banyak rumput dan alang-alang yang tumbuh tinggi di sekitarnya yang menutupi. Saking lebatnya hanya sedikit cahaya yang dapat menembus sampai ke tanah. Sabit yang disiapkan oleh ayah Lug tadi mulai menunjukkan fungsinya untuk memotong rumput yang tumbuh terlalu tinggi.
Lug juga meninggalkan penanda berupa garis berbentuk huruf X di batang pohon yang juga disertai dengan sihir agar dapat dideteksi dalam jarak yang jauh.
"Cari buah dulu buat makanan nanti," gumam Lug.
Tak lama kemudian, pria kecil itu menemukan tanah kosong yang tidak ditumbuhi oleh alang-alang, hanya sedikit rumput yang tingginya tak sampai mata kaki. Di sana terdapat cukup banyak pohon cemara yang tidak terlalu berhimpitan. Sehingga tanah di sekitarnya banyak yang terkena sinar matahari.
Eh?
Lug mendengar sesuatu. Sepertinya ada serigala di sekitar sini, batinnya. Ia pun segera membungkukkan badan dan menempelkan telinganya di tanah. Benar saja, setidaknya seratus meter dari sini di arah selatan ada kawanan serigala. Bukannya mendapatkan buah-buahan, tetapi dia justru bertemu dengan kawanan serigala.
Kemudian Lug menciptakan sihir tiga lingkaran pada tubuhnya. Sihir tersebut bernama 'Tak Terdeteksi' karena memang seperti namanya, sihir itu membuat penggunanya menjadi tak terdeteksi.
Lalu Lug segera mencari kawanan serigala itu berada, alasannya adalah untuk segera mendapatkan bahan makanan.
Beberapa saat kemudian, dia berhasil menemukan kawanan serigalanya. Kini dirinya sedang berada di atas pohon dan mengawasi dari sana. Walaupun tidak terdeteksi melalui penciuman maupun pergerakan, tetapi mata tetap dapat melihatnya.
Mereka berjumlah sembilan ekor, menghabisi ketuanya terlebih dahulu akan memberiku keuntungan, batin Lug.
Hal itu dikarenakan mental dari kawanan serigala itu berasal dari ketua yang memimpin mereka. Jika ketuanya mati, biasanya serigala tidak akan terorganisir dan beberapa akan menjadi takut meskipun masih dalam keadaan berkelompok.
Tidak!
Setelah itu ia turun ke tanah. Para serigala itu menoleh ke arahnya karena mendengar suara.
"Sihir Pemusnahan Massal!"
Sihir tersebut adalah sihir yang amat sangat kuat ketika Lug masih menjadi leluhur. Sihir tersebut dapat memusnahkan peradaban dari tiga semesta yang berbeda dalam waktu kurang dari 10 detik. Bahkan para dewa pun tak sanggup menghadapi sihir tersebut. Bukan hanya tak sanggup, mereka sendiri juga termasuk dalam bagian peradaban itu sendiri, jelas saja mereka akan ikut musnah jika terserang dengan sihir itu.
Sekarang sihir Pemusnahan Massal yang dipakai Lug hanya memiliki kemampuan 1/1^18 (satu per satu kuintiliun). Hal ini dikarenakan tubuhnya yang amat sangat terbatas.
Note :
(Satu kuintiliun \= 1.000.000.000.000.000.000)
Sihirnya memiliki tiga garis lingkaran yang bercahaya putih. Ukurannya sangat luas dengan diameter sepuluh meter. Tapi sekarang sihirnya masih dalam proses dan belum menunjukkan tanda-tanda apapun.
Para serigala yang mengetahui itu segera bergerak mengejar Lug. Tetapi pria kecil ini bersikap dengan sangat tenang, lantas mengangkat tangannya tinggi tinggi.
"Sihir Akselerasi Gravitasi!"
Seperti namanya, ketika lingkaran sihirnya terbentuk maka semua benda ataupun makhluk di sekitarnya akan ditarik ke tanah dengan sangat kuat. Sihir ini dulunya digunakan untuk menciptakan konsep pembentukan, penghancuran, dan keseimbangan semesta. Untuk sekarang ini sihirnya hanya memiliki tiga lingkaran sihir. Gravitasi yang terpengaruh pun hanya diperkuat hingga lima kali lipat saja. Lingkaran sihir ini berwarna abu-abu transparan.
Serigala serigala itu terjatuh dan tak sanggup untuk kembali berdiri, bahkan ada beberapa yang kakinya patah. Tubuh mereka seolah sedang ditindih oleh seekor anak gajah.
"Tak kusangka berburu di kehidupan manusia itu semenyenangkan ini. Musnahlah!" gumam Lug yang kegirangan seraya mengepalkan jari-jarinya.
SRIIIING
Dari lingkaran sihir yang bercahaya putih tadi muncul cahaya yang membumbung tinggi ke langit. Pancaran itu terlihat layaknya suar raksasa, bahkan tingginya pun sampai menembus awan dan begitu terang.
Beberapa warga yang ada di desa Nedhen menyadarinya, mereka saling bertanya-tanya, siapa yang sedang menciptakan sihir sebesar itu?
Lalu semua serigala yang terjatuh tadi sudah menjadi mayat. Sihir Pemusnahan Massal yang Lug gunakan ia lemahkan lagi agar tubuh hewan-hewan berbulu itu tidak lenyap. Pria kecil berambut hitam itu pun mendekati mayat kawanan serigala di depannya dan mengambil beberapa untuk di makan nantinya–ya, ini menggantikan buah-buahan yang tadi menjadi rencananya sebelum berangkat berburu.
Tak lama kemudian, air menetes dari langit. Turun hujan ya? Batin Lug. Karena itu ia pun segera mencari goa untuk berteduh dan kebetulan di dekat sana terdapat goa.
Sesampainya di goa, Lug segera memeriksa apakah di dalamnya terdapat hewan buas atau tidak. Dan setelah diperiksa secara teliti, tak ada satupun hewan buas di dalamnya. Tetapi Lug tahu akan sesuatu yang ada di kedalaman yang lebih jauh. Di sana terdapat pembatas yang ia ciptakan sepuluh ribu tahun yang lalu. Lug masih mengingat beberapa detail tempatnya.
Beberapa saat kemudian Lug pun membuat api unggun untuk menghangatkan tubuhnya dengan kayu bakar yang sempat ia bawa sebelum menemukan goa. Dan dia membakarnya dengan memanipulasi mana dan mengubahnya menjadi sihir dalam bentuk api dan membakar ranting-ranting. Ranting yang ditemukannya semuanya basah, itu hanya bisa dibakar menggunakan sihir. Sembari menunggu hujan reda, Lug kembali melatih sumber mananya dengan sihir Pelebaran Sumber.
Hujan menjadi semakin deras.
*****
Dua jam kemudian hujan pun reda, Lug berdiri, ia keluar dari goa bergerak dengan terburu-buru ke suatu tempat. Itu karena sebelumnya dia merasakan adanya hawa kehidupan di suatu tempat yang tak jauh dari sana. Pria kecil ini menerobos ke lebatnya hutan, dengan pisau sabitnya yang besar itu semak belukar di sekitarnya ditebasnya dengan sangat mudah.
Kukira tadi hanyalah pemburu yang lewat, rupanya ada dari mereka yang menangis ... Dan lagi pemburu tak mungkin menangis.
Lug sebenarnya memiliki sihir bawaan dari reinkarnasinya yang disebut 'Penglihatan Dunia' dan 'Penglihatan Langit' yang membuatnya tahu kondisi di sekitarnya. Setiap orang pasti memiliki sihir bawaannya masing-masing dan ada juga yang sama, tapi itu mungkin karena faktor keturunan saja.
Penglihatan Dunia adalah sihir yang dapat membuat penggunanya merasakan aura kehidupan, sumber sihir dan sihir, serta meningkatkan panca inderanya. Sedangkan Penglihatan Langit adalah sihir yang dapat membuat penggunanya memiliki penglihatan dari berbagai perspektif di lingkungan sekitarnya, dengan sihir ini maka benda-benda atau makhluk di sekitarnya tak harus berada di jangkauan penglihatan matanya. Sekaligus sihir bawaan ini dapat membuat penggunanya menggunakan sihir dalam jarak yang lebih luas lagi. Keduanya adalah sihir penglihatan (Vision) yang memiliki jangkauan luas tertentu dan dapat meningkat seiring berjalannya waktu.
Dan sekarang Lug hanya memiliki jangkauan penglihatan dengan diameter 25 meter saja.
Dia juga sebelumnya mengatakan 'mereka' yang berarti ada lebih dari satu orang saja. Dan yang dimaksud dengan 'mereka' adalah manusia.
Satu dari mereka sedang menangis dan yang satunya berusaha untuk melindungi. Ada sesosok makhluk yang mengejar, tapi sayangnya mereka berdua memiliki sumber mana yang amat sangat lemah, batin Lug.
Segera Lug menghampiri dua orang yang dirasakannya itu. Dan seperti yang diduga dua orang gadis–yang satunya seumuran dengan Lug dan satunya lagi terlihat lebih tua beberapa tahun–usianya belasan tahun. Mereka mengenakan pakaian compang-camping dan rambut pirang mereka sangat berantakan.
"Siapa kalian?" tanya Lug.
Kedua gadis itu menoleh ke arahnya, mereka terkejut melihat seorang anak kecil dengan rambut hitam yang memakai mantel musim dingin tiba-tiba saja muncul. Mereka berdua masih dalam keadaan panik, sehingga pertanyaan singkat tadi pun membuat mereka terkejut.
Tak ada dari dua gadis itu yang menjawab pertanyaan dari Lug yang menghampirinya itu. Justru mereka berdua malah mengalihkan pandangannya ke arah pepohonan rindang. Ternyata mereka dikejar beruang buas yang sedang kelaparan, batin Lug.
"Kenapa kalian diam saja? Jawab pertanyaanku! Siapa kalian?" tanyanya lagi tapi dengan nada yang lebih tegas.
Gadis yang lebih tua itu pun menoleh ke arah Lug dan kemudian mulai berbicara. Dia menceritakan apa yang sebenarnya telah terjadi. Mereka rupanya berasal dari keluarga yang hidup di kedalaman. Ada juga dua keluarga lain yang saling bertetanggaan, mereka hidup terasing di tanah yang tak terjamah kaki para bangsawan. Hanya saja terjadi sebuah invasi hewan buas yang membuat kediaman ketiga keluarga itu menjadi tak lagi aman, walau mereka tahu hal seperti itu akan terjadi cepat ataupun lambat tetapi mereka tak segera mengambil langkah dan semuanya telah terlambat.
Mereka semua habis dibunuh oleh hewan-hewan buas itu, hanya saja Teressa dan adiknya berhasil melarikan diri, tapi sayang ada seekor beruang yang kelaparan mengejar mereka sampai saat ini. Walaupun gadis yang bernama Teressa itu bercerita dengan sangat mendetail, tetapi dia tak berharap bahwa anak laki-laki yang bertanya padanya itu menyelamatkannya beserta adiknya.
"Tolong ... Selamatkan kami ... Kumohon," pinta gadis kecil yang menunduk bersembunyi di bawah pelukan Teressa, Nagisa. Ucapannya tersendat, gadis itu menangis, ingusnya bahkan sampai hampir menyatu dengan tetesan hujan di wajahnya.
"Nagisa, anak ini hanya sedikit lebih tua darimu, kau saja belum mahir menciptakan sihir satu lingkaran, paling jauh juga dia hanya sampai sihir satu lingkaran," sahut Teressa yang sudah kehilangan harapannya. Gadis ini kembali melemparkan pandangannya ke belakang.
Walaupun merasa sedang diremehkan, Lug tidak marah sedikitpun. Tetapi pemikirannya mengatakan bahwa kesalahpahaman itu harus segera diluruskan. Lug menghela nafas dan tersenyum. "Bagaimana jika aku sanggup menyelamatkan kalian?" sindirnya.
Nagisa langsung berdiri, "Aku! Aku akan menjadi budak untuk tuan muda ... Dengan itu nyawa kami terselamatkan."
Teressa terkejut dan segera menarik tangan adiknya, "Apa yang kau katakan?!" Suaranya menjadi lebih tegas. Dia berusaha melindungi adiknya dengan kekuatannya sendiri, bahkan sampai tak mempercayai orang yang hendak menyelamatkannya meskipun sudah berdiri di depan matanya.
"Nagisa tak ingin kita mati di sini ... Ibu pernah berkata, nyawa itu lebih penting dari apapun." Gadis memiliki mata perak yang indah, matanya mengkilat berwarna-warni layaknya pelangi, bulu matanya panjang dan melengkung dengan sangat indah. Tatapan matanya sayu dan memelas kepada sang kakak, berusaha berdiri dengan tegas namun ingus di hidungnya muncul begitu saja–jika saja tidak hujan atau dalam situasi menegangkan seperti sekarang ini, mungkin itu akan menjadi hal yang sangat lucu.
Lug yang memperhatikan perselisihan pendapat antara kakak dan adik itupun mulai merasa muak. "Sudahlah, hentikan!"
Dua gadis kecil itu segera menoleh ke arahnya dan diam saat itu juga. Akan tetapi Teressa menatapnya sinis dan kembali memalingkan wajahnya. Seakan gadis itu berkata, siapa kau? Tiba-tiba saja mencampuri urusan kami.
"Aku akan menyelamatkan kalian, tapi kalian harus ikut denganku nantinya. Tenang saja, aku tak akan memperbudak kalian," ucap Lug sembari berjalan maju melewati dua gadis itu.
Nagisa tersenyum dan menundukkan kepalanya, lantas berterima kasih pada anak laki-laki di depannya. Tetapi Teressa masih tak percaya dan tetap merasa tak akan ada harapan lagi. Tak ada yang dapat diharapkan dari seorang anak kecil yang tersesat di tengah-tengah hutan. Memangnya dia siapa? Pahlawan yang turun dari langit yang diutus para dewa untuk menyelamatkan kami? Itu kedengaran seperti dongeng sebelum tidur.
"Ketika kalian kemari, kebetulan beruang itu juga mencium aroma lain di sekitarnya sehingga menariknya untuk bergerak ke arah yang lain. Tapi beruang itu sekarang sedang menuju kemari karena dia tak mendapatkan apa-apa. Setelah ini kalian lihat saja!" ujar Lug dengan pandangan tegas.
Teressa tak peduli dengan kata-kata itu, dia hanya sudah kehilangan tujuan hidupnya dan memasrahkan diri kepada jurang kematian. Wajahnya begitu datar dan membiarkannya diterpa oleh angin ganas dan air hujan layaknya ribuan paku yang dihujamkan.
Hingga beberapa saat kemudian beruang yang dimaksud tadi pun muncul. Lug menggunakan sihir yang sama seperti tadi, sihir Akselerasi Gravitasi. Hanya saja dia tak menggunakan sihir Pemusnahan Massal untuk mengeksekusinya, pria kecil berambut hitam itu memilih untuk memenggal kepala beruangnya. Serta memotong beberapa bagian lagi dengan tujuan untuk dapat dikonsumsi.
Teressa yang semulanya pasrah dengan tatapannya yang kosong, kini matanya terbelalak tak percaya dengan apa yang telah dia lihat. Seorang anak kecil yang usianya sedikit lebih tua dari adiknya itu telah menyelamatkannya. Teressa tak bisa benar-benar terdiam, jauh di dalam hatinya dia merasa bersyukur sekaligus kagum. Lantas dia berdiri, hendak berjalan menghampiri Lug, tapi langkahnya terhenti bahkan sebelum ia melangkah. Teressa takut bahwa Lug menyimpan dendam akan kata-kata yang telah dilontarkannya.
"Apa kan kubilang? Kakak sih ... Tak percaya ... " ucap Nagisa yang ucapannya masih tersendat. Lantas ia mengusap ingus di hidungnya.
Karena ucapan sang adik, Teressa pun mulai berterima kasih, "Tuan muda, terima kasih telah menyelamatkan kami, saya ... Saya ... Saya sungguh- benar-benar tak tahu kekuatan anda yang sebenarnya. Maafkan saya karena tadi tak percaya dengan kekuatan anda, saya benar-benar berterima kasih kepada anda. "Teressa bahkan sempat ingin menjabat tangan Lug, namun ia mengurungkan niatnya itu.
Lug tersenyum, lantas ia berkata, "Tak perlu begitu formal, sesama manusia bukannya harus saling menolong? Nah, seperti kataku tadi, kalian harus mau ikut denganku."
Senyuman Teressa memudar, kemurungannya mulai tampak lagi. Gadis itu kini menundukkan kepalanya, pemikiran negatifnya kembali muncul.
"Baiklah, kami akan ikut dengan tuan muda." Berbeda dengan sang kakak, Nagisa justru begitu senang ketika diselamatkan–tak memusingkan apa yang akan terjadi kedepannya.
"Teressa, aku tahu kau khawatir. Tapi tak semua orang itu seperti apa yang kau pikirkan," ujar Lug meyakinkan gadis pirang itu.
Nagisa pun turut menghibur kakaknya, meremas tangannya dan kemudian berkata, "Kakak, kita bisa bertahan hidup jika ikut bersamanya."
"Kita tidak tahu apakah dia benar-benar baik atau tidak, hanya dengan baik sekali kepada kita bukan berarti dia benar-benar tulus untuk membantu kita." Teressa masih saja tak percaya dengan Lug, tetapi pria kecil itu tak merasa kecewa ataupun marah dengan hal itu.
Lug kembali tersenyum sembari membalikkan badannya dan menatap ke langit. Lantas ia berkata, "Manusia itu unik dan terlalu naif, mereka butuh seribu kebaikan untuk membuktikan bahwa orang itu benar-benar baik dan hanya butuh satu kejahatan untuk membuktikan bahwa orang itu benar-benar jahat."
Ucapannya itu sedikit membuat Teressa malu dan sadar bahwa pertolongan yang diberikan kepadanya barusan telah menolongnya dari ambang kematian.
"Em ... Tu-tuan muda, anu ... Maaf, tapi apa anda benar-benar tidak memperbudak kami?" tanya gadis itu penasaran.
Lug menoleh dengan senyuman hangat, "Aku sendiri berasal dari daerah terpencil yang mana desaku seolah diperbudak oleh kerajaan. Aku tak ingin orang lain merasakan hal yang sama, jadi aku tak akan pernah memperbudak siapapun."
Mendengar ucapan Lug, Teressa dan Nagisa saling bertatapan dengan senyuman hangat, mereka bahkan sampai meneteskan air mata haru. Walaupun jauh di dalam lubuk hati mereka masih tak percaya, tapi pertolongan yang Lug berikan itu benar-benar menyelamatkan nyawa mereka.
Lug sedikit tak nyaman dengan ucapan Teressa barusan. "Dan lagi satu hal, jangan panggil aku tuan muda. Itu akan membuatku canggung jika didengar oleh orang lain."
Bersambung!!
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 124 Episodes
Comments
「Hikotoki」
saya merasa ini masuk debe, best kondisi tier berapa? tier 3? 2?
2023-09-06
1
E N V Y { IRI HATI }
nagisa ya, terdengar tak asing, jangan² dia juga trap🤣
2023-03-16
0
Bombom
Yaaa ini yang dinamakan Leluhur yang gabut 🤭
Tpi lumayanlah, udh ada di puncak jadi bingung mau ngapain , ehh Reinkarnasi aja jadi manusia sapa tau dapet yang bikin memuaskan 😏🤭🤭
2022-09-11
1