Chapter 09. Bertarung Intensif.
Setelah Xue Mei melepaskan Xiang Tianzhi dari pelukannya, Xiang Tianzhi segera membakar tubuh ketiga mayat dan menghilangkan jejak mereka. Sedangkan Xue Mei terdiam, terlihat masih sedih dan juga syok dengan melihat Xiang Tianzhi yang kuat, kekuatannya telah melebihi dia.
"Nascent Soul tahap pertama! Bagaimana dia berlatih?" kata Xue Mei dengan suara yang pelan, dia kebingungan dengan perubahan putranya setelah terbangun dari koma, dia mengetahui kekuatan Xiang Tianzhi dari kemarahannya yang memicu fluktuasi energi kekuatan Nascent Soul.
Xiang Tianzhi mendekati ibunya yang tampak berpikir, dia tanpa berbicara langsung menggendongnya, spontan Xue Mei berteriak kecil dan malu dengan membenamkan wajahnya di dada Xiang Tianzhi.
"Jika tidak segera diobati luka Ibu akan membusuk!" ujar Xiang Tianzhi yang menahan marah, dia marah akan perbuatan Permaisuri Yin yang memerintahkannya orang untuk menangkap dia dan ibunya, apalagi sampai membuat Xue Mei terluka.
"Iya, jangan kuatir," jawab Xue Mei dan teringat akan pill penyembuh tingkat Surgawi, namun dia tidak mengeluarkannya, sengaja dia melakukan itu untuk melihat apa yang akan dilakukan saat merawat lukanya.
Xiang Tianzhi masuk kedalam rumah dan menuju kamar tidur. Xiang Tianzhi meletakkan ibunya di tempat tidur dan menuju ruang depan lagi untuk memasak air serta mengambil kain bersih. Sedangkan Xue Mei berpura-pura tertidur terlentang dan menunggu putranya yang akan merawat lukanya. Xue Mei juga telah mengeluarkan beberapa bubuk obat dan diletakkan di meja sebelah tempat tidur.
Tidak berselang lama, Xiang Tianzhi kembali dengan membawa air hangat dan kain yang akan dijadikan perban. Melihat ibunya telah tertidur dengan luka dan darah masih keluar, Xiang Tianzhi menghela nafas dan duduk di sampingnya. Lalu, Xiang Tianzhi memotong pakaian Xue Mei dengan pisau, tujuan agar lebih mudah dilepas tanpa harus membangunkan ibunya.
Secara berlahan Xiang Tianzhi melepaskan potongan pakaian dari tubuh Xue Mei, dimulai dari atas. Xiang Tianzhi yang melihat kulit halus Xue Mei dan membuat jantungnya berdebar. Secara berlahan potongan pakaian diangkat dan terlihat secara berlahan gunung kembar yang masih padat dan indah, biji kecil gunung kembar itu berwarna merah dan membuat Xiang Tianzhi menelan salivannya.
"Indahnya!" puji Xiang Tianzhi mengagumi gunung kembar Xue Mei yang berukuran cukup besar.
Xue Mei tersanjung mendengar pujian Xiang Tianzhi, dia juga merasakan jantungnya berdebar, apalagi saat kulitnya bersentuhan dengan tangan Xiang Tianzhi, tanpa disadari, gunung kembarannya yang tersentuh membesar, demikian juga dengan bijinya.
Kemudian, setelah mengangkat potongan kain bagian atas tubuh Xue Mei, Xiang Tianzhi mengambil kain bersih yang sudah direndam dengan air hangat dan membersihkan luka di bagian bahu secara berlahan. Setelah luka di bahu telah bersih, Xiang Tianzhi menaburkan serbuk obat pada luka Xue Mei dan membalut luka dengan kain bersih yang telah dia potong dengan rapi.
Saat melihat lagi gunung kembar milik Xue Mei, Xiang Tianzhi menelan salivannya, dan kembali memuji keindahan dan terawatnya tubuh Xue Mei. Di bagian dada, memang ada beberapa goresan tapi tidak dalam. Seperti sebelumnya, Xiang Tianzhi membersihkan secara berlahan, agar ibunya tidak kesakitan dan terbangun.
"Mm!!" Xue Mei menahan suaranya agar tidak didengarkan oleh Xiang Tianzhi, saat gunung kembarannya tersentuh.
Jantung Xue Mei sudah tidak karuan, dia ingin segera membuka mata dan mencium Xiang Tianzhi, namun dengan sekuat hati, dia menahan dan tetap berpura-pura tidur.
Kali ini Xiang Tianzhi tidak membalut luka Xue Mei, karena cukup ditaburi serbuk obat. Lalu, Xiang Tianzhi kembali membuka bagian bawah perut ibunya, sebab bagian paha juga tergores pedang. Namun, Xiang Tianzhi berhenti, karena kebingungan, dia kuatir tidak bisa menahan diri saat melihat tubuh indah.
"Lakukan saja, kan hanya kita berdua!" pinta Xue Mei kepada Xiang Tianzhi.
Spontan Xiang Tianzhi kaget dan melihat wajah ibunya yang terbangun. "Tapi ...!" Xiang Tianzhi masih ragu-ragu dengan nafas yang mulai terengah-engah.
"Bukannya dulu kamu sudah sering melihat tubuh banyak wanita, bahkan pelayanmu dulu sering kamu buat ...!" ungkap Xue Mei dan tidak melanjutkan perkataannya.
Seketika Xiang Tianzhi mengingat masa lalu pemilik tubuh aslinya, dan memang benar semasa hidupnya sering berhubungan intim dengan banyak pelayan Istana. Dengan menarik nafas dalam-dalam, Xiang Tianzhi mengikuti permintaan ibunya.
'Xue Mei, ini permintaanmu!' batin Xiang Tianzhi dan tersenyum kepada ibunya.
Xue Mei kembali memejamkan mata, dia berharap bisa melakukan hal dewasa dengan putranya sendiri, sebab dia juga telah jatuh cinta. 'Seandainya kamu tahu siapa kita ...!' batin Xue Mei yang ingin berbicara jujur, dia terlihat banyak menyimpan rahasia.
Detak jantung Xiang Tianzhi semakin berpacu saat melihat lembah surga milik Xue Mei yang tidak memiliki rambut, halus dan berwarna merah muda. "Indahnya!" gumam Xiang Tianzhi tanpa sadar.
Xue Mei menahan rasa malu sekaligus bangga dengan pujian dari Xiang Tianzhi, jantung Xue Mei juga berdetak kencang, lembah surganya mulai basah dengan sentuhan tangan Xiang Tianzhi.
Kemudian Xiang Tianzhi dengan buru-buru membersihkan goresan pada luka di paha Xue Mei yang hampir mengenai organ intimnya, untung saja hanya goresan. Xiang Tianzhi menaburkan serbuk obat saja tanpa perlu dibalut kain, sebab lukanya hanya goresan dan tidak dalam.
Tapi, kedua mata Xiang Tianzhi tidak beralih dari lembah surga milik Xue Mei yang basah, secara naluri Xiang Tianzhi mendekatkan wajahnya pada lembah surga dan mencium bau harum yang khas dimiliki wanita.
"Mm!!" sontak Xue Mei mende sah saat bibir Xiang Tianzhi menyentuh lembah surganya, tubuhnya gemetaran ketika merasakan sensasi nikmat yang tidak pernah dia rasakan bersama mantan suaminya.
Xiang Tianzhi terus menyerbu lembah surga tanpa melihat Xue Mei yang sudah menggeliat dengan menarik seprai dengan tangan kiri, dan tangan kanan menekan kepala Xiang Tianzhi agar tidak berhenti.
Mendapatkan respon Xue Mei, Xiang Tianzhi makin bersemangat dengan memasukkan lidahnya pada lembah surga. Suara merdu Xue Mei sudah tidak ditahan lagi, karena begitu berpengalaman Xiang Tianzhi membuatnya naik ke langit ketujuh.
Xue Mei yang tidak tahan segera menarik kepala Xiang Tianzhi yang mengikuti saja, dan mereka berdua saling berdua bibir dan lidah. Kedua tangan Xue Mei berusaha melepaskan pakaian Xiang Tianzhi. Xiang Tianzhi juga membantunya dan kembali beradu bibir setelah pakaiannya lepas.
"Mm!!" Xue tersentak ketika lembah surganya diterobos tongkat Xiang Tianzhi dengan kasar, tapi kekasaran itu dia sangat menyukainya, apalagi ukurannya sangat besar dan panjang.
Xiang Tianzhi tanpa ampun dan menghajar lembah surganya, dan membuat Xue Mei kewalahan. Xue Mei pun tidak tinggal diam, dia kembali beradu bibir dan lidah, sambil melingkarkan kedua kakinya pada pinggang Xiang Tianzhi dan menekannya.
"Oh!!" Xue Mei akhirnya mencapai puncak terlebih dahulu dan Xiang Tianzhi merasakan tongkatnya tersiram air surganya.
Xiang Tianzhi langung menghentikan hentakannya, agar Xue Mei menikmati sensasi langit ketujuh. Namun, Xue Mei yang belum menerima air surganya milik Xiang Tianzhi, segera menekan kakinya yang masih melingkar di pinggang Xiang Tianzhi.
"Mm!!"
Kembali Xiang Tianzhi menghajar lebih keras dari sebelumnya dan membuat Xue Mei bersuara merdu dan kencang. Xue Mei sudah tidak memperdulikan lukanya, apalagi luka itu baginya hal sepele untuk setingkat Golden Core.
"Oh!"
Kembali Xue Mei mencapai langit ketujuh dan membuatnya sangat bahagia dan puas, dia menikmati sensasi yang tidak pernah dia rasakan, walaupun sudah pernah berhubungan dengan Raja Xiang.
Xue Mei tersenyum bahagia dengan melihat dan memegang pipi Xiang Tianzhi. Xue Mei segera membalikkan badannya, karena ingin membuat Xiang Tianzhi mencapai langit ketujuh juga.
"Kamu hebat!" puji Xue Mei yang sudah tidak memanggilnya seperti biasa, dia sudah berada di atas perut Xiang Tianzhi dengan lembah surga tanpa melepaskan tongkat.
"Kamu juga kuat masih bisa bertarung lagi!" puji Xiang Tianzhi dengan merem as gunung kembar, dan membuat Xue Mei menurunkan pinggulnya hingga tongkat Xiang Tianzhi memenuhi rahimnya.
"Mm!!" Xue Mei mendongak kebelakang ketika Xiang Tianzhi menghentakkan pinggulnya.
Mereka berdua terus bertarung hingga menjelang pagi, dan berkali-kali Xue Mei mencapai langit ketujuh, sedangkan Xiang Tianzhi baru empat kali mencapai puncak.
Berbagai posisi mereka berdua lakukan, hingga membuat seluruh tulang Xue Mei ingin lepas dan tubuhnya lemas, seketika Xue Mei tertidur dengan senyum bahagia. Demikian juga dengan Xiang Tianzhi yang tertidur sambil memeluk Xue Mei.
Tanpa terasa Xue Mei terbangun saat siang hari dan melihat Xiang Tianzhi masih tertidur tanpa mengeluarkan tongkatnya pada lembah surga miliknya. Xue Mei tersenyum dan menyerang bibir Xiang Tianzhi, dia ingin bertarung lagi, sebab dia telah kalah dan tidak ingin menyerah.
Spontan tongkat Xiang Tianzhi mulai berdiri, dan membuat Xue Mei senang dengan stamina putranya yang masih bisa beraksi lagi. Kini Xue Mei kembali mendominasi dengan berada di atas, dan menghentakkan pinggulnya dengan sangat keras.
Xiang Tianzhi terbangun dan tersenyum, sambil memainkan gunung kembar yang masih padat dan terawat. Sekali lagi mereka berdua bertarung hingga sore tiba, dan berhenti ketika perut terasa lapar.
Di dalam kamar mandi mereka berdua juga bertarung lagi, hingga membuat Xue Mei mencapai langit ketujuh sebanyak dua kali, dan Xiang Tianzhi baru sekali. Entah berkali Xue Mei mencapai langit ketujuh, dan menyerah ketika mengakui kehebatan Xiang Tianzhi dalam memuaskan wanita.
"Pantas para pelayan begitu senang setiap kali bersamamu!" ujar Xue Mei yang tampak cemburu dengan masa lalu Xiang Tianzhi saat masih di Istana Kerajaan Xiang.
"Tapi, mereka masih kalah jauh dengan kamu dalam hal stamina dan pengalaman," kata Xiang Tianzhi sambil memasukkan kedua jarinya di lembah surga.
"Ah! Sudah, aku mau masak dulu!" buru-buru Xue Mei keluar dari kamar mandi, kuatir dia tidak bertarung lagi.
Xiang Tianzhi hanya tersenyum dan kembali menikmati air yang masih mengucur di kepalanya. Sedangkan Xue Mei hanya menggunakan pakaian Dudao berwarna merah saat sedang memasak.
"Hah! Kita harus pergi dari tempat ini, mungkin dalam waktu 3 hari Permaisuri Yin akan mengirim orang yang lebih kuat, jika utusannya yang pertama tidak kembali melapor!" Xue Mei menghela nafas saat yang teringat akan kejadian semalam, dan berbicara kepada Xiang Tianzhi yang keluar dari kamar.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 318 Episodes
Comments
Dhika aja
mantap thor
2023-03-03
1
tukang nikung
naikan dulu kultipasi nya.
2023-01-15
0
Raden Mohan
yg bener itu perlahan bkn berlahan thor, klo berlahan itu tuan tanah yg bnyk lahan
2023-01-07
0