TENTANG KAMU
"Aku sudah berusaha!"
"Berusaha apa? sudah 3 bulan kita menunggak. Bahkan untuk membeli susu Una saja kita sudah tidak sanggup!"
"Aku-" Mengusap wajahnya frustasi.
"Mau sampai kapan kita begini? aku tidak bisa tetap seperti ini. Kita berpisah saja!"
"Tidak bisa!"
Seorang gadis kecil berusia 5 tahun bernama Una, melihat dan mendengar pertengkaran kedua orang tuanya dari balik tembok. Ia mengusap air matanya, tiap hari kedua orang tuanya selalu saja bertengkar.
"Ayah, Bunda. Una tidak mau minum susu lagi, rasanya tidak enak," ucap pelan bocah cilik itu.
Kedua orang tuanya setiap bertengkar selalu membahas perkara susu. Menurutnya jika ia tidak meminum susu lagi, kedua orang tuanya pasti tidak akan bertengkar.
Begitulah pemikiran gadis kecil itu. Padahal kedua orang tuanya bertengkar karena terhimpit masalah ekonomi.
"Una sayang, kamu sudah bangun?" tanya Reno menghampiri sang anak. Berjongkok untuk mensejajarkan dirinya dengan Una.
"Kamu pasti mimpi buruk, ya?" Rosa pun menghampirinya. Sudah pasti anaknya terbangun karena suara pertengkaran mereka.
Reno menggendong Una. "Kamu pasti mau tidur sama Ayah, kan?"
Una mengangguk. Ayah pun menggelitikinya, membuat keduanya jadi tertawa.
Pagi harinya Reno bersiap untuk pergi. Ia pekerja serabutan. Hari ini temannya akan mengajak untuk menjadi kenek buruh bangunan.
Dulunya Reno adalah anak pengusaha kaya di kotanya. Ia jatuh cinta pada Rosa. Tapi cinta mereka tidak direstui orang tua Reno, bahkan orang tua Rosa juga ikut tidak merestui. Lantaran orang tua Reno yang tidak segan menghina orang tua Rosa, bahkan mempermalukan mereka.
Rosa sudah memilih mundur, tapi Reno tidak mau melepaskan Rosa. Hingga singkat cerita mereka akhirnya kawin lari. Memulai hidup baru dari awal di kota yang baru.
Tapi, ternyata keluarga Reno tidak tinggal diam. Dengan kekuasaan dan uang, keluarganya menutup semua akses untuk Reno. Hingga tidak ada perusahaan yang mau menerimanya bekerja.
Reno juga pernah mencoba membuka usaha sendiri dan usahanya dibakar orang yang tidak dikenal, padahal itu adalah modal satu-satunya. Ia pun kini terpaksa bekerja serabutan untuk menghidupi istri dan anaknya.
"Aku pergi dulu." pamit Reno saat melihat Rosa diam saja. Pria itu pun memeluknya.
"A-aku takut Bu Siska datang lagi menagih." Rosa pun menangis di pelukan sang suami.
Bu Siska terkenal pemilik kontrakan yang sangat galak, setiap menagih akan memaki bahkan tidak segan untuk menghinanya.
"Maaf, aku akan carikan uangnya! Doakan hari ini aku dapat uang ya." Reno menenangkan sang istri.
Reno sangat tahu keluarganya tetap memantau dirinya. Walau sampai lembur bekerja tetap saja pendapatannya rendah. Selalu dibawah dari pekerja lain.
"Aku pulang ke rumah orang tuaku saja ya?"
Mendengar ucapan Rosa, Reno melonggarkan pelukannya. Menatap lekat sang istri.
"Tidak! Kamu sabar ya. Aku akan berusaha demi keluarga kita!" janji Reno. Ia tidak mau berpisah dari istri dan anaknya.
Rosa diam seraya mengalihkan pandangannya. Ia juga tahu mertuanya selalu memantau mereka. Reno selalu cerita padanya, tentang bagaimana sulitnya mencari pekerjaan.
"Ya?" Reno memastikan.
Rosa akhirnya menggangguk. Reno jadi bernafas lega. Ia pun bisa pergi kerja dengan tenang.
Setelah Reno pergi, Rosa kembali ke kamar. Tersenyum melihat Una yang masih tertidur pulas. Walaupun hanya dengan kasur tipis, anaknya itu bisa tidur dengan nyenyak. Wajah polosnya membuatnya tersenyum.
Rosa menciumi pipi buah hatinya. Anugrah terindah dalam pernikahannya.
Tok...Tok... Tok
Suara ketokan pintu yang cukup kuat mengagetkan Rosa. Ia sudah tahu siapa yang mengetok pintu itu. Siapa lagi kalau bukan pemilik kontrakkan.
Rosa membuka pintu, ia melihat Bu Siska memasang wajah sangar.
"Cepat bayar uang sewa!!!" Tagihnya dengan suara menggelegar.
"Mas Reno lagi kerja, Bu. Nanti sore pasti dibayar."
"Sore sore sore, sore kapan? kalian sudah nunggak 3 bulan! Kalian kira saya orang dermawan, saya juga butuh uang untuk anak saya!"
"Ma-maaf, Bu. Nanti sore pasti di bayar."
"Kamu janji-janji saja! Kalau suamimu tidak bisa menghidupimu, jual tubuhmu! Aku bisa mencarikanmu tubang kaya!"
Wajah Rosa memerah mendengar ucapan bu Siska. "Nanti sore mas Reno akan membayarnya, sekaligus dengan bunganya, Bu!"
"Cih!" Bu Siska melihat Rosa dengan malas. Wanita muda itu hanya bisa berjanji-janji saja.
"Aku beri waktu sampai sore, kalau nanti sore tidak ada juga uangnya. Kalian harus meninggalkan kontrakan ini. Dasar orang miskin! Jika tidak sanggup bayar kontrakan tinggal saja di kolong jembatan!!!"
Bu Siska pergi dengan sombongnya dan Rosa hanya mampu mengusap air matanya.
"Bunda."
Rosa menutup pintu, ia kaget melihat Una sudah bangun. Wajar putrinya terbangun, pasti karena teriakan wanita galak itu.
"Kamu sudah bangun? mandi kita yuk, setelah itu sarapan," ajak Rosa menahan kesedihannya. Ia tidak mau menangis di depan Una.
Setelah mandi, Rosa menemani Una makan. Hanya nasi dan telur ceplok, tapi bocah kecil itu makan dengan lahap.
"Makannya pelan-pelan ya, nak." Bunda mengambil nasi yang berserakan di mulut bocah kecil itu.
"Bunda, sudah sarapan?"
Rosa mengangguk. "Sudah tadi sama ayah." Bohongnya. Ia dan Reno tidak sarapan. Nasinya hanya cukup buat Una. Anak kecil itu harus tetap makan untuk pertumbuhannya.
'Kalau tidak ada aku, mereka pasti akan menyayangi Una!'
"Bunda, sudah!" Bocah kecil itu sudah menghabiskan sarapannya.
"Kita tidur, yuk. Bunda ngantuk!"
Bunda menepuk-nepuk punggung sang anak pelan, seraya berpikir selama ini kehidupan mereka makin terpuruk. Bahkan uang yang Reno cari hanya mampu membeli beras dan telur. Itu pun hanya untuk mereka makan sekali. Mereka mengalah agar Una tetap bisa makan 3 kali, karena Una jarang diberi susu.
Rosa menggenggam tangan kurus Una, tubuh sang putri tidak seperti anak-anak seusianya.
'Bunda sangat menyayangimu, nak. Bunda harap kamu bahagia ya sama Ayah. Jangan marah sama Bunda, ya! Bunda hanya mau kamu bahagia!'
Rosa menciumi bocah cilik yang sudah tertidur, sambil mengusap air matanya. Ia sudah bertekad akan kembali ke rumah orang tuanya. Membiarkan Una tinggal bersama ayahnya. Ia percaya Reno pasti bakal kembali ke keluarganya. Mertuanya pasti akan menerima Reno dan Una tanpa ada dirinya. Reno anak mereka dan Una darah daging Reno.
Rosa meletakkan surat yang telah ditulisnya untuk Reno. Dalam suratnya ia meyakinkan Reno untuk kembali ke keluarganya. Memikirkan masa depan Una jika mereka tetap memaksa bersama.
Rosa menghela nafas panjang, ia terpaksa harus pergi tanpa pamitan. Sejujurnya ia juga tidak bisa berpisah dari Reno secara langsung. Hatinya tidak pernah sanggup untuk berpisah dan pasti Reno juga akan menahan dirinya.
Sore itu Una terbangun, ia tidak melihat Bunda di sampingnya. Ia bangkit dan berjalan keluar kamar.
"Bunda-Bunda!"
Tak ada sahutan. Ia mencari seluruh rumah, dapur, kamar mandi tapi tidak menemukan bundanya. Mencari keluar rumah tetap tidak menemukannya.
"Bunda pergi ke mana ya?" Ia masuk kembali dalam rumah.
Hari sudah malam, baik bunda dan ayah tidak ada yang pulang. Una kecil mulai gelisah. Bocah itu menunggu di depan pintu, berharap kedua orang tuanya segera pulang.
Una menguap, ia mulai mengantuk. "Aku tidur saja. Pasti mereka akan pulang."
Bocah kecil itu menutup pintu dan menguncinya. Lalu mengambil selimut dari kamar dan memilih tidur di ruang tamu yang hanya ada tikar saja. Ia tidak mau tidur di kamar, takut tidak dengar saat mereka mengetok pintu.
Pagi pun telah tiba, Una tersentak. Ia masih di ruang tamu. Ia pun bangkit dan mencari kedua orang tuanya.
"Ayah, bunda, kalian di mana? Una sudah tidak mau minum susu lagi!" Bocah cilik itu menangis terisak-isak sambil berjongkok di depan rumah. Setelah mencari dan tidak menemukan kedua orang tuanya.
"Hei, anak kecil!!!"
.
.
.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 95 Episodes
Comments
Sulaiman Efendy
GK TANGGUNG JAWAB SEKALI SAMA ANAK....
2023-01-09
0
Gadis23
halo Thor aku mampir ni
salam kenal dari " menikah dengan paman sahabat ku"
like, vote dan favorit untukmu 😊
2022-05-06
1
Taehyung
nyimak
2022-04-24
1