Part 7 - Kabur Bersama

Ziva tampak celingak-celinguk melihat ke arah orang-orang yang memasuki terminal. Jam sudah menunjukkan pukul 10.30 malam. Setengah jam lagi bus akan segera berangkat, tapi Una belum juga tiba.

'Di mana kau, Una?' Ziva hanya dapat meyakinkan hatinya jika Una baik-baik saja dan dalam perjalanan ke terminal bus. Berharap rencana mereka untuk kabur tidak terhalang.

Ziva memegang ponselnya. Ia sangat bingung sekarang. Mau menelpon Una, tapi temannya itu tidak punya ponsel. Mau menelpon bu Ita, akan lebih bahaya. Pasti akan ketahuan jika mereka berencana kabur.

"Halo pak Bos, apa Una sudah pulang?" Ziva memilih menelepon pemilik Swalayan saja.

"Hari ini Una tidak masuk. Tadi saya telepon bu Ita katanya Una ada urusan penting."

"Oh gitu, ya sudah Pak. Terima kasih."

Ziva terduduk lemas di kursi Bus. Ia menepuk kursi di sampingnya. Itu kursi untuk Una nanti. Mendengar alasan bu Ita, bisa diprediksi Una tidak akan pergi dengannya.

Kesedihan mulai menghinggapinya. Tapi ia teringat bahwa Una mengatakan apapun yang terjadi harus tetap menunggunya. Ziva pun bangkit menuju supir.

"Pak supir."

"Ya, tolong segera duduk. Bus akan segera berangkat." ucap pak supir karena hari sudah menunjukkan pukul 11 malam.

"Pak, teman saya masih dalam perjalanan. Saya minta tolong, tunggu teman saya sebentar lagi." Ziva memelas pada pak supir. Ia meyakini Una pasti akan segera datang.

Melihat wajah Ziva yang memelas seperti itu, pak Supir jadi tidak tega. Ia pun akhirnya menurut.

"Pak, kenapa belum jalan?"

"Apa yang mau ditunggu?"

"Ini sudah jam berapa?"

Para penumpang lain mulai gelisah, bus tidak kunjung berangkat. Sudah 10 menit waktu berlalu dari jadwal keberangkatan.

"Kita harus segera berangkat@" Ucap pak Supir yang sudah memberi kelonggaran waktu.

Ziva mengangguk. Ia yang berada di depan pintu bus, perlahan masuk. Pikirannya tidak tenang memikirkan Una. Bagaimana nasib temannya itu sekarang.

Bus pun perlahan bergerak. Mulai melaju pelan keluar dari terminal. Saat bus akan berbelok arah, Ziva melihat wanita yang baru turun dari taksi. Berlari masuk ke dalam Stasiun.

"Pak supir-pak supir, tolong berhenti! Itu teman saya baru sampai!" Ucap Ziva menghampiri supir Bus dan menunjuk-nunjuk keluar Bus.

"Pak, tolong berhenti!" Ziva sampai memohon hingga air matanya jatuh.

Pak supir akhirnya memberhentikan bus. Para penumpang lain pada protes tidak terima padanya.

"Pak, tolong tunggu saya sebentar ya" Ucap Ziva. Supir pun mengangguk.

"Ayo, pak jalan. Ngapain ditunggu lagi."

"Iya buang-buang waktu saja."

"Mau berapa lama menunggu?"

"Seharusnya kita sudah setengah jalan."

"Mau ke mana, pak?" tanya salah satu penumpang melihat Pak supir turun.

"Aku mau beli minum. Kalau aku mau membeli minum membuang-buang waktu kalian. Kalian kemudikan saja bus nya sendiri!" Pak Supir pun turun dari bus.

Para penumpang jadi terdiam. Saat seperti ini, rajanya adalah pak supir.

Ziva berlari menuju terminal. Air matanya kembali berjatuhan melihat Una yang menangis frustasi memukuli dadanya. Sungguh kasihan sekali temannya ini.

"Una." Ziva menepuk Bahu Una.

Wanita itu mengusap air matanya. "Ziva, kau masih menungguku?" wajah Una langsung mewek, air matanya makin tumpah.

"Ayo, kita segera pergi!" Ziva menarik tangan Una. "Nanti kita ketinggalan bus!"

Yang dilakukan sekarang adalah harus segera pergi dari tempat ini. Mendengar cerita Una, urusan belakangan. Mereka pun setengah berlari keluar terminal. Ziva bernafas lega, bus masih menunggu di pinggir jalan.

"Terima kasih, Pak." Ucap Ziva pada pak supir yang masih mau bersabar menunggu. Una juga ikut berterima kasih karena telah menunggunya.

"Cepat masuk. Saya tidak akan menunggu lagi." ucap pak Supir.

Ziva dan Una mengangguk. Ia dan Una pun masuk ke bus. Para penumpang lain melihat mereka dengan sedikit sinis. Apalagi pada wanita yang memakai pakaian seksi dan bertelanjang kaki.

"Va, kita bakal bebas kan?" tanya Una memastikan kembali.

"Pasti. Sudah kamu tidur dulu. Walau aku sangat penasaran apa yang terjadi padamu, besok saja kau ceritakan semua padaku. Setelah kita sampai di sana!"

Ziva sangat bernafas lega. Ia bisa pergi dengan Una. Jika tidak, ia pasti pergi dengan perasaan yang tidak tenang.

"Terima kasih ya, Va." Una segera memeluk sahabatnya itu. Ia menangis menumpahkan segala sesak di hatinya.

"Sudahlah, Na. Semua akan baik-baik saja." Ziva menepuk-nepuk pundak Una. Menenangkan wanita itu.

Ziva mengeluarkan sarung dari tasnya dan memberikan pada Una. Temannya pasti kedinginan berpakaian seperti itu. Nanti jika bus berhenti untuk istirahat, Una harus segera berganti pakaian.

Una tertidur di kursi dengan tangannya yang memegang lengan Ziva. Sangat kuat, sangking takutnya Ziva akan meninggalkannya.

Sementara di tempat lain. Bian meremas tangannya dengan geram. Ia tidak menyangka, ditinggal sebentar ke kamar mandi untuk menuntaskan sesuatu dan wanita malam itu sudah berani kabur. Bahkan mencuri uang dan juga jasnya. Padahal jelas-jelas ia sudah membayar wanita malam itu.

'Dasar pencuri!!!'

"Wan, Perintahkan segera bawa wanita itu ke Apartemenku besok. Jika tidak, hancurkan Club malam itu!!!"

\=\=\=\=\=\=\=\=\=\=\=\=\=\=\=\=\=\=\=\=\=\=\=\=\=\=\=\=\=\=\=

Esok harinya Bian kembali ke rumah orang tuanya setelah ia terbang selama 1 jam.

"Pulanglah, Wan. Hubungi saya jika mereka telah membawanya ke apartemen." Pinta Bian dengan tatapan datar.

Masih ada rasa kesalnya pada wanita malam itu. Apalagi saat ia keluar hotel, ekpresi pegawai hotel seolah menertawakan dirinya. Mereka pasti tahu ia ditinggalkan wanita malam itu.

"Baik, Tuan." Wan mengangguk patuh.

Bian pun turun dari mobil.

"Aku pulang." Ucap pria itu saat memasuki rumah.

"BIAN!" Suara cempreng menggelegar seperti berada dalam konser. Suara siapa lagi kalau bukan sang mama yang jadi tersangkanya.

"Apa yang kamu lakukan? siapa perempuan itu? kamu tidak kasihan melihat Luna?" wanita paruh baya menjewer telinga anaknya.

"Ibu Suri tolong lepaskan jeweran anda!" Ucap Bian. Mendengar itu Mama makin menjewernya.

"Aduh, Ma. Sakit, Ma! Sama anak nyiksa saja tahunya mama ini!" Bian memegangi telinga yang sudah memerah.

"Kamu berani-beraninya bermalam dengan wanita seperti itu!" Murka Mama tidak menyangka anaknya bisa membooking wanita malam.

"Biasa itu, Ma. Namanya juga laki-laki. Bian mau menikah saat itu, tapi Mama memaksa harus menikah dengan Luna. Jadi beginilah cara terbaik menyalurkan hasrat yang terpendam." Ucap Bian dengan santai, seolah tidak ada beban saat mengatakannya.

"Kamu!" Mama memegang kepalanya yang mendadak pusing. "Dalam 2 minggu ini kamu dan Luna harus menikah!"

"Bian tidak mau!" tolaknya.

"Mama tidak mau tahu!" masih memaksa.

"Ya sudah, Mama saja yang nikahi Luna. Atau kalau tidak berikan pada Papa saja!"

"Bian, dasar anak kurang ajar!" Mama kesal melihat anaknya yang tampak santai berjalan menuju kamarnya di lantai 2.

'Kenapa aku bisa punya anak seperti dia?'

.

.

.

Terpopuler

Comments

Ayhu Ramadhan

Ayhu Ramadhan

si bian wkkwwkkw

2022-06-18

1

Gadis23

Gadis23

yuhu

2022-05-15

1

lihat semua
Episodes
1 Part 1 - Terpaksa Pergi
2 Part 2 - Kabur
3 Part 3 - Hilang
4 Part 4 - Kehidupan Una
5 Part 5 - Wanita Malam
6 Part 6 - Pelanggan
7 Part 7 - Kabur Bersama
8 Part 8 - Wanita Frustasi
9 Part 9 - Surat Perjanjian
10 Part 10 - Akting
11 Part 11 - Balas Budi
12 Part 12 - Berpikir Keras
13 Part 13 - Una
14 Part 14 - Bertemu Ziva
15 Part 15 - Meminta Bantuan
16 Part 16 - Aku Tertekan
17 Part 17 - Cincin
18 Part 18 - Sah
19 Part 19 - Mama
20 Part 20 - Pria Penguntit
21 Part 21 - Kasihan Sekali
22 Part 22 - Menginap
23 Part 23 - Test Pack
24 Part 24 - Cantik
25 Part 25 - Drama Pagi
26 Part 26 - Tampan Sekali
27 Part 27 - Janda?
28 Part 28 - Mas Dino
29 Part 29 - Mimpi
30 Part 30 - Jogging
31 Part 31 - Mas Bian
32 Part 32 - Bunda?
33 Part 33 - Tertekan
34 Part 34 - Begini Rasanya
35 Part 35 - Nama Yang Sama
36 Part 36 - Shoping
37 Part 37 - Aku Mau
38 Part 38 - Begitu Manis
39 Part 39 - Akan Menjebak
40 Part 40 - Kemari
41 Part 41 - Bianku
42 Part 42 - Saling Menjambak
43 Part 43 - Una Sayang
44 Part 44 - Tingkah Luna
45 Part 45 - Aku Tidak Ingat
46 Part 46 - Beristri Dua
47 Part 47 - Aku Mencintaimu
48 Part 48 - Begitu Lama
49 Part 49 - Bertemu Dino
50 Part 50 - Apa Kamu Merindukanku?
51 Part 51 - Harus Dibicarakan
52 Part 52 - Jadi Adik Saja
53 Part 53 - Ke Rumah Bunda
54 Part 54 - Mencari Tahu
55 Part 55 - Berpikir Begitu
56 Part 56 - Demam
57 Part 57 - Tidak ada informasi
58 Part 58 - Dia Anakku
59 Part 59 - Ke Pantai
60 Part 60 - Sepertinya Aku Salah
61 Part 61 - Una Anakku
62 Part 62 - Putri Kecil
63 Part 63- Maafkan Bunda
64 Part 64 - Kisah Lalu
65 Part 65 - Kisah Lalu 2
66 Part 66 - Kisah Lalu 3
67 Part 67 - Kisah Lalu 4
68 Part 68 - Haus Kasih Sayang
69 Part 69 - Punya Kakak?
70 Part 70 - Keluarga Baru
71 Part 71 - Menyesal
72 Part 72 - Ke Kantor
73 Part 73 - Bian Yang Dulu
74 Part 74 - Polisi
75 Part 75 - Keluar Sel
76 Part 76 - Mengamuk
77 Part 77 - Malam Ini
78 Part 78 - Mencari Perhatian
79 Part 79 - Ceraikan Bian
80 Part 80 - Menggoda
81 Part 81 - Merindukannya
82 Part 82 - Tamat Riwayatmu
83 Part 83 - Bukan Anak Kandung
84 Part 84 - Amnesia
85 Part 85 - Rasa Malu
86 Part 86 - Terlalu Baik
87 Part 87 - Wawan
88 Part 88 - Kakak
89 Part 89 - Jangan Pergi
90 Part 90 - Kejarlah Dia
91 Part 91 - Satu Titik Dua Koma
92 Part 92 - Mak Comblang
93 Part 93 - Akhir Bahagia
94 PROMO
95 PROMO
Episodes

Updated 95 Episodes

1
Part 1 - Terpaksa Pergi
2
Part 2 - Kabur
3
Part 3 - Hilang
4
Part 4 - Kehidupan Una
5
Part 5 - Wanita Malam
6
Part 6 - Pelanggan
7
Part 7 - Kabur Bersama
8
Part 8 - Wanita Frustasi
9
Part 9 - Surat Perjanjian
10
Part 10 - Akting
11
Part 11 - Balas Budi
12
Part 12 - Berpikir Keras
13
Part 13 - Una
14
Part 14 - Bertemu Ziva
15
Part 15 - Meminta Bantuan
16
Part 16 - Aku Tertekan
17
Part 17 - Cincin
18
Part 18 - Sah
19
Part 19 - Mama
20
Part 20 - Pria Penguntit
21
Part 21 - Kasihan Sekali
22
Part 22 - Menginap
23
Part 23 - Test Pack
24
Part 24 - Cantik
25
Part 25 - Drama Pagi
26
Part 26 - Tampan Sekali
27
Part 27 - Janda?
28
Part 28 - Mas Dino
29
Part 29 - Mimpi
30
Part 30 - Jogging
31
Part 31 - Mas Bian
32
Part 32 - Bunda?
33
Part 33 - Tertekan
34
Part 34 - Begini Rasanya
35
Part 35 - Nama Yang Sama
36
Part 36 - Shoping
37
Part 37 - Aku Mau
38
Part 38 - Begitu Manis
39
Part 39 - Akan Menjebak
40
Part 40 - Kemari
41
Part 41 - Bianku
42
Part 42 - Saling Menjambak
43
Part 43 - Una Sayang
44
Part 44 - Tingkah Luna
45
Part 45 - Aku Tidak Ingat
46
Part 46 - Beristri Dua
47
Part 47 - Aku Mencintaimu
48
Part 48 - Begitu Lama
49
Part 49 - Bertemu Dino
50
Part 50 - Apa Kamu Merindukanku?
51
Part 51 - Harus Dibicarakan
52
Part 52 - Jadi Adik Saja
53
Part 53 - Ke Rumah Bunda
54
Part 54 - Mencari Tahu
55
Part 55 - Berpikir Begitu
56
Part 56 - Demam
57
Part 57 - Tidak ada informasi
58
Part 58 - Dia Anakku
59
Part 59 - Ke Pantai
60
Part 60 - Sepertinya Aku Salah
61
Part 61 - Una Anakku
62
Part 62 - Putri Kecil
63
Part 63- Maafkan Bunda
64
Part 64 - Kisah Lalu
65
Part 65 - Kisah Lalu 2
66
Part 66 - Kisah Lalu 3
67
Part 67 - Kisah Lalu 4
68
Part 68 - Haus Kasih Sayang
69
Part 69 - Punya Kakak?
70
Part 70 - Keluarga Baru
71
Part 71 - Menyesal
72
Part 72 - Ke Kantor
73
Part 73 - Bian Yang Dulu
74
Part 74 - Polisi
75
Part 75 - Keluar Sel
76
Part 76 - Mengamuk
77
Part 77 - Malam Ini
78
Part 78 - Mencari Perhatian
79
Part 79 - Ceraikan Bian
80
Part 80 - Menggoda
81
Part 81 - Merindukannya
82
Part 82 - Tamat Riwayatmu
83
Part 83 - Bukan Anak Kandung
84
Part 84 - Amnesia
85
Part 85 - Rasa Malu
86
Part 86 - Terlalu Baik
87
Part 87 - Wawan
88
Part 88 - Kakak
89
Part 89 - Jangan Pergi
90
Part 90 - Kejarlah Dia
91
Part 91 - Satu Titik Dua Koma
92
Part 92 - Mak Comblang
93
Part 93 - Akhir Bahagia
94
PROMO
95
PROMO

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!