Part 4 - Kehidupan Una

20 tahun kemudian...

"Ini gaji kalian." Pria tua pemilik swalayan membagikan gaji karyawan dalam amplop.

Seorang wanita berkulit putih dengan rambut panjang sebahu, tersenyum bahagia menerima amplop itu. Wanita itu adalah Una.

"Va, tolong simpankan ya!" Una menyerahkan beberapa lembar uang pada temannya tersebut. Ia lalu memasukkan sisa uang dalam amplop baru yang telah dimintanya pada pemilik swalayan. Amplop yang sama, ada stempel Swalayan.

Una kini telah sampai di rumah. Ia pulang jam 8 malam lewat.

"Mana?" bu Ita, seorang wanita paruh baya mengarahkan tangan.

Una menghela nafas dan mengeluarkan amplop dari tasnya. Memberikan amplop pada wanita tua itu.

"Hmm, Dinda! besok kita shoping ya!" teriaknya sambil masuk, tidak memperdulikan Una lagi. Yang terpenting hanya amplopnya. Ia tahu Una hari ini gajian.

Sudah 20 tahun Una tinggal dengan keluarga bu Ita dan suaminya. Mereka yang menemukan Una kecil saat terdampar di pinggir pantai. Sebagai balas budi mereka menyuruh Una mengerjakan semua pekerjaan rumah. Tanpa disekolahkan. Una tidak pernah bersekolah lagi.

Saat Una mulai remaja, ia sudah disuruh untuk bekerja. Dan gaji yang didapat harus diserahkan utuh pada bu Ita, tanpa sedikitpun diberikan padanya. Oleh sebab itu, Una sering menyisihkan uang hasil beberapa jam lemburnya yang disimpan pada sang teman. Dan hanya memberikan gaji pokok saja pada bu Ita. Wanita tua itu tahu berapa gajinya bekerja.

Menjalani kehidupan seperti itu, membuat Una sering mencoba kabur dari kota kecil itu. Tapi selalu keluarga bu Ita bisa menemukannya. Dan berakhir cacian hingga makian dilayangkan padanya. Syukurnya mereka tidak mau main tangan.

Una membuka penanak nasi dan menghela nafas pelan. Nasi sudah habis dan hanya tinggal kerak, bahkan lauk ikan hanya tinggal kepalanya saja. Begitulah ia setiap hari makan, hanya ditinggalkan sisa-sisa saja. Padahal gajinya sebulan telah diambil mereka.

Wanita itu pun mencuci piring, sambil menunggu cucian di mesin cuci. Dulu Una disuruh mencuci pakai tangan. Syukurlah zaman sudah modern dan bu Ita tidak mau kalah saing dengan tetangga lain yang sudah memiliki mesin cuci. Bu Ita membeli mesin cuci keluaran model terbaru dan sangat bagus. Una sedikit terbantu jadinya.

'Ayah, bunda. Apa kabar kalian? Una harap kalian baik-baik saja. Una juga baik-baik saja di sini.' Batinnya berbohong. Mana mungkin ia baik-baik saja, sementara kehidupannya seperti ini. Lepas dari jerat satu masuk ke jerat lain. Kapan akan berakhir? Kapan ia akan bahagia.

Una memandangi tumpukan pakaian yang akan disetrikanya. Jika tidak disetrika hari ini, besok hanya akan menambah tumpukannya.

Hampir jam 11 malam, Una baru selesai dengan setrikaannya. Ia pun masuk ke kamar. Dilihatnya Dinda sedang teleponan dengan seseorang. Dinda hanya beberapa tahun lebih muda di bawahnya saja.

Una menggelar tikarnya, ia hanya diperbolehkan tidur di lantai. Baru berbaring ia sudah lelap saja, ia memang sudah terbiasa atau sangat letih dengan kehidupan seperti ini.

Pagi itu Una akan bersiap berangkat kerja. Ia mendengar suara dari ruang tamu.

"Kalau tidak punya uang 500 juta, jangan berani-berani datang melamar Una!" Ucap Bu Ita.

"Saya hanya punya 50 juta. Saya-"

"Pergi, pergilah!!! Kau pikir ia murahan!!!" Bu Ita mengusirnya.

Begitulah bu Ita, tiap ada yang datang melamar Una ia akan meminta uang 500 juta. Una selama ini adalah mesin uangnya. Jika wanita itu menikah, maka ia tidak akan ada pemasukan lagi dan Una akan terbebas darinya. Maka dari itu ia sengaja meminta uang sebanyak itu, agar tidak ada yang berani mendekati Una. Dan jika pun ada yang berani, maka ia akan langsung kaya mendadak.

\=\=\=\=\=\=\=\=\=\=\=\=\=\=\=\=\=\=\=\=\=\=\=\=\=\=\=\=\=\=

"Pak, kalau ada yang nanyai Una tolong bilang ia sedang mengantar barang, ya." Ucap Ziva dan Pemilik swalayan yang segera mengangguk.

Sebenarnya pekerjaan Una dari jam 7 pagi sampai jam 6 sore. Tapi Una meminta untuk mengatakan pada bu Ita bahwa ia bekerja sampai jam 8 malam. Waktu 2 jam itu di gunakannya untuk lembur. Pemilik swalayan setuju saja, karena merasa kasihan dengan nasib wanita itu.

Ziva membawa Una ke kafe yang tidak jauh dari swalayan. Mereka memesan minuman.

"Na, aku mau ke ibu kota." Ziva memberitahunya.

Una terkejut, wajah cantik itu langsung berubah sedih. Hanya Ziva satu-satunya temannya.

"Kau tetap di sini saja!" bujuk Una menahan Ziva.

"Tidak bisa! Kau lihat semenjak orang tuaku meninggal tidak ada yang peduli padaku, padahal di sini semua keluarga orang tuaku. Jadi ku pikir untuk apa aku tetap di sini. Aku mau memulai hidup baru dengan suasana yang baru." Tekad Ziva dengan yakin.

Benar yang dikatakan Ziva. Una juga ingin seperti itu, memulai hidup baru. Tapi tidak pernah bisa kabur dari bu Ita.

"Apa kau mau ikut aku, Na?" Bisik Ziva pelan, takut ada yang mendengar.

Dengan cepat Una menggangguk lalu kembali menggeleng. Jika ia pergi percuma saja, bu Ita pasti akan menemukannya.

"Kenapa?" Ziva menatap Una yang menolak ajakannya.

"Aku tidak bisa kabur, tiap kabur selalu kembali lagi!" Una pun berwajah sedih, percuma kabur jika tetap ditemukan bu Ita.

"Karena kau kaburnya masih sekitar kota kecil ini. Kita ke ibu kota lho. Perjalanan ke sana itu saja kalau naik bus sampai 12 jam lho. Kalau naik pesawat kita tidak punya uang!" ucap Ziva sambil tertawa.

"Di sana mereka tidak akan bisa menemukanmu. Di ibu kota itu luas dan besar lho, Na. Juga padat penduduk. Sudah kau percaya saja padaku, apa kau mau selamanya tinggal dengan bu Ita?"

Una menggeleng. "Aku tidak mau, Va."

"Ya sudah percaya sama aku!" Ucap Ziva dengan yakin sambil memegang kedua bahu Una. Berharap temannya itu akan mempercayainya. Ia juga kasihan dengan Una.

"Jadi begini, besok bus akan berangkat jam 11 malam. Kau harus tiba tepat waktu, jika tidak akan ditinggal bus." Ziva memberitahu jadwal bus berangkat.

"Tapi, aku kerja hanya sampai jam 8." Una tampak bingung. Tiap ia pulang telat, bu Ita akan langsung mencarinya.

"Aku sudah katakan pada pemilik swalayan kita, bahwa besok kau akan lembur sampai jam 11 malam. Alasannya kita mau membersihkan gudang. Nanti beliau yang akan menelepon bu Ita meminta izin." Ziva menjabarkan rencananya yang sudah dipikirkannya matang-matang.

"Baiklah, aku setuju!" Una menghela nafasnya. Meyakinkan diri bahwa ia harus bebas.

"Besok aku sudah libur. Jadi aku mau beres-beres. Kau tidak usah bawa-bawa baju!"

Una mengangguk mengerti. "Ziva, kau kan tahu aku tidak punya ponsel. Jadi aku nanti tidak bisa menghubungimu. Besok apapun yang terjadi, kau harus tetap menungguku sampai jam 11 malam itu, ya!" wantinya.

"Aku pasti akan menunggumu di sana. Kita akan bebas bersama!"

.

.

.

Terpopuler

Comments

sherly

sherly

siuna lepas dr mulut macan masuk mulut harimau... anak gadis yg malang

2024-06-30

0

Sulaiman Efendy

Sulaiman Efendy

LEPAS DARI SISKA, KTEMU DGN ITA SI WANITA IBLIS... HABIS INI KTEMU SIAPA LAGI..

2023-01-09

1

lihat semua
Episodes
1 Part 1 - Terpaksa Pergi
2 Part 2 - Kabur
3 Part 3 - Hilang
4 Part 4 - Kehidupan Una
5 Part 5 - Wanita Malam
6 Part 6 - Pelanggan
7 Part 7 - Kabur Bersama
8 Part 8 - Wanita Frustasi
9 Part 9 - Surat Perjanjian
10 Part 10 - Akting
11 Part 11 - Balas Budi
12 Part 12 - Berpikir Keras
13 Part 13 - Una
14 Part 14 - Bertemu Ziva
15 Part 15 - Meminta Bantuan
16 Part 16 - Aku Tertekan
17 Part 17 - Cincin
18 Part 18 - Sah
19 Part 19 - Mama
20 Part 20 - Pria Penguntit
21 Part 21 - Kasihan Sekali
22 Part 22 - Menginap
23 Part 23 - Test Pack
24 Part 24 - Cantik
25 Part 25 - Drama Pagi
26 Part 26 - Tampan Sekali
27 Part 27 - Janda?
28 Part 28 - Mas Dino
29 Part 29 - Mimpi
30 Part 30 - Jogging
31 Part 31 - Mas Bian
32 Part 32 - Bunda?
33 Part 33 - Tertekan
34 Part 34 - Begini Rasanya
35 Part 35 - Nama Yang Sama
36 Part 36 - Shoping
37 Part 37 - Aku Mau
38 Part 38 - Begitu Manis
39 Part 39 - Akan Menjebak
40 Part 40 - Kemari
41 Part 41 - Bianku
42 Part 42 - Saling Menjambak
43 Part 43 - Una Sayang
44 Part 44 - Tingkah Luna
45 Part 45 - Aku Tidak Ingat
46 Part 46 - Beristri Dua
47 Part 47 - Aku Mencintaimu
48 Part 48 - Begitu Lama
49 Part 49 - Bertemu Dino
50 Part 50 - Apa Kamu Merindukanku?
51 Part 51 - Harus Dibicarakan
52 Part 52 - Jadi Adik Saja
53 Part 53 - Ke Rumah Bunda
54 Part 54 - Mencari Tahu
55 Part 55 - Berpikir Begitu
56 Part 56 - Demam
57 Part 57 - Tidak ada informasi
58 Part 58 - Dia Anakku
59 Part 59 - Ke Pantai
60 Part 60 - Sepertinya Aku Salah
61 Part 61 - Una Anakku
62 Part 62 - Putri Kecil
63 Part 63- Maafkan Bunda
64 Part 64 - Kisah Lalu
65 Part 65 - Kisah Lalu 2
66 Part 66 - Kisah Lalu 3
67 Part 67 - Kisah Lalu 4
68 Part 68 - Haus Kasih Sayang
69 Part 69 - Punya Kakak?
70 Part 70 - Keluarga Baru
71 Part 71 - Menyesal
72 Part 72 - Ke Kantor
73 Part 73 - Bian Yang Dulu
74 Part 74 - Polisi
75 Part 75 - Keluar Sel
76 Part 76 - Mengamuk
77 Part 77 - Malam Ini
78 Part 78 - Mencari Perhatian
79 Part 79 - Ceraikan Bian
80 Part 80 - Menggoda
81 Part 81 - Merindukannya
82 Part 82 - Tamat Riwayatmu
83 Part 83 - Bukan Anak Kandung
84 Part 84 - Amnesia
85 Part 85 - Rasa Malu
86 Part 86 - Terlalu Baik
87 Part 87 - Wawan
88 Part 88 - Kakak
89 Part 89 - Jangan Pergi
90 Part 90 - Kejarlah Dia
91 Part 91 - Satu Titik Dua Koma
92 Part 92 - Mak Comblang
93 Part 93 - Akhir Bahagia
94 PROMO
95 PROMO
Episodes

Updated 95 Episodes

1
Part 1 - Terpaksa Pergi
2
Part 2 - Kabur
3
Part 3 - Hilang
4
Part 4 - Kehidupan Una
5
Part 5 - Wanita Malam
6
Part 6 - Pelanggan
7
Part 7 - Kabur Bersama
8
Part 8 - Wanita Frustasi
9
Part 9 - Surat Perjanjian
10
Part 10 - Akting
11
Part 11 - Balas Budi
12
Part 12 - Berpikir Keras
13
Part 13 - Una
14
Part 14 - Bertemu Ziva
15
Part 15 - Meminta Bantuan
16
Part 16 - Aku Tertekan
17
Part 17 - Cincin
18
Part 18 - Sah
19
Part 19 - Mama
20
Part 20 - Pria Penguntit
21
Part 21 - Kasihan Sekali
22
Part 22 - Menginap
23
Part 23 - Test Pack
24
Part 24 - Cantik
25
Part 25 - Drama Pagi
26
Part 26 - Tampan Sekali
27
Part 27 - Janda?
28
Part 28 - Mas Dino
29
Part 29 - Mimpi
30
Part 30 - Jogging
31
Part 31 - Mas Bian
32
Part 32 - Bunda?
33
Part 33 - Tertekan
34
Part 34 - Begini Rasanya
35
Part 35 - Nama Yang Sama
36
Part 36 - Shoping
37
Part 37 - Aku Mau
38
Part 38 - Begitu Manis
39
Part 39 - Akan Menjebak
40
Part 40 - Kemari
41
Part 41 - Bianku
42
Part 42 - Saling Menjambak
43
Part 43 - Una Sayang
44
Part 44 - Tingkah Luna
45
Part 45 - Aku Tidak Ingat
46
Part 46 - Beristri Dua
47
Part 47 - Aku Mencintaimu
48
Part 48 - Begitu Lama
49
Part 49 - Bertemu Dino
50
Part 50 - Apa Kamu Merindukanku?
51
Part 51 - Harus Dibicarakan
52
Part 52 - Jadi Adik Saja
53
Part 53 - Ke Rumah Bunda
54
Part 54 - Mencari Tahu
55
Part 55 - Berpikir Begitu
56
Part 56 - Demam
57
Part 57 - Tidak ada informasi
58
Part 58 - Dia Anakku
59
Part 59 - Ke Pantai
60
Part 60 - Sepertinya Aku Salah
61
Part 61 - Una Anakku
62
Part 62 - Putri Kecil
63
Part 63- Maafkan Bunda
64
Part 64 - Kisah Lalu
65
Part 65 - Kisah Lalu 2
66
Part 66 - Kisah Lalu 3
67
Part 67 - Kisah Lalu 4
68
Part 68 - Haus Kasih Sayang
69
Part 69 - Punya Kakak?
70
Part 70 - Keluarga Baru
71
Part 71 - Menyesal
72
Part 72 - Ke Kantor
73
Part 73 - Bian Yang Dulu
74
Part 74 - Polisi
75
Part 75 - Keluar Sel
76
Part 76 - Mengamuk
77
Part 77 - Malam Ini
78
Part 78 - Mencari Perhatian
79
Part 79 - Ceraikan Bian
80
Part 80 - Menggoda
81
Part 81 - Merindukannya
82
Part 82 - Tamat Riwayatmu
83
Part 83 - Bukan Anak Kandung
84
Part 84 - Amnesia
85
Part 85 - Rasa Malu
86
Part 86 - Terlalu Baik
87
Part 87 - Wawan
88
Part 88 - Kakak
89
Part 89 - Jangan Pergi
90
Part 90 - Kejarlah Dia
91
Part 91 - Satu Titik Dua Koma
92
Part 92 - Mak Comblang
93
Part 93 - Akhir Bahagia
94
PROMO
95
PROMO

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!