Part 16 - Aku Tertekan

"Bersiap-siaplah sekarang!" Ucap Bian setelah menerima telepon.

"Bersiap? memang mau ke mana?" tanya Una dengan mulut penuh makanan. Ia masih memakan ayam kriuknya.

"Sudah cepat. Nanti dilanjut lagi makannya!" Bian mendorong tubuh Una agar segera masuk ke kamar untuk berganti baju.

"Ta-tapi-" Una tidak rela meninggalkan 2 potong ayam kriuknya yang masih tersisa.

"Dandan yang cantik!" ucap Bian kembali lalu menutup pintu kamar.

Tak lama Bian mengetok pintu kamar. Sudah menunggu cukup lama, wanita itu tidak keluar-keluar kamar. Apa yang dilakukannya.

"Na, sudah selesai?" Bian mengetuk pintu dengan tidak sabaran.

"Bentar, aku masih dandan!" teriak Una dari dalam.

"Buka dulu, aku mau ambil baju!"

Bian pun masuk dan melihat Una masih bertempur dengan peralatan make upnya. Pria itu memilih baju di lemari sambil matanya melirik Una yang sedang berdandan.

Wanita memang ribet. Wajah didempul, bibir diwarnai, alis ditebali. Belum lagi, tah untuk apa spidol ditulis di kelopak mata. Itu lagi bulu mata ditempel, biar kelihatan lebat mungkin ya. Dan apa itu yang dimasukkan ke dalam mata?

Bian hanya terbengong melihat step by step ritual make up Una.

"Aku sudah siap." Ucap Una.

Bian terpaku sejenak saat melihat wanita itu sudah berdiri di hadapannya. Ia mengakui Una memang cantik, tapi saat ini dengan sapuan make up, wajah Una lebih cantik dan terlihat lebih segar.

'Astaga!!!'

Yang jadi masalah sekarang adalah pakaiannya. Wanita itu memakai pakaian yang membuat khilaf. Terbuka atas dan bawah.

"Ganti pakaianmu!" pinta Bian mengalihkan tatapannya. Bahaya jika terus dilihat, ia masih pria normal. Akan terpancing jika dipancing begitu.

"Tapi," bagi Una sekarang imagenya adalah wanita malam, maka ia harus berpenampilan seperti itu. Tidak ada yang salah.

"Pakai pakaian santai yang tertutup. Jika kamu berpakaian seperti itu, orang-orang akan merasa kepanasan."

Bian pun keluar dari kamar. Mungkin sebenarnya yang kepanasan sekarang adalah dirinya. Berdua di kamar dengan wanita cantik berpakaian seksi seperti itu bisa membuatnya seakan terbakar.

"Ini rumah siapa?" tanya Una saat Bian memberhentikan mobilnya di depan sebuah rumah mewah.

"Rumahku. Ayo turun!" pinta pria itu sambil membuka sabuk pengamannya.

"Kenapa kita kemari?" tanya Una yang tiba-tiba merasa takut.

"Kenapa kamu banyak tanya? ikut saja!" Pinta Bian yang tidak mau menanggapi pertanyaan itu.

Begitu Una turun dari mobil, Bian langsung meraih tangannya dan menyatukan jari-jari mereka.

"Tu-Tuan," kontak fisik yang dilakukan Bian membuat Una jadi gugup.

"Kenapa tanganmu begitu dingin? bersikaplah seperti biasa. Jangan takut, ada aku." Bian makin mempererat genggamannya.

Bian pun menggandeng Una masuk ke dalam rumah. Begitu masuk Una merasakan suasana yang dingin dan menyeramkan. Pandangan orang tua Bian yang menatap tajam dan sangat tidak suka melihatnya.

"Siapa wanita ini?" tanya Papa setelah Bian dan Una duduk.

"Wanita hamba yang Mulia." Ucap Bian penuh keseriusan. "Ini orang tuaku, sayang." Ucap Bian dengan nada yang sangat lembut seperti gula kapas.

Una mengangguk sambil tersenyum. "Halo, Om dan Tante. Saya Una." Ia bangkit dan akan menyalami kedua orang tua Bian. Tapi uluran tangannya tidak ditanggapi, hingga ia memutuskan duduk kembali.

"Kamu siapanya anak saya?" tanya Mama dengan nada dingin.

"Saya-" Una melirik Bian, pria itu mengangguk mengisyaratkan sesuatu.

"Saya kekasihnya Mas Bian." Ucap Una kemudian.

Bian tersenyum samar mendengar ia dipanggil Mas. 'Mas Bian Mas Bian.'

"Kekasih? Bian itu akan segera menikah. Kamu tidak boleh menjadi pengganggu hubungan orang lain." Ucap Mama yang mencoba bersikap tenang menahan emosinya. Ia tidak suka melihat wanita malam itu.

"Mas, kamu akan menikah? bagaimana hubungan kita?" Mata Una mulai berair menatap wajah Bian. Wajah cantik itu juga penuh dengan kesedihan.

'Kenapa tidak jadi artis saja dia?!' batin Bian. Una kembali bersandiwara.

"Bukan begitu, sayang. Aku akan dijodohkan, orang tuaku menjodohkanku. Tapi kamu tenang saja, aku tidak akan menikah dengannya. Aku hanya mencintai kamu. Percaya padaku, sayang." Bian pun juga mulai berakting meyakinkan. Ia menggenggam erat tangan Una seolah menyakinkan jika sangat mencintai wanitanya.

"Aku hanya mencintai kamu, dan-"

Deg... Una jadi baper. Perkataan dan tatapan cinta Bian membuat Una jadi berdebar. Hatinya seakan melayang terbang dengan adegan saat ini.

"Dan anak kita." sambung Bian kembali.

Una menatap Bian dengan tatapan bertanya. Bian bisa mengatakan hal seperti itu sambil mengusap-usap perutnya. Apa maksudnya?

"Bian, apa yang sudah kamu lakukan?" Bentak Papa yang seperti sudah kehilangan kesabaran. Ia paham ke mana arah perkataan putranya.

"Una hamil. Ia sedang mengandung cucu kalian." Bian mengucapkan dengan tenang sambil tersenyum manis pada Una.

'Apa-apaan dia!!!' Una tidak mengerti apa yang sedang direncanakan pria itu. Hal seperti ini, tidak masuk dalam perjanjian mereka.

"Kamu, kamu pasti sudah menjebak anakku, kan?" tunjuk Mama pada Una, sudah tidak bisa menahan amarah lagi.

"Ibu Suri tolong jaga perkataan anda pada ibu dari anakku. Sebagai seorang pria, aku akan bertanggung jawab padanya. Hanya itu yang mau aku sampaikan pada Papa dan Mama." Ucap Bian menyatakan pembelaannya.

"Kami pulang dulu!" Bian pamit dan menarik tangan Una untuk mengikutinya keluar dari rumah itu. Jika tetap disana, Papanya pasti akan memukulinya lagi. Jadi lebih baik segera kabur.

Di dalam perjalanan, Una menatap Bian dengan kesal. Tapi malah yang ditatap tetap santai melajukan mobilnya dengan kecepatan sedang membela jalanan malam.

"Apa aku begitu tampan hingga membuatmu tidak bisa berkedip lagi?" Ledek Bian seraya melirik Una. Wanita itu pasti terpesona pada ketampanannya.

"Maaf, Tuan. Tolong dikurangi kepedean anda." Una menghela nafasnya. "Apa anda tahu anda sudah melanggar perjanjian kita?!" Ucap Una dengan nada serius.

"Aku?" Bian menunjuk dirinya dengan wajah bingung. "Perjanjian mana yang aku langgar, sayang?" pria itu mencubit pipi Una karena gemas dengan wajah serius wanita itu. Bukannya menakutkan, malah terlihat begitu menggemaskan.

"Tuan, tolong jaga tangan anda. Aku bisa mematahkannya!" Ucap Una dengan nada seram seakan keluar taring.

"Ma-maaf." Bian pun melepas tangannya. Ia jadu menggeleng, Una itu tidak ada seram-seramnya. Malah wanita itu sangat lucu.

"Di dalam perjanjian, aku hanya wanita simpanan anda, untuk membuat Luna menjauhi anda." Una mengingatkan isi perjanjian mereka.

Bian mendengarkan sambil matanya tetap menatap jalan. "Benar."

"Terus bagaimana bisa wanita simpanan anda hamil?" tanya Una kembali. Dalam perjanjian, Bian dilarang untuk menyentuhnya. Apa yang direncanakan pria itu?

"Kenapa tidak bisa? kamu mau kita praktekkan sekarang?" Goda Bian yang malah menaikkan alisnya.

"Tuan, tolong serius!" Una yang kesal mengeraskan suaranya. Bian pun jadi mengangguk cepat.

"Jadi begini, orang tuaku berniat menyelenggarakan pesta pernikahan 2 minggu lagi. Jika pengantin prianya tidak datang, itu akan membuat malu mereka. Aku disuruh memilih antara membuat malu keluarga atau tetap menikah. Begitulah cara tersadis Yang Mulia dan Ibu Suri itu lakukan kepadaku, Una. Mereka memaksaku menikah dengan cara yang sungguh kejam." pria tampan itu jadi curhat panjang. Papa dan mamanya merencanakan hal seperti itu.

Una hanya diam mendengar ucapan Bian. Apa orang tua Bian sampai segitunya ingin tetap menikahkan Bian dengan Luna?

"Jadi cara satu-satunya agar pernikahan itu tidak dilaksanakan adalah mengatakan kalau aku sudah menghamili wanita lain. Aku ini tertekan, Na." Bian memijat pelipisnya. Ia sangat tahu orang tuanya pasti akan terus mendesaknya untuk menikahi Luna.

"Jadi kita akan segera menikah." Sambung Bian kemudian.

"A-apa?? menikah???"

.

.

.

Terpopuler

Comments

Mirwani Adwa Azizah

Mirwani Adwa Azizah

Bian.. Una harus segera jadi milikmu ya..

2022-09-22

2

lihat semua
Episodes
1 Part 1 - Terpaksa Pergi
2 Part 2 - Kabur
3 Part 3 - Hilang
4 Part 4 - Kehidupan Una
5 Part 5 - Wanita Malam
6 Part 6 - Pelanggan
7 Part 7 - Kabur Bersama
8 Part 8 - Wanita Frustasi
9 Part 9 - Surat Perjanjian
10 Part 10 - Akting
11 Part 11 - Balas Budi
12 Part 12 - Berpikir Keras
13 Part 13 - Una
14 Part 14 - Bertemu Ziva
15 Part 15 - Meminta Bantuan
16 Part 16 - Aku Tertekan
17 Part 17 - Cincin
18 Part 18 - Sah
19 Part 19 - Mama
20 Part 20 - Pria Penguntit
21 Part 21 - Kasihan Sekali
22 Part 22 - Menginap
23 Part 23 - Test Pack
24 Part 24 - Cantik
25 Part 25 - Drama Pagi
26 Part 26 - Tampan Sekali
27 Part 27 - Janda?
28 Part 28 - Mas Dino
29 Part 29 - Mimpi
30 Part 30 - Jogging
31 Part 31 - Mas Bian
32 Part 32 - Bunda?
33 Part 33 - Tertekan
34 Part 34 - Begini Rasanya
35 Part 35 - Nama Yang Sama
36 Part 36 - Shoping
37 Part 37 - Aku Mau
38 Part 38 - Begitu Manis
39 Part 39 - Akan Menjebak
40 Part 40 - Kemari
41 Part 41 - Bianku
42 Part 42 - Saling Menjambak
43 Part 43 - Una Sayang
44 Part 44 - Tingkah Luna
45 Part 45 - Aku Tidak Ingat
46 Part 46 - Beristri Dua
47 Part 47 - Aku Mencintaimu
48 Part 48 - Begitu Lama
49 Part 49 - Bertemu Dino
50 Part 50 - Apa Kamu Merindukanku?
51 Part 51 - Harus Dibicarakan
52 Part 52 - Jadi Adik Saja
53 Part 53 - Ke Rumah Bunda
54 Part 54 - Mencari Tahu
55 Part 55 - Berpikir Begitu
56 Part 56 - Demam
57 Part 57 - Tidak ada informasi
58 Part 58 - Dia Anakku
59 Part 59 - Ke Pantai
60 Part 60 - Sepertinya Aku Salah
61 Part 61 - Una Anakku
62 Part 62 - Putri Kecil
63 Part 63- Maafkan Bunda
64 Part 64 - Kisah Lalu
65 Part 65 - Kisah Lalu 2
66 Part 66 - Kisah Lalu 3
67 Part 67 - Kisah Lalu 4
68 Part 68 - Haus Kasih Sayang
69 Part 69 - Punya Kakak?
70 Part 70 - Keluarga Baru
71 Part 71 - Menyesal
72 Part 72 - Ke Kantor
73 Part 73 - Bian Yang Dulu
74 Part 74 - Polisi
75 Part 75 - Keluar Sel
76 Part 76 - Mengamuk
77 Part 77 - Malam Ini
78 Part 78 - Mencari Perhatian
79 Part 79 - Ceraikan Bian
80 Part 80 - Menggoda
81 Part 81 - Merindukannya
82 Part 82 - Tamat Riwayatmu
83 Part 83 - Bukan Anak Kandung
84 Part 84 - Amnesia
85 Part 85 - Rasa Malu
86 Part 86 - Terlalu Baik
87 Part 87 - Wawan
88 Part 88 - Kakak
89 Part 89 - Jangan Pergi
90 Part 90 - Kejarlah Dia
91 Part 91 - Satu Titik Dua Koma
92 Part 92 - Mak Comblang
93 Part 93 - Akhir Bahagia
94 PROMO
95 PROMO
Episodes

Updated 95 Episodes

1
Part 1 - Terpaksa Pergi
2
Part 2 - Kabur
3
Part 3 - Hilang
4
Part 4 - Kehidupan Una
5
Part 5 - Wanita Malam
6
Part 6 - Pelanggan
7
Part 7 - Kabur Bersama
8
Part 8 - Wanita Frustasi
9
Part 9 - Surat Perjanjian
10
Part 10 - Akting
11
Part 11 - Balas Budi
12
Part 12 - Berpikir Keras
13
Part 13 - Una
14
Part 14 - Bertemu Ziva
15
Part 15 - Meminta Bantuan
16
Part 16 - Aku Tertekan
17
Part 17 - Cincin
18
Part 18 - Sah
19
Part 19 - Mama
20
Part 20 - Pria Penguntit
21
Part 21 - Kasihan Sekali
22
Part 22 - Menginap
23
Part 23 - Test Pack
24
Part 24 - Cantik
25
Part 25 - Drama Pagi
26
Part 26 - Tampan Sekali
27
Part 27 - Janda?
28
Part 28 - Mas Dino
29
Part 29 - Mimpi
30
Part 30 - Jogging
31
Part 31 - Mas Bian
32
Part 32 - Bunda?
33
Part 33 - Tertekan
34
Part 34 - Begini Rasanya
35
Part 35 - Nama Yang Sama
36
Part 36 - Shoping
37
Part 37 - Aku Mau
38
Part 38 - Begitu Manis
39
Part 39 - Akan Menjebak
40
Part 40 - Kemari
41
Part 41 - Bianku
42
Part 42 - Saling Menjambak
43
Part 43 - Una Sayang
44
Part 44 - Tingkah Luna
45
Part 45 - Aku Tidak Ingat
46
Part 46 - Beristri Dua
47
Part 47 - Aku Mencintaimu
48
Part 48 - Begitu Lama
49
Part 49 - Bertemu Dino
50
Part 50 - Apa Kamu Merindukanku?
51
Part 51 - Harus Dibicarakan
52
Part 52 - Jadi Adik Saja
53
Part 53 - Ke Rumah Bunda
54
Part 54 - Mencari Tahu
55
Part 55 - Berpikir Begitu
56
Part 56 - Demam
57
Part 57 - Tidak ada informasi
58
Part 58 - Dia Anakku
59
Part 59 - Ke Pantai
60
Part 60 - Sepertinya Aku Salah
61
Part 61 - Una Anakku
62
Part 62 - Putri Kecil
63
Part 63- Maafkan Bunda
64
Part 64 - Kisah Lalu
65
Part 65 - Kisah Lalu 2
66
Part 66 - Kisah Lalu 3
67
Part 67 - Kisah Lalu 4
68
Part 68 - Haus Kasih Sayang
69
Part 69 - Punya Kakak?
70
Part 70 - Keluarga Baru
71
Part 71 - Menyesal
72
Part 72 - Ke Kantor
73
Part 73 - Bian Yang Dulu
74
Part 74 - Polisi
75
Part 75 - Keluar Sel
76
Part 76 - Mengamuk
77
Part 77 - Malam Ini
78
Part 78 - Mencari Perhatian
79
Part 79 - Ceraikan Bian
80
Part 80 - Menggoda
81
Part 81 - Merindukannya
82
Part 82 - Tamat Riwayatmu
83
Part 83 - Bukan Anak Kandung
84
Part 84 - Amnesia
85
Part 85 - Rasa Malu
86
Part 86 - Terlalu Baik
87
Part 87 - Wawan
88
Part 88 - Kakak
89
Part 89 - Jangan Pergi
90
Part 90 - Kejarlah Dia
91
Part 91 - Satu Titik Dua Koma
92
Part 92 - Mak Comblang
93
Part 93 - Akhir Bahagia
94
PROMO
95
PROMO

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!