"Una, sayang. Bunda sangat merindukan kamu. Maafkan Bunda ya, nak." Ucap Bunda menatap foto bocah perempuan saat memakai seragam SD. Wanita paruh baya itu memeluk erat foto dalam bingkai itu. Air matanya mengalir deras.
Ayah masuk ke dalam kamar dan mendapati sang istri yang memeluk bingkai tersebut. Seperti itulah jika istrinya sedang merindukan sang anak.
"Kenapa?" tanya Ayah duduk di samping Bunda.
"Aku sangat rindu sama Una, Mas. Semua salahku saat itu pergi meninggalkannya. Jika aku tidak pergi, kita tidak akan pernah kehilangan Una untuk selamanya." Bunda mengusap air matanya, dadanya begitu sesak karena penyesalan. Penyesalan karena telah meninggalkan putri kecilnya begitu saja.
"Bukan salah kamu. Aku yang salah. Aku yang meninggalkan kalian!" ucap Ayah dengan nada bergetar.
"Jika saja Una masih hidup, ia pasti akan tumbuh jadi wanita yang sangat cantik kan, Mas?" Bunda mengusap air mata, ia sangat merindukan anak yang tidak akan pernah bisa dipeluknya lagi.
Ayah hanya dapat menenangkan dan menepuk punggung sang istri pelan. Sejujurnya ia juga sama, begitu sangat menyesal saat itu.
Tok
Tok
Tok
Bunda mengusap air matanya, ia langsung menyimpan foto itu dalam lemarinya.
"Ayah, bunda. Orang tua bang Bian datang." Ucap Adit memberitahu.
Mereka pun mengangguk mengerti.
"Kami akan ke sana." Ucap Ayah.
Tak lama di ruang Tamu,
"Kedatangan kami kemari ingin secepatnya menikahkan Bian dengan Luna." Ucap papanya Bian membuka pembicaraan.
Wajah Luna tersenyum bahagia mendengar itu.
"Kami senang jika niatnya seperti itu. Tapi pernikahan melibatkan 2 orang." Ucap Reno yang tidak melihat ada Bian di antara mereka.
"Ayah!" Luna merasa tidak terima dengan perkataan ayahnya itu.
"Kita tidak bisa memaksakan pernikahan. Jika Bian memang bersedia kami pasti akan sangat merestui. Tapi jika ia tidak ada di sini, kita tidak bisa melanjutkan pembahasan ini." Tambah Reno lagi. Ia tidak bisa memaksa.
"Ayah, Bunda! Luna mau menikah sama Bian." Rengek Luna.
"Nak, jangan memaksakan keinginan kamu. Kamu harus memikirkan perasaan Bian juga." Ucap Bunda menasehati.
"Aku benci Ayah dan Bunda!!!" Ucap Luna lalu pergi masuk ke kamarnya. Sengaja menutup pintu dengan kuat, hingga menggema di ruang tamu.
"Maafkan sikap Luna ya." Bunda memohon maaf untuk anaknya. Orang tua Bian hanya mengangguk pelan, seolah sudah sangat paham sifat Luna.
\=\=\=\=\=\=\=\=\=\=\=\=\=\=\=\=\=\=\=\=\=\=\=\=\=\=\=\=\=
Pagi itu Una sedang membuat sarapan, ia melirik Bian yang duduk di kursi makan. Sudah berpakaian rapi, sepertinya akan bekerja.
"Apa Tuan akan bekerja?" tanya Una memastikan.
"Apa aku berpakaian seperti ini untuk berenang?" malah kembali bertanya.
Sudahlah, sepertinya tidak perlu ditanya pria itu.
"Silahkan sarapan anda, Tuan." Una menghidangkan nasi goreng dengan segelas teh manis hangat.
Bian melirik ke sarapan, beberapa hari ini Una selalu memasak nasi goreng saja untuk sarapan.
"Apa kamu hanya bisa memasak nasi goreng?" Tanya Bian serius. Menunya itu-itu saja.
Una mengangguk. "Hanya itu yang aku tahu, Tuan." ia hanya bisa memasak itu.
"Gunakan ponselmu. Banyak tutorial memasak yang bisa kamu pelajari!"
"Benarkah?" Una lalu berlalu pergi kembali ke kamar untuk mengambil ponsel.
"Bagaimana caranya?" tanya Una menyerahkan ponselnya pada Bian.
Pria itu pun mengajari Una cara untuk menonton video tutorial. Una sampai takjub. Ternyata masih banyak fungsi ponsel selain menelepon, berkirim pesan dan belanja online. Kalau begini pantaslah banyak orang yang tidak bisa lepas dari benda kecil itu.
"Cepat bersiap! Ikut denganku!" Pinta Bian.
"Ikut ke mana?"
"Apa kamu tidak mau bertemu temanmu?"
"Mau! aku mau, Tuan!" Una mengangguk cepat. Ia pun dengan langkah seribu masuk ke kamar untuk bersiap.
Tak lama di perjalanan, Bian duduk di bangku belakang dengan Una. Sementara di depan Wan mengemudikan mobil dengan laju sedang.
"Ingat, pesanku!" Bian sudah mewanti Una untuk menjaga rahasia mereka.
"Baik, Tuan." Yang terpenting bagi Una sekarang adalah bertemu Ziva.
"Aku akan bekerja hari ini. Akan ada pegawal yang mengawasimu. Ingat hanya 2 jam, setelah 2 jam pulanglah segera!" Bian mengingatkan.
Una mengangguk. Tak apalah hanya 2 jam bertemu. Setidaknya ia bisa tahu kabar temannya itu.
Tak lama Una duduk di sebuah kafe. Ia pun melihat sekeliling. Bian benar-benar mengawasinya. Di setiap sudut kafe ada pria berpakaian hitam. Tubuh mereka besar dan wajah sangat menyeramkan.
"Una!" panggil seseorang.
"Ziva!" Una menoleh ke arah suara. Ia dengan cepat bangkit dan berlari menghampiri Ziva. Mereka berpelukan sambil menangis.
"Na, kau ke mana saja? aku sangat khawatir padamu. Kau menghilang begitu saja." Ziva mengusap air matanya. Saat Una hilang ia sangat kebingungan.
"Aku baik-baik saja."
"Kau tinggal di mana sekarang?" tanya Ziva lagi.
"A-aku-" Una bingung mau menjawab apa. "Bagaimana keadaanmu?" Una malah mengalihkan topik.
"Una, apa yang terjadi?" Ziva menatap Una dengan serius. Ke mana temannya ini?
"Aku tidak bisa cerita sekarang, Va. Intinya aku baik-baik saja, kau tidak perlu mencemaskanku." Una lalu meminta nomor Ziva. Agar mereka bisa berkomunikasi.
Ziva melihat ponsel yang dipegang Una, ponsel terbaru dengan harga yang sangat mahal bagi orang sepertinya. Ia pun menatap Una, ingin bertanya. Apa yang Una kerjakan sekarang?
"Apa kau sudah bekerja?" tanya Una. Ia berencana akan meminta bantuan Bian.
"Na, aku diterima di perusahaan besar." Ziva pun menceritakan jika ia sudah bekerja sekarang.
"Wah... selamat ya,Va!" Una kembali memeluk Ziva. Rasanya ia sangat senang mendengarnya.
"Aku diterima sebagai staff di ARKANA GROUP. Tapi aku bingung juga." Ziva merasa ada keganjalan.
"Lho, bingung kenapa?"
"Aku cuma lulusan SMA tapi bisa menjadi staff di sana. Kenapa aku bisa diterima ya? sementara masih banyak pelamar yang pendidikannya lebih tinggi dariku." Ziva merasa aneh.
"Berarti kau lagi beruntung. Sudah tidak usah dipikirkan kenapa-kenapa. Bukankah sekarang kau harus manfaatkan kesempatan itu untuk bekerja dengan giat dan baik. Tunjukkan kalau kau juga mampu! Aku tahu Zivaku yang terbaik." Puji Una sambil tersenyum lebar.
"Ih, Una... apaan sih! aku kan jadi malu."
Kedua wanita itu pun mengobrol panjang, sambil tertawa. Ziva tersenyum melihat Una yang sekarang lebih santai, seperti terbebas dari beban. Una juga sering tersenyum, tidak seperti dulu yang selalu sedih dan ujung-ujungnya menangis.
Waktu 2 jam terasa begitu cepat untuk mengobrol. Bian hanya memberinya waktu 2 jam dan ia harus menurutinya. Ia juga melihat para pria berpakaian hitam itu melihat dirinya, seolah mengingatkan untuk segera pulang.
"Kau naik apa, Na?" Tanya Ziva saat menunggu ojek online.
"Ojek, Va." jawab Una.
"Jaga dirimu." Ziva kembali memeluk teman baiknya itu.
"Va, maaf aku belum bisa cerita samamu. Aku baik-baik saja, kau jaga dirimu juga ya."
"Iya, kalau ada apa-apa hubungi aku, Na." Ziva mewanti-wanti.
Una mengangguk. Ziva pun naik ojek yang kebetulan sudah tiba. Mereka pun saling melambaikan tangan.
Una tersenyum melihat Ziva sudah pergi. Ia sangat senang bisa melihat temannya itu. Ditambah lagi Ziva juga baik-baik saja.
'Aku harus berterima kasih padanya.' Batin Una sambil mengambil ponsel.
"Ha-halo, Tu-Tuan." Gugup Una setelah panggilan tersambung.
"Ada apa? aku sedang rapat." Jawab pria itu di seberang sana.
"I-itu-, Tuan mau makan apa? aku akan memasakkanmu." Una akan berterima kasih.
"Apa kamu mau menyuapku?"
"Bu-bukan, aku-aku hanya mau-, mau berterima kasih."
"Hmm, kalau begitu berterima kasihlah dengan cara lain."
"A-apa itu?"
"Aku ingin lihat kamu pakai baju di lemari itu." Goda Bian menahan senyumnya.
"Tu-Tuan, tolong jaga perkataan anda!"
"Kamu membeli pakaian seperti itu, akan sangat mubazir jika tidak dipakai. Atau kamu sengaja mau menghambur-hamburkan uangku?"
"Tu-Tuan, apa anda sudah bangkrut?"
.
.
.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 95 Episodes
Comments
sherly
astaga Luna artinya adek si Una ..
2024-06-30
0
Sulaiman Efendy
TERNYATA LUNA ANAK RENO & ROSA, BRRTI LUNA, ADIT ADALAH ADIKNYA, KNP RENO TIBA2 BSA KAYA LAGI, DN JUGA BSA BRSAMA ROSA LAGI, KNP MRK TDK CARI INFORMASI TTG UNA..
2023-01-09
1
Momo R
semoga aja una bisa cepat ktmu ortunya lagi, bisa2 bkin luna tmbah marah, mengingat una prnh dimsukkan ke club mlm
2022-09-01
1