"Astaga!!! lihat Bundamu malah meninggalkanmu." ucap Bu Siska setelah membaca surat yang ditinggalkan Rosa.
'Mana mungkin bunda meninggalkanku.' Batin Una. Ia belum bisa membaca, Bu Siska pasti berbohong kepadanya.
"Mana ayahmu?" Bentak Bu Siska. "Berani-beraninya mereka kabur dan menjadikan anak tidak berguna sepertimu sebagai jaminan!!!" Wajah Bu Siska sangat emosi.
Una sangat ketakutan melihat ekspresi bu Siska saat ini. Sangking takutnya air matanya sampai jatuh.
"Ikut aku!!!"
\=\=\=\=\=\=\=\=\=\=\=\=\=\=\=\=\=\=\=\=\=\=\=\=\=\=\=\=
Sudah setahun Una tinggal dengan keluarga bu Siska. Wanita kejam itu menjadikan Una sebagai pembantu. Mencuci puring, menyapu rumah, mencuci baju, menyetrika dan hanya tidak disuruh memasak saja. Ia takut anak itu akan meracuninya dan keluarganya.
"Jangan malas! Sudah menumpang! Anak tidak berguna, pantaslah orang tuamu membuangmu!" Bu Siska melemparkan baju kotor ke wajah Una. Bocah itu hanya bisa diam mengusap air matanya.
Una hanya seorang anak kecil, yang tidak bisa melakukan semua pekerjaan yang diperintahkan. Jika ada kesalahan, bu Siska tidak segan memaki dan bahkan sampai menamparnya.
"Ayah, bunda. Una rindu. Kalian di mana? Una janji tidak mau minum susu lagi." Ia menangis saat melihat dari jauh tempat tinggalnya dengan kedua orang tuanya dulu, yang kini sudah disewakan bu Siska.
Una mengusap air matanya, ia harus segera pulang. Ia belum memasak nasi. Takut dimarahi bu Siska lagi.
"Aku pulang!" Ucap Tasya, anak perempuan bu Siska.
Begitu sampai rumah, Tasya mengotori rumah yang sudah dibersihkan bocah kecil itu. Sepatu di teras, tas di ruang tamu, seragam di dapur. Berhamburan di semua tempat.
Una mengutipi satu persatu. Tasya itu tidak bisa meletakkan barang pada tempatnya. Kalau tidak segera dibereskan, bu Siska akan memarahinya.
"Aku lapar, ambilkan makananku!" Pinta Tasya sambil menghidupkan tv.
"Na-nasinya masih di masak."
"Apa? jam segini kau belum masak nasi!!! Apa saja yang kau lakukan? dasar tidak berguna, akan ku adukan kau pada Mamaku!"
Malam itu Una menangis pelan di ruang tamu sambil memegangi pipinya yang merah. Ia pun membaringkan tubuhnya di tikar. Selama ini Una hanya di izinkan tidur di ruang tamu dan tidak boleh di sofa.
"Kamu kenapa?"
Una terbangun mendengar suara itu. Itu suara suaminya bu Siska. Bocah itu menjauhkan dirinya melihat wajah nafsu pria tua itu.
Dulu Una sangat kurus, tapi semenjak tinggal dengan bu Siska badannya jadi berisi. Bu Siska hanya memberinya makan nasi dengan kecap. Tapi Tasya setiap makan tidak pernah habis, sisanya itu yang selalu Una makan dari pada mubazir dibuang.
"Kamu jangan nangis ya. Mending kamu layani aku!" Pria itu memegang tangan Una.
Pria tua itu ingin memperkossa Una. Nafsunya benar-benar ingin mencicipi mangsa kecilnya.
Una mencoba memberontak tapi tenaganya hanya seperti elusan saja bagi si tua bangka itu.
Pletak... Sapu terbang mendarat di kepala pria tua itu sebelum memulai aksinya.
"Siapa yang-" Pria tua itu terdiam melihat istrinya, tidak jadi melanjutkan ucapannya.
"Apa yang mau kau lakukan?!" bentak Bu Siska pada sang suami.
"I-itu itu, bocah ini yang menggodaku!" Pria tua itu pun menunjuk Una.
Bocah itu gemetar dan ketakutan. Takut bu Siska akan menghajarnya lagi malam ini.
"Jangan berani kau menyentuhnya atau aku akan mengusirmu dari rumah ini! Dasar suami tidak berguna!!!" Bu Siska mengaum seperti singa, membuat suaminya langsung ciut.
Bu Siska menarik Una dan membawa ke dalam kamar Tasya.
"Tasya, Una mulai sekarang tidur di sini."
"Tapi, Ma."
"Ia akan tidur di lantai."
"Ya, sudah."
"Kalau malam tidur kunci pintu!" Bu Siska memperingatkan. Ia tidak akan membiarkan siapapun menyentuh Una. Karena sudah merencanakan dalam beberapa tahun lagi akan menjadikan Una sebagai penghasil uang untuknya. Una akan dijadikan pekerja malam.
Esok harinya Una sudah selesai mengerjakan semua pekerjaan yang bu Siska suruh.
"Heh, sini kau!" Panggil Bu Siska.
Una yang sedang minum langsung menenggak habis minumnya dan menghampiri Bu Siska.
"Ini... beli beras 10 kg, gula 2kg, minyak makan 2kg, mie instan 10 bungkus."
Pesanan bu Siska cukup banyak hingga Una sulit mengingatnya.
"Cepat belinya, aku mau masak!!!" Bu Siska menyerahkan uang dua ratus ribu.
Una pun pergi, jika lupa paling bu Siska akan memarahinya atau tangan wanita itu akan menempel di wajahnya. Bocah itu seperti sudah kebal dan terbiasa.
Saat menuju warung, suami bu Siska menarik Una dengan paksa dan membawa ke semak-semak.
"Kau kira kau akan bebas dariku?!" Pria tua itu akan memegang tubuh Una.
Bocah itu refleks menendang agar pria tua nafsu-an itu menjauh darinya.
"Aww, kurang ajar!" maki pria tua itu saat tendangan Una yang malah mengenai benda pusakanya.
Una pun berlari ketakutan, ia tidak peduli umpatan pria tua itu. Kaki sudah gemetaran, mana pria tua itu kembali mengejarnya.
"Aw!!!" Karena tidak fokus, Una masuk ke dalam kubangan.
Pria tua itu malah tertawa. "Makanya nurut! Melihatmu sekarang aku jadi tidak bernafsu. Mandi sana!!!"
Una keluar dari kubangan setelah pria tua itu pergi. Pakaiannya sangat kotor sekarang, bahkan ia juga bau.
Bocah itu takut pulang ke rumah, pria tua itu pasti akan mengusiknya terus. Perlakuan bu Siska pun sangat kejam padanya. Ia harus kabur agar terbebas dari mereka.
Mata Una melihat mobil pickup yang sedang berhenti. Dengan pelan-pelan naik dan bersembunyi di balik sayur-sayuran.
Tak lama mobil pickup itu melaju. Ada kelegaan di hati Una. Berharap di tempat yang jauh, akan ada orang yang menyayanginya. Dan ia juga yakin suatu hari nanti akan bertemu dengan kedua orang tuanya.
"Hei, apa yang kau lakukan di sini? mau maling?" tanya supir yang akan membongkar muatannya.
Una menggelengkan kepala. "Tidak, pak!"
Dengan cepat Una bergegas turun dan berlari pergi, mengacuhkan supir itu yang memarahinya.
Una melihat sekeliling, ia kini berada di pinggir jalan. Kenderaan banyak berlalu lalang. Tidak tahu berada di mana ia sekarang.
Pejalan kaki yang lewat menutup hidung mereka ketika melewati Una, sambil saling berbisik mengatakan bocah kecil itu sangat bau dan jorok.
Mobil patroli yang sedang merazia pemulung dan anak jalanan, membawa Una ke kantor polisi.
"Siapa namamu?" Tanya Pak Polisi sambil menutup hidungnya.
"Una."
"Nama orang tuamu?"
"Reno dan Rosa."
"Nama panjangnya, tadi kamu bilang kamu terpisah dari orang tuamu. Bagaimana mau mencari orang tuamu? nama seperti ini sangat banyak di luar sana!" Pak Polisi pun menghela nafas melihat bocah bau itu hanya diam saja.
Una pun di bawa ke Panti. Bocah itu sangat menyukai tempat barunya. Ia di sekolahkan, diberi makan dan pakaian. Dan yang penting ia tidak pernah dimarahi ataupun ditampar.
Di panti juga jika ada yang berdonasi, mereka dibawakan makanan yang enak, pakaian yang bagus, peralatan sekolah dan juga berbagai mainan yang dapat mereka mainkan bersama-sama.
Una bersyukur berada di tempat ini. Tempatnya cukup nyaman, pengurusnya juga baik dan yang pasti teman-temannya banyak sekarang. Ia juga berpikir di tempat ini, kedua orang tuanya pasti akan mudah mencarinya.
'Ayah, bunda... Una menunggu kalian menjemput Una di sini!'
.
.
.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 95 Episodes
Comments
sherly
ya ampun ternyata Reno malah ngk balik dr tempat kerjanya, eh si Rosa malah kabur sendiri kasian si Una ..
2024-06-30
0
Elaine73
/Sob//Sob/
2024-04-20
1
Mirwani Adwa Azizah
Una.. ya Allah.. kasihan sekali nasibmu.. ortumu kawin lari.. ujung ujungnya kamu yang jadi korban.. ..
2022-09-21
1