DUAR!!!
Aneeq berhasil membidik sasaran dengan tepat. Bunyi letusan ban meledak terdengar nyaring, membuat Michael tak dapat mengemudikan mobilnya dengan benar.
Pria itu membanting stir, hingga akhirnya mobil tersebut harus menabrak tiang pembatas jalanan, mobil itu mengusak dan terjadilah kecelakaan yang mengakibatkan Lora terluka parah, sementara Michael hanya mendapat luka ringan saja.
"Shittt!" Michael mengumpat, dia melirik ke arah Lora yang berdarah-darah.
Dalam sekejap mereka menjadi pusat perhatian. Semua orang yang melihat itu mengerubungi mobil Michael, dan pria itu keluar dari sana dengan pelipis yang terluka.
Dengan bantuan beberapa orang yang merasa iba pada sesuatu yang menimpa Michael dan Lora, mereka langsung menghubungi ambulans, untuk membawa keduanya ke rumah sakit.
Terlebih Lora yang sudah tidak sadarkan diri. Tangan Michael terkepal, siapa sebenarnya orang yang tiba-tiba menyerangnya. Padahal seingatnya dia tidak memiliki masalah dengan siapa-siapa.
Sementara di jalur berbeda Aneeq tersenyum puas, karena berhasil memberi sedikit pelajaran pada orang yang membuat hidup Ziel dan Jennie merana.
Senjata yang kerap Aneeq bawa ke mana-mana, dimasukan kembali ke dalam saku jas. Caka juga sudah mengurangi kecepatan, hingga mereka merayap dengan kecepatan standar.
"Dad, apa Ziel sudah bisa membuka mata dan telinga Ziel?" tanya bocah kecil itu, sedari tadi dia sama sekali tak membantah ucapan Aneeq. Sehingga dia terus menutup mata dan telinganya. Namun, walaupun begitu Ziel masih bisa mendengar dengan jelas sebuah bunyi letusan itu.
Aneeq melihat ke arah Ziel, dia terkekeh dan meraih kedua tangan mungil Ziel. "Tentu saja boleh."
Ziel langsung tersenyum sumringah, melihat Aneeq yang begitu perhatian padanya. "Dad, tadi suara apa? Ziel dengar sesuatu."
Sebelum menjawab, Aneeq lebih dulu mengangkat tubuh mungil Ziel agar duduk di pangkuannya. "Itu hanya suara petasan, Daddy baru saja memberikan hadiah kecil untuk Daddy Mike dan Nenek Sihir itu."
"Kenapa mereka diberi hadiah, mereka kan nakal, Dad," ujar Ziel, yang dia tahu hadiah adalah sesuatu yang bagus, indah, dan membuat kita merasa bahagia. Jiwa polosnya memang masih menggelora, dan hal itu membuat Aneeq gemas.
Dia menangkup kedua sisi wajah Ziel, dan menguyel-uyelnya, hingga Ziel terkekeh.
"Ini hadiah yang berbeda Ziel, pokoknya Daddy Mike pasti menyesal membuat Mommy-mu menangis."
"Benarkah?" tanya Ziel dengan wajah sumringah, dan Aneeq langsung mengangguk. Mendapat jawaban seperti itu dari Aneeq, lantas Ziel memeluk tubuh pria yang sudah dia anggap sebagai ayahnya.
"Ziel sayang Daddy Baru," ucapnya tulus, membuat hati Aneeq lagi-lagi merasa berdesir. Dia tersenyum tipis, dan mengecup puncak kepala Ziel.
***
Sementara di sisi lain, Jennie sudah tampak frustasi karena mendengar Ziel yang dibawa pergi oleh Aneeq dan sampai sekarang belum kembali, bahkan kini dia sudah menangis, takut Ziel diperlakukan tidak baik oleh pria gila itu.
"Jul, bagaimana ini? Sampai jam segini mereka belum pulang-pulang!" ucap Jennie dengan menggigit bibir bawahnya, rasa cemas semakin merasuk ke dalam dadanya.
Dan Julie hanya bisa menenangkan sahabatnya, dia merasa bersalah, tetapi dia pun tidak bisa berbuat apa-apa. Lagi pula, Aneeq tidak mungkin melakukan tindak kriminal pada seorang anak kecil, 'kan?
Dia mengusap punggung Jennie, kini mereka berdua ada kantin perusahaan, tempat di mana para karyawan biasa makan siang. "Sabar, Jen. Ziel pasti baik-baik saja, Tuan Aneeq hanya membawanya makan siang, dia tidak mungkin berbuat macam-macam."
"Benar begitu? Apa kamu bisa menjaminnya?" cetus Jennie marah, pikirannya sudah buntu sekarang, dan dia hanya bisa menangis. Sebagai seorang ibu, jelas perasaan Jennie berbeda dengan Julie.
Dan Julie bisa mengerti itu, dia tidak bisa membela dirinya, karena memang dia yang salah. "Maafkan aku, Jen. Lebih baik kita tanya lagi ke resepsionis, Tuan Aneeq sudah kembali atau belum." Ujar Julie memberi saran.
Patuh, Jennie mengangguk. Dia yang terlalu emosi sampai tak sadar sudah membentak sahabatnya, padahal yang salah adalah Aneeq. Jennie mencoba untuk tenang, keduanya melangkah menuju meja resepsionis, berharap Aneeq sudah kembali dengan membawa Ziel.
"Tuan Aneeq sudah kembali sepuluh menit yang lalu, Nona." Jawaban salah satu resepsionis itu langsung membuat Jennie melangkah dengan gusar, dia langsung meninggalkan Julie, dan naik ke atas ruangan Aneeq.
Tak peduli diizinkan atau tidak yang jelas pikirannya sekarang hanyalah Ziel. Bahkan dengan berani, Jennie memakai lift para petinggi, agar dia tidak perlu menunggu lama.
"Ziel, jangan buat Mommy khawatir, Nak," ucap Jennie, kemudian dia kembali melangkah cepat, keluar dari lift menuju ruangan sang CEO, ruangan yang kemarin dia singgahi.
Tak peduli lagi pada kesopanan, Jennie langsung membuka pintu ruangan Aneeq. Membuat ketiga orang yang ada di dalam sana, langsung melayangkan tatapan mereka ke arah Jennie.
"Mommy."
Jennie bisa melihat dengan jelas, Ziel tengah naik ke atas punggung asisten Aneeq. Sementara pria itu merangkak, seperti seekor kuda.
"Ziel, apa yang sedang kamu lakukan?"
Ziel tersenyum sumringah. "Ziel sedang main kuda-kudaan dengan Uncle, kalau Mommy mau ikut, biar Daddy jadi kudanya."
Mendengar itu, mulut Jennie langsung menganga.
*
*
*
Aneeq langsung siap-siap jadi kuda lumping 🤣🤣🤣
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 192 Episodes
Comments
yeni NurFitriah
Kesenengan tuh Aneeq kalau jadi Kuda nya Jennie😁
2025-02-22
0
Ziaroh Akhromah
siap2 aneeq mencak2 jadi kuda lumping/Facepalm/
2023-10-19
1
Rizka Susanto
itu sih maunya si anaconda 😆
2023-10-17
0