Jennie dan Ziel berjalan luntang-lantung menuju taman, karena Jennie tidak tahu harus ke mana, sambil menunggu kepulangan sahabatnya. Ya, untuk sementara dia akan meminta pertolongan pada Julie, untuk sekedar menampungnya sebelum dia mendapatkan pekerjaan dan juga tempat tinggal.
Hingga pada jam lima sore, akhirnya Julie menjemput mereka di taman yang Jennie sebutkan.
Dua orang itu langsung bangkit, begitu melihat Julie berjalan ke arah mereka. Wanita cantik dengan rambut sebahu itu bagai malaikat penolong, hingga membuat Jennie langsung menghambur memeluknya.
"Jul, terima kasih. Terima kasih sudah selalu setia membantuku," ucap Jennie dengan tangis haru, karena merasa beruntung memiliki sahabat seperti Julie.
"Jen, apa yang kamu bicarakan? Kita ini sahabat, sudah sepatutnya kita saling menolong. Bukan begitu, Boy?" Julie meminta pendapat Ziel, dan pria kecil itu langsung mengangguk setuju.
"That's right, Aunty Jul," jawabnya dengan senyum mengembang, membuat Jennie melepaskan pelukannya, dan segera menghapus bulir-bulir bening itu.
"Ayo, sekarang kita ke rumah kontrakanku dulu, kamu boleh cerita apapun di sana. Dan biarkan Ziel beristirahat, dia pasti lelah, karena aku sudah membuat kalian menunggu terlalu lama," ujar Julie yang merasa prihatin dengan apa yang menimpa pada sahabat baiknya.
Jennie mengangguk. "Thanks, Jul. Aku benar-benar tidak tahu lagi harus ke mana."
Julie hanya menepuk-nepuk pelan bahu Jennie, lalu dia membantu wanita itu untuk menggeret koper. "Let's go, Boy!"
Ketiga orang itu berjalan beriringan ke sisi jalan raya untuk menyetop taksi, hingga akhirnya kendaraan dengan khas warna biru itu membawa mereka semua ke alamat rumah Julie.
Sesampainya di sana Jennie langsung membereskan barang-barangnya, karena Julie menyarankan agar Jennie dan Ziel tinggal di sana terlebih dahulu, dia tidak ingin Jennie terlalu terburu-buru.
Hingga malam pun tiba, selesai makan malam Jennie langsung mengajak Ziel untuk tidur, sementara dirinya akan begadang untuk mencari lowongan pekerjaan.
"Ziel, karena keadaan kita seperti ini, besok Ziel tidak sekolah dulu yah. Tapi Ziel harus tahu, Mommy akan berusaha, mencari uang dan membawa Ziel sekolah lagi, oke?" ucap Jennie memberi pengertian pada putranya.
Dia tidak bisa membiarkan Ziel terus bersekolah di sekolah lamanya, karena biayanya yang terlalu mahal untuk ukuran keadaannya yang sekarang.
Bukannya marah atau merasa kesal, Ziel justru mengusap pipi Jennie. "Mommy tenang saja, Ziel akan selalu menurut apa kata Mommy, kalau Ziel sudah besar nanti Ziel yang akan cari uang. Mommy diam saja di rumah." Ujarnya yang membuat mata Jennie kembali berkaca-kaca.
Wanita cantik itu mengulum senyum dan mengangguk cepat. "Baiklah, anak Mommy memang yang terbaik. I love you, Boy."
"Love you more, Mom."
Dan setelah itu, Ziel langsung memejamkan matanya, berusaha untuk tidur. Sementara tangan Jennie senantiasa mengusap surai keemasan putranya dengan penuh sayang, hingga Ziel benar-benar terlelap nyaman.
Jennie bangun dari atas ranjang dengan hati-hati, dia keluar dan mendapati Julie yang sedang menonton tv.
"Jul, sepertinya malam ini aku akan begadang. Aku akan mencari lowongan pekerjaan di internet," ucap Jennie sambil melangkah mendekat ke arah Julie dan duduk di samping wanita itu.
Julie menatap ke samping, dia tampak berpikir sejenak. "Jen, aku baru ingat deh."
"Apa?" Jennie merebut snack yang ada di tangan Julie, lalu memakannya.
"Di perusahaanku sedang buka lowongan untuk sekretaris, kalau kamu tertarik, kamu coba melamar saja ke sana. Aku akan bicara dengan HRD, supaya peluang kamu semakin besar masuk ke sana. Bukankah itu sesuai dengan jalur studimu?" ujar Julie yang mengingat bahwa ada perekrutan sekertaris baru untuk CEO-nya.
Jennie tampak tertarik, dia tersenyum lebar dengan mata yang berbinar. "Benarkah, Jul? Aku mau, aku mau." Ucap Jennie kegirangan. Dia percaya Tuhan begitu menyayanginya, hingga mengirimkan orang-orang baik di sisinya, salah satunya Julie.
"Kalau begitu, coba buka link perusahaanku saja. Di sana ada beberapa persyaratan yang harus kamu penuhi," ucap Julie, lalu membuka ponsel, mengirim link perusahaannya pada Jennie melalui pesan.
Jennie langsung mengangguk, dia segera membuka link tersebut. Di sana, tertera persyaratan yang harus dimiliki oleh para calon sekretaris baru. Awalnya, Jennie merasa persyaratan itu masih taraf biasa.
Hingga dia sampai di poin terakhir, dia mengernyit heran. Apa dia tidak salah baca?
"Harus seksi dan berdada besar, minimal ukuran 38?"
Cih, dia ini mencari sekretaris atau mencari simpanan?
*
*
*
Apanya yang 38 itu, Kang Aneeq 🤣🤣🤣
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 192 Episodes
Comments
Yulia
sekaluan ukuran 40 bos/Silent//Silent/
2025-01-05
0
Yus Nita
dadar anak Uler, ngadi2 aja persyaratan ny 😃😃😃
2024-06-07
0
Ani Suwarni
usia nya /Facepalm//Facepalm//Facepalm/
2024-01-19
0