Pagi harinya.
Ziel sudah didandani dengan rapih, memakai sepatu dan tas seperti hendak berpergian, tetapi ibunya justru masih terlihat berpenampilan biasa. Dalam benaknya bertanya-tanya dia akan dibawa pergi ke mana. Akan tetapi Ziel masih diam, dan menikmati sarapannya.
Setelah mengisi perut, Jennie mengantar Ziel dan Julie sampai di ambang pintu. Wanita cantik itu berjongkok di depan tubuh putranya untuk menyejajarkan diri. "Ziel, hari ini Ziel pergi dengan Aunty Jul, karena Mommy ada urusan, makan siang nanti Mommy pasti jemput Ziel. Jangan nakal, dan selalu menurutlah apa kata Aunty. Okey, Boy?"
"Apa Mommy akan bertemu dengan Daddy Baru?" tanya Ziel dengan binar mata polosnya, berkedip-kedip menggemaskan.
Jennie menelan ludahnya kasar, dia dan Julie saling pandang. Mereka saling berkomunikasi dalam sorot mata masing-masing, hingga Julie mengangguk.
"No, Sayang. Mommy tidak akan bertemu dengan Daddy Baru. Tapi ini urusan dengan Daddy Mike, Ziel tidak mau melihat Mommy menangis, 'kan?"
Ziel mengangguk cepat, Jennie tersenyum dan mengusak puncak kepala putranya. "Kalau begitu Ziel doakan Mommy supaya semuanya lancar. Sekarang Ziel ikut dengan Aunty Jul dulu. Give me your kiss."
Jennie memberikan pipi kanannya dan Ziel mengecupnya, tidak hanya di sana tetapi seluruh wajah Jennie dipenuhi kecupan manis Ziel hingga membuat wanita itu terkekeh karena geli.
Setelah itu, Julie benar-benar membawa Ziel bersamanya. Sementara Jennie masih berada di rumah kontrakan itu, menyiapkan apa-apa yang akan dibawanya. Hari ini, dia akan menjual seluruh benda berharganya, dari mulai perhiasan dan juga handphone yang sekarang dia pakai.
Dia merasa akan butuh banyak biaya untuk mengurus perceraiannya dengan Michael. Belum lagi biaya hidup yang terus berjalan, sementara dirinya belum bekerja. Semalam dia sudah mengirim email pada perusahaan yang sedang membuka lowongan, semoga saja salah satu diantaranya dapat menerima Jennie secepatnya.
"Semangat, Jen. Kamu pasti bisa melewati ini semua. Kamu sudah menjadi seorang ibu, jadi jangan lagi cengeng," ucap Jennie meyakinkan dirinya sendiri, lantas setelah itu Jennie menghela nafas, lalu melangkah keluar dari rumah.
Semoga urusannya dengan Michael cepat selesai, dengan begitu dia bisa bernafas dengan lega. Dia tidak mau menjadi wanita bodoh, bertahan hanya karena mengatasnamakan cinta. Sementara cinta itu sudah hancur bersama pengkhianatan yang dilakukan oleh suaminya.
***
Jam menunjukkan pukul dua belas siang. Semua karyawan berbondong-bondong keluar dari ruangan masing-masing untuk makan siang.
Namun, langkah mereka urung saat melewati meja Julie, di mana ada seorang anak kecil pula sedang bermain game di ponsel milik wanita itu. Mereka ingat betul, bahwa bocah tampan itu adalah anak kecil yang digendong oleh Aneeq kemarin.
Kenapa sekarang bocah itu bersama dengan Julie?
"Jul, siapa dia? Aku baru pernah melihat kamu membawa seorang anak kecil?" tanya salah satu dari mereka.
"Iya, bukankah dia anak yang dibawa Tuan Aneeq kemarin?" timpal yang lainnya.
Julie yang tengah membereskan barang-barangnya yang ada di atas meja, sontak saja melihat ke arah sumber suara. Dan melihat teman-teman wanitanya berkumpul di sana.
"Ah, itu anak temanku, ada hal mendesak yang harus dia selesaikan, makanya dia ikut denganku hari ini," jawab Julie apa adanya. Sementara Ziel terus menundukkan kepala.
Mereka tersenyum merasa gemas dengan Ziel yang terlihat lucu dan juga tampan. Satu persatu mendekati pria kecil itu, dan pipi Ziel adalah sasaran dari para teman-teman Julie, hingga Ziel akhirnya berteriak dan menangis kencang, dia tidak suka dicubit, karena itu menyakitkan. Kemarin dia menangis juga karena banyak orang yang mencubit pipinya.
"Huaaaaa ... Mommy, Ziel tidak mau dicubit!"
Mendengar tangisan Ziel, kompak mereka semua mundur. Sementara Julie yang kelimpungan. Dia mendekap Ziel dan mencoba menenangkan bocah tampan itu.
"Ziel, Sayang. Sebentar lagi Mommy Ziel datang jadi jangan menangis."
"Huuaaa, Mommy, Ziel mau Mommy!"
Keributan itu mengundang banyak perhatian, mereka yang terlibat dengan aksi cubit mencubit langsung merasa bersalah, tetapi tidak bisa berbuat apa-apa, karena Ziel tidak mau dibujuk oleh mereka.
Hingga sang CEO yang tengah melangkah dengan asistennya ikut merasa penasaran. Mereka mendekat ke tempat lokasi, dan semua orang secara otomatis memberi jalan.
Di sana, Aneeq melihat seorang anak kecil berambut keemasan yang tidak asing di matanya. Wajahnya tertutup karena Julie mendekap Ziel. Kening Aneeq berlipat-lipat, mencoba mengingat.
Ziel sesenggukan, dan menggelengkan kepalanya. "No, Aunty. Ziel mau Mommy!"
Mendengar itu, Aneeq langsung tersenyum lebar, dia menjentikkan jarinya dan memanggil pria kecil itu. "Hei, Boy. Kau kah itu?"
Tangis Ziel langsung berhenti mendengar suara yang sudah familiar dalam indera pendengarannya. Dia mendongak, dan menatap Aneeq dengan buraian air mata.
"DADDY?"
"Yeah, come here!" ucap Aneeq sambil merentangkan kedua tangannya.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 192 Episodes
Comments
Lusiana_Oct13
,/Facepalm//Facepalm//Facepalm//Facepalm//Facepalm//Facepalm//Facepalm//Facepalm/
2025-04-07
0
Yus Nita
teris usaha kang Aneeq....
😃😃😃
2024-06-07
0
Cipika Cipiki
kok sampe jual hape, si Michael itu kan punya perusahaan masa selama jadi istrinya 'Michael' Jennie ga punya uang simpanan
2024-04-22
0