Aneeq membawa Ziel dan Jennie bersamanya. Sepanjang langkah mereka, semua karyawan sontak melihat ke arah ketiganya.
Sebuah berita menghebohkan, tiba-tiba bos yang mereka kenal suka bermain dengan para wanita kini justru menggendong anak kecil, dan menyeret seorang wanita pula bersamanya.
Menciptakan banyak pertanyaan di benak mereka semua. Apa jangan-jangan Aneeq memiliki anak di luar nikah? Atau memiliki simpanan seorang janda? Ah, siapa wanita beruntung itu? Kenapa bisa menjerat tuan mereka bahkan di hari pertama dia melamar kerja.
"Kalian sedang melihat apa?" tanya Caka mengagetkan semua orang yang terus menatap Aneeq hingga pria itu keluar dari lobby perusahaan.
"Ti-tidak, Tuan, kami tidak melihat apa-apa," jawab mereka kompak dengan suara terbata, dan serempak menundukkan kepala.
"Kalau begitu kembali bekerja! Kalau masih ingin bergosip, lebih baik kalian angkat kaki saja," tegas Caka dengan sorot matanya yang tak ramah.
"Baik, Tuan."
Lantas setelah itu, Caka kembali melangkah menyusul Aneeq yang pasti sudah menunggu dirinya.
Para karyawan itu langsung membubarkan diri, kembali ke tempat masing-masing, dan sibuk dengan pekerjaan yang menumpuk. Menjeda gosip besar itu sampai jam makan siang, untuk menghindari ancaman asisten dari bos mereka yang tampan.
Kini Aneeq sudah berada di dalam mobil, memangku Ziel, sementara di sampingnya Jennie terus membuang muka. Tidak sudi berhadapan, apalagi bicara dengan pria seperti Aneeq.
Dia hanya senantiasa memperhatikan interaksi antara putranya dengan pria itu. Ingin melihat seberapa sabar Aneeq menghadapi Ziel yang terkadang cerewet minta ampun.
"Daddy, apa Ziel boleh beli mainan? Ziel mau metrobot X seperti milik Upil-Ipil," ujar Ziel sambil menengadah, menatap Aneeq yang dinilainya lebih tampan dari Michael. Pantas saja ibunya jatuh cinta. Pikir bocah tampan itu.
"Tentu saja, Daddy akan berikan apapun yang Ziel minta, mainan, baju baru, tas baru, sepatu baru? Daddy akan belikan semuanya," jawab Aneeq dengan entengnya, hanya mainan itu tidak berarti apa-apa. Memanjakan Ziel tidak mungkin sampai menguras hartanya.
"Tidak perlu membelikan apapun pada anakku, aku bisa membelikannya sendiri," tukas Jennie tiba-tiba, harga dirinya sebagai seorang ibu sedang terancam sekarang, karena Ziel malah meminta ini itu pada orang lain.
"Dia juga anakku!" tegas Aneeq membuat Jennie semakin memelototkan matanya.
"Dia bukan anakmu!" teriak wanita itu, tidak peduli pada kesopanan yang selama ini dia junjung, baginya menghadapi Aneeq tidak membutuhkan itu semua.
"Anakku!"
Jennie sungguh gemas sekali dengan Aneeq. Ingin rasanya Jennie menampar bolak-balik pria di depannya, bila perlu sampai hidungnya berdarah.
Namun, dia tidak bisa melakukan itu semua, karena ada Ziel di sana. Dirinya tak bisa berkutik, apalagi saat Ziel terus-menerus menasehatinya dengan semua ucapan yang pernah dia lontarkan.
"Mommy tidak sopan, teriak-teriak seperti itu. Kalau Mommy mau belanja, mintanya baik-baik dong, Daddy pasti akan belikan, iya kan, Dad?" Ziel memasang wajah menggemaskan, membuat Aneeq tiba-tiba tersenyum, lalu mengangguk begitu saja.
"Tentu, Mommy-mu memang hobby-nya marah-marah, itu artinya dia sedang ingin dimanja," ujar Aneeq, tangannya menarik kepala Jennie agar bersandar di bahunya, tetapi secepat kilat Jennie menepis tangan Aneeq.
"Jangan kurang ajar!"
"Sudahlah, Sayang. Jangan marah-marah terus, kamu tidak malu apa pada anak kita. Aku baru kenalan dengannya kamu marah-marah terus seperti itu."
Jennie mendengus kasar, sudah tidak tahu lagi harus berkata apa untuk menghadapi Aneeq. Yang ada dia ikutan gila. Untuk saat ini lebih baik dia mengalah, karena melawan pun pastinya akan percuma.
Jennie melemaskan kepalan tangannya.
Mendengar Aneeq memanggil dengan sebutan sayang pada ibunya, Ziel tersenyum sumringah, lalu memeluk Aneeq, benar-benar seperti seorang anak pada ayahnya.
Aneeq melirik Jennie, dia menyeringai tipis. Sementara Jennie menatap sinis.
Tak berapa lama kemudian, mereka sampai di sebuah pusat perbelanjaan. Aneeq langsung menggandeng tangan kanan Ziel, dan Ziel segera menggapai tangan Jennie pula, menjadikan dirinya berada di tengah-tengah kedua orang itu.
Dia suka sekali dengan bagian ini, sesuatu yang tidak pernah dia dapatkan saat Jennie bersama Michael. Dan dia semakin suka, karena Aneeq tak menolak apa yang dia inginkan.
Jennie hanya menelan ludahnya dan berjalan seperti biasa. Pura-pura tidak mengerti dengan situasi yang tengah mereka hadapi.
Mereka terus bergandengan hingga sampai di sebuah cafe. Aneeq langsung membuka buku menu, dan membiarkan Ziel memilih ice cream mana yang dia suka.
Dua ice cream dengan cup besar, terhidang di atas meja. Aneeq mengambilnya satu. "Kemari, biar Ziel Daddy suapi."
Patuh, bocah tampan itu mengangguk. Dan Aneeq mulai menyuapi Ziel, menunjukkan ketulusannya, membuat Ziel semakin luluh. Akan tetapi tidak dengan Jennie, dia hanya bergeming dan terus berkecamuk dengan otaknya.
"Mom, kenapa tidak dimakan ice creamnya?" tanya Ziel.
Baru saja Jennie akan menjawab, Aneeq justru menyerobot lebih dulu. "Apa mau aku suapi? Ku suapi pakai bibir nanti."
Plak!
*
*
*
Kalau dirasa kurang nyaman bacanya di siang hari, boleh dibaca setelah berbuka yah, diriku selalu menunggu kalian 🍓🐍
Selamat berpuasa bagi yang menjalankan. Semoga lancar 💋💋💋
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 192 Episodes
Comments
Hariyanti
Thor....aku jd kebawa gila😥😥😥
2025-02-23
0
Yuyun Jinani
cerita caka ini ada gak sih ya?
2024-02-07
0
Queen Mother
Dah daaah bagi 2 aja klo gitu 🤣
2023-09-19
2