Plak!
Sebuah tamparan mendarat begitu saja di pipi Aneeq yang sedikit berbulu. Jennie yang sudah benar-benar geram secara reflek mengayunkan telapak tangannya saat Aneeq bicara kurang ajar seperti itu.
Bukan saja menginjak harga dirinya, tetapi Aneeq juga berusaha memberi harapan palsu pada Ziel, putranya.
Namun, walaupun demikian Jennie sontak membulatkan kedua matanya, karena Jennie merasa tak percaya kalau dirinya sudah menampar Aneeq. Tak jauh berbeda dengan Caka dan Ziel, yang menonton aksi wanita cantik itu.
Aneeq menelan ludahnya kasar, dia memegang pipinya yang terasa kebas dan panas, akibat tamparan maut Jennie. Baru pertama kali dia diperlakukan seperti ini oleh seorang wanita, dan akan dia pastikan Jennie membayar semuanya.
Dia akan menjerat Jennie apapun caranya.
"Tuan."
Tubuh Jennie membeku, dia masih berusaha mengumpulkan kesadaran. Dia benar-benar tidak sengaja.
Dan yang paling cemas dengan keadaan Aneeq adalah Ziel.
"Daddy?" Ziel segera turun dari tempat duduknya dan berdiri di depan Aneeq. "Dad, are you okey? Mommy, kenapa Mommy memukul Daddy?" teriaknya marah.
Bocah tampan itu memegang pipi orang yang dia panggil Daddy, hingga membuat Aneeq menjerit-jerit. "Aw, ini menyakitkan, Boy. Mommy-mu harus tanggung jawab." Ujarnya dengan ringisan yang membuat Ziel menatap iba.
Pria kecil itu nampak berpikir sejenak, mencari ide agar ibunya mau bertanggung jawab atas perbuatannya terhadap Aneeq.
Ziel menatap ke arah Jennie, dan Jennie sudah seperti diintimidasi oleh tatapan putranya sendiri.
"Mom, Daddy kesakitan dan itu semua gara-gara Mommy. Mommy harus mencium Daddy!" cetus Ziel, menatap ke arah ibunya meminta pertanggung jawaban atas apa yang menimpa Aneeq.
Mendengar itu, Jennie mendelik. Apa-apaan putranya ini, kenapa malah menyuruhnya mencium pria aneh seperti Aneeq. Harusnya Ziel membela dia sebagai ibunya, karena dia tidak sengaja.
"Boy, apa yang kamu bicarakan?" Jennie sedikit menarik tubuh Ziel, agar mendekat ke arahnya.
"Pipi Daddy sakit karena dipukul Mommy, bukankah kalau sakit harus dicium supaya cepat sembuh?" ujarnya sesuai dengan apa yang sering dilakukan oleh Jennie ketika anggota tubuhnya terluka, entah itu karena jatuh dari sepeda, atau teledor saat bermain.
Jennie hendak menjawab ucapan putranya, tetapi fokus mereka teralihkan pada Aneeq yang lagi-lagi menjerit-jerit tidak karuan.
"Sshhh, aduh-aduh. Ini benar-benar menyakitkan, aku rasa nanti siang aku tidak bisa makan," ujar Aneeq, memainkan drama agar Ziel senantiasa membelanya.
Mendengar itu, luntur sudah rasa bersalah dalam diri Jennie. Dia yakin Aneeq sedang memanfaatkan putranya. Sialan memang, pria ini perlu dihajar!
Jennie sudah mengepalkan tangannya, hendak bangkit dan memukul Aneeq tanpa segan, tetapi Ziel langsung menghentikan niatnya, bocah tampan itu memegangi lengan Jennie. "Mommy mau apa? Ayo cepat cium Daddy, supaya Daddy cepat sembuh, nanti Daddy tidak bisa makan kalau sakit terus." Ujarnya sambil menunjuk Aneeq.
"Boy, dia itu_"
"Aw, aw! Ziel bisakah kamu bantu Daddy?" ucap Aneeq, membuat Ziel berlalu dari sisi Jennie dan berpindah ke hadapan pria tampan yang sedang berakting itu.
"Why, Dad? Kamu butuh bantuan apa?" tanya Ziel, Aneeq mendekatkan mulutnya ke telinga Ziel untuk berbisik-bisik.
"Cepat suruh Mommy mencium Daddy, Jangan buat dia bicara terus, Daddy sudah mau pingsan, Boy."
Mendengar itu, Ziel merasa terperangah, dia mengangguk lalu ikut bisik-bisik pula, membuat Jennie memutar bola matanya jengah.
"Tenang, Dad. Ziel sedang berusaha, sebentar lagi Mommy pasti menciummu supaya Daddy cepat sembuh."
Aneeq langsung mengacungkan jempolnya, sementara tangan yang satunya masih memegang pipi, agar Ziel percaya bahwa dia terluka.
Jangan tanya apa yang dilakukan Caka, dia hanya bisa menonton dari balik meja di sebelah mereka.
"Mommy, ayo cium Daddy! Mommy tidak boleh jadi anak nakal," ujar Ziel seperti seorang pria dewasa yang tengah memarahi anaknya. Dan Jennie sungguh menyesali pertemuannya dengan Aneeq.
Kenapa tiba-tiba hidupnya dipenuhi emosi seperti ini, bahkan Ziel ikut-ikutan membuatnya jadi sakit kepala.
"Ziel, lebih baik kita pulang!"
"No, sebelum Mommy mencium Daddy Ziel tidak mau pulang," tolak Ziel mentah-mentah sambil geleng-geleng kepala. Akan tetapi Jennie tidak mau melanjutkan drama gila ini, dia meraih tangan Ziel hendak menariknya, tetapi Ziel justru meraung keras.
"Mommy, No!" jerit pria kecil itu, semakin membuat Jennie frustasi. Dia ketar-ketir sendiri, karena sekarang dia menjadi pusat perhatian semua orang.
Ular sialan!
Sementara Aneeq tersenyum penuh kemenangan, dia mengedipkan salah satu matanya ke arah Jennie, membuat kebencian wanita itu semakin menggunung.
Jennie menarik nafas dalam-dalam. Dia berjongkok dan menenangkan Ziel. "Oke, Mommy cium Daddy, tapi setelah ini kita pulang, deal?"
Mendengar itu, Ziel langsung menghentikan tangisnya, dia mengangguk cepat, setuju akan ketentuan yang Jennie berikan. Yang penting Daddy-nya sembuh sekarang.
Jennie bangkit dan menyambar buku menu, dia mendekat ke arah Aneeq, dan menutup wajahnya dengan wajah Aneeq menggunakan buku itu.
"Mommy kenapa ditutup?" tanya Ziel.
Jennie mendongak. "Mommy malu, Sayang. Ditutup boleh yah?" Bujuk wanita itu, dan beruntungnya Ziel sama sekali tidak masalah.
Jennie menghela nafas lega, dia mendekat ke arah wajah Aneeq, tetapi bukannya mencium wanita itu justru berbisik. "Jangan harap aku akan menciummu! Dan berhenti menggunakan anakku untuk mencapai urusan pribadimu!"
Cup!
*
*
*
Yang mau lihat si gemesh Ziel, ada di Ig ngothor 😗😗😗
Ig @nitamelia05
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 192 Episodes
Comments
yeni NurFitriah
Aneeq harus berterima kasih pda Ziel ini mah..
2025-02-22
1
aphrodite
wuahh Ziel pinter y..
2024-10-18
0
Pia Palinrungi
bener2 nihhh aneeq kepala harus dibenturkan kayak krn otaknya udh eror biar normal lagi🤣🤣🤣🤣
2023-07-19
2