Mendengar ucapan Ziel, membuat mulut Jennie langsung menganga. Sementara Aneeq tersenyum sumringah, calon putranya ini memang selalu bisa diandalkan, Aneeq menggosok kedua tangan, siap menjadi kuda untuk Jennie.
"Come on, Dear. Aku siap menjadi kudamu," ucap Aneeq seraya berkedip genit.
Melihat itu, Jennie berdecih. Cih, dasar sinting!
Tak menanggapi ucapan Ziel dengan serius. Jennie langsung melangkah ke dalam ruangan Aneeq, dan meminta Ziel untuk turun dari punggung Caka. Dia senantiasa menunjukkan wajah tak ramah pada kedua pria tampan itu, sementara Aneeq menanggapi Jennie dengan senyum menggoda.
Bagaimana? Apa yang dia bicarakan benar adanya bukan? Mereka bertemu lagi bahkan dalam waktu satu kali dua puluh empat jam.
Ingin menyindir Aneeq secara halus, Jennie memeriksa bagian tubuh Ziel. Dari atas sampai ke bawah, depan maupun belakang. Meski semuanya terlihat baik-baik saja.
Aneeq memasukkan kedua tangannya ke dalam saku celana. Melangkah mendekat ke arah Jennie dan juga Ziel, Jennie langsung waspada. "Jangan khawatir, Dear. Aku tidak mungkin melukai anakku sendiri. Aku justru melakukan sesuatu yang pastinya membuatmu senang."
Jennie berdiri dan menggenggam erat tangan Ziel. Dia menatap tajam ke arah Aneeq, tidak peduli dengan apa yang dibicarakan oleh pria gila itu.
"Jangan bicara omong kosong! Dan aku sudah memperingatimu beberapa kali, jangan dekati anakku lagi, apa kamu tuli?"
Aneeq semakin mendekat, dan Jennie semakin mundur. "Kamu benar, aku sudah tuli, karena hanya suara indahmu yang ingin aku dengar, Dear. Kamu lihat, bahkan dalam waktu dua puluh empat jam, kita sudah bertemu lagi, jangan-jangan kita jodoh."
Jennie semakin mendelik, jodoh apanya? Mana mungkin dia berjodoh dengan pria gila seperti Aneeq, pria yang sukanya memaksa, bahkan bertindak semaunya.
"Cih, aku tidak sudi berjodoh denganmu!" cetus Jennie dengan sorot mata tak main-main, dia menatap ke bawah sana, di mana Ziel berada. "Ziel, ayo kita pulang. Di sini ada orang gila."
Kemudian Jennie menarik tangan Ziel begitu saja, tetapi sebelum Jennie melangkah Aneeq mencekal pergelangan tangan wanita itu. Jennie tak diam saja, dia memutar cekalan tangan Aneeq, dan sekuat tenaga menendang kepunyaan Aneeq di bawah sana.
"Ashh!!" jerit Aneeq kesakitan, Jennie tidak peduli, dia justru menggunakan kesempatan itu untuk kabur. Sementara Caka hanya bisa menganga, baru kali ini ada seorang wanita yang benar-benar menolak pesona Si Anaconda.
"Tuan, apa anda baik-baik saja?" tanya Caka cemas, melihat Aneeq yang meringis sambil memegangi miliknya, Aneeq merasakan mules di bagian pangkal pahanya, rasa yang begitu luar biasa.
Mendengar pertanyaan Caka sontak saja membuat Aneeq melotot, dia menabok bahu Caka dengan keras. "Sialan! Cepat selamatkan aset berhargaku."
***
Sore harinya.
Caka memarkirkan mobil yang dikendarainya di sebuah mansion milik keluarga Tan. Mengantarkan sang tuan pulang. Seperti biasa, Caka membukakan pintu mobil, dan kali ini dia ikut masuk ke dalam rumah untuk mengikuti Aneeq ke ruang kerja, karena ada sesuatu yang harus mereka bahas.
Namun, langkah Caka terhenti begitu seorang wanita cantik menghambur ke arahnya. "Kak Caca!" Panggil wanita itu, yang tak lain dan tak bukan adalah El, saudara kembar dari tuannya.
"Iya, Nona," jawab Caka sedikit kikuk, dia selalu merasa tak nyaman jika El memeluknya seperti ini, apalagi mereka adalah dua orang dewasa.
Melihat itu, Aneeq memutar bola matanya jengah. Lantas karena tak ingin melihat drama El yang berusaha untuk dekat dengan Caka, Aneeq melangkah lebih dulu, meninggalkan dua orang itu.
"Apa kalian punya pekerjaan yang harus diselesaikan?" tanya El, belum mau melepaskan tangannya di lengan Caka.
Sementara Caka sudah ketar-ketir.
"Iya, Nona. Kalau begitu, saya permisi untuk ke ruang kerja." Caka mencoba melepaskan tangan El, dan hal tersebut membuat El sedikit merasa kecewa. Selama ini, Caka selalu menghindarinya.
Padahal cantik iya, pintar iya, body goals iya, lalu apa yang membuat Caka tidak pernah bisa melihat ke arahnya? Apa karena dia adalah wanita yang manja?
Caka melangkah meninggalkan El, tetapi belum sampai lima langkah El kembali memanggilnya. "Kak Caca, kenapa kamu selalu menghindariku? Kenapa kamu tidak bisa bersikap biasa saja?" Tanyanya, memberanikan diri untuk bertanya, karena selama ini El hanya bisa diam.
Tubuh Caka mandek, dia sedikit meremass tangannya di bawah sana, mencoba menetralkan debaran di dadanya. Dia sedikit menoleh ke belakang di mana El berada. "Maaf, Nona. Saya memang tidak bisa bersikap biasa saja. Dan saya memiliki alasan untuk itu."
Mendengar itu, kening El mengeryit, apa maksudnya Caka bicara seperti itu?
"Cih, Kak Caca menyebalkan! Semua pria memang menyebalkan kecuali Daddy!" gerutunya sambil menghentak lantai.
*
*
*
Jangan lupa pencet-pencet Anaconda 😚😚😚🐍🐍🐍
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 192 Episodes
Comments
Yus Nita
syukuriin....
dapat bogeman si anaconda 😁😁😁
2024-06-07
0
Cipika Cipiki
kenapa juga El panggilnya kak Caca padahal mereka seumuran malahan lahirnya lebih dulu ABCDE daripada Caka
2024-04-23
1
MNSPurple
Yaampun
2024-03-16
0