"La, jumat besok Mama dan Papa akan kemari. Mereka akan menginap dua hari di sini.”
“Benarkah?” tanya Larisa senang. Ia pun menghambur kedalam pelukan Abi.
“Ia, mereka mungkin akan sampai pas malam hari. Jadi, Kakak minta kamu masak, ya, untuk mereka. Beri kejutan bahwa kini kamu sudah ada perubahan.”
Lrisa mengangguk cepat. Raut wajahnya begitu gembira, rasanya tak sabar menunggu kedatangan kedua orang tuanya itu. Ia sudah sangat rindu, karena belakangan terlalu banyak termenung lalu mengabaikan mereka.
“Kakak mandi dulu,” kata Abi melepas pelukan istrinya.
“Mau aku bikinin teh?”
Abi pun kaget, biasanya Larisa tak pernah menawarkan atau berinisiatif. Selalu harus diberi dorongan agar keinginannya untuk melakukan sesuatu bisa muncul.
“Boleh,” jawab Abi.
“Oke, aku ambilkan dulu baju ganti setelah itu baru ke dapur.”
Abi hanya mengangguk menatap punggung istrinya yang berlalu.
...🧀🧀🧀🧀...
Larisa semakin bersemangat untuk belajar memasak. Ia bahkan mencoba beberapa menu dalam satu hari karena ingin menyuguhkan makan malam yang spesial pada orang tuanya. Makan siang untuk Abi pastinya tak kan dilupakan, karena baginya itu merupakan bentuk balas budi atas apa yang dilakukan Abi selama ini.
Tanaman yang mereka tanam di halaman juga dirawat dengan baik oleh Larisa. Ia ingin menunjukkan pada Davira dan Endra kalau dirinya sudah banyak mengalami perubahan baik. Ia tak ingin mengecewakan mereka. Larisa mulai sadar kalau disini bukan hanya dirinya saja yang terluka, tapi kedua orang tuanya juga ikut terluka.
Maka dari itu ia pun ingin menyembuhkan luka itu. Larisa juga mulai membuat Vlog pribadi yang isinya tentang curahan hatinya sendiri sejak mengalami depresi. Sesekali ia meminta pendapat Abi tentang hal itu. Ia mendapat dukung penuh, kadang Abi juga memberikan masukan agar isi vlog Larisa bisa memberikan inspirasi dan juga ilmu bagi orang-orang nan mengalami hal yang sama.
Ia memang belum siap jika video itu di publish di YouTube. Larisa masih butuh waktu untuk mengumpulkan kepercayaan dirinya.
...🍩🍩🍩🍩...
“Teh spesial untuk, Kakak, tersayang." Larisa berkata pada Abi yang baru saja pulang dari klinik.
Pria itu pun tersenyum samar. Ucapan Larisa sedikit membuat hatinya bersedih, karena Larisa hanya menganggapnya sebagai Kakak. Tapi Abi berusaha meyakinkan diri kalau dia pasti bisa membuat sang istri mencintainya.
“Besok, Mama sama Papa sampai kan, Kak?”
Abi mengangguk.
“Kok aku deg-degan ya,” katanya memegangi dada.
“Santai saja gak usah tegang. Mereka pasti senang melihat perubahan kamu.”
“Aku cuma takut gak bisa memenuhi harapan mereka.”
“Mereka pasti gak akan nyangka. Percaya sama Kakak.”
...🎂🎂🎂🎂...
Hari ini sebelum berangkat kerja Abi berpesan pada sang istri untuk tak perlu mengirim bekal makan siang. Karena ia akan pulang lebih awal untuk membantu Larisa menyiapkan makan malam. Kalau perlu mereka berbelanja dulu, tapi gadis itu memutuskan untuk memesan bahan makanan secara online.
Abi pun mengalah, setelah sang istri memakai ponselnya untuk berbelanja online, ia pun segera pergi. Tak lupa Abi menelpon Ustad Abah mengatakan kalau hari ini tak perlu datang ke villa karena besok ia akan mengajak sang mertua serta Larisa ke pondok beliau. Abah pun menyambutnya dengan hati senang.
Sudah empat bulan mereka saling kenal, ia dan sang istri belum pernah mengunjungi pondok sama sekali. Karena Larisa selalu menghindari orang ramai. Setelah itu Abi tak lupa menghubungi kedua mertuanya untuk menanyakan jam keberangkatan mereka agar supir pribadi juga bersiap-siap untuk berangkat ke bandara.
Sebelum pulang Abi singgah dulu di sebuah toko pakaian untuk membelikan sang istri baju baru. Sejak menikah, Larisa tak pernah berbelanja pakaian karena ia tak begitu semangat untuk hal itu. Meski kadang Abi menawarkan istrinya selalu menolak.
Selesai sholat jumat di masjid dekat Villa Abi kembali pulang. Ia pun membantu Larisa menyiapkan bahan makanan meski ada Asisten rumah tangga, tapi laki-laki itu ingin menemani istrinya.
“Kakak, kalau gak bisa potong-potong mendingan duduk manis aja deh,” kata istrinya.
“Kan mau bantuin, La.”
“Iya, tapi malah hancur. Iya kan, Bik?”
Si Bibik pun mengangguk.
“Ya udah deh, Kakak lihatin kamu masak aja.”
“Jangan!”
“Kenapa?”
“Aku jadi grogi. Mendingan, Kakak, nonton film aja deh di ruang tengah sekalian istirahat.”
Larisa mulai menggulung rambutnya ke atas menampakkan pundaknya yang putih dan halus. Lalu memakai celemek agar bajunya tak kotor. Abi senang melihatnya ia pun tersenyum menatap sang istri.
“Masak yang enak, ya, koki cantik.” Abi berbisik tepat di telinga sang istri lalu ia pun mengedipkan sebelah mata dan segera pergi dari sana.
Tiba-tiba saja Larisa memegangi pipinya yang terasa panas.
“Mbak, malu, ya, di godain sama Mas Abi tadi ?” tanya bibik.
Larisa mengerutkan dahinya.
“Itu pipinya merah,” jelas Bibi.
Larisa pun hanya mengulum senyum.
...🚙🚙🚙🚙...
“Sudah selesai masaknya?” tanya Abi ketika sang istri datang menghampiri.
“Cicip dulu, enak apa gak?” Larisa menyodorkan piring kecil yang berisi hasil masakannya.
“Suapin,” pinta Abi.
Larisa pun menuruti kemauan Dokternya itu.
“Enak banget, yang.”
“Apa?” kaget Larisa.
“Ini, enak banget,” jelas Abi.
“Bukan yang itu, yang terakhir. Kakak, bilang apa?”
“Gak ada,” kilah Abi.
“Bohong.”
“Memang Kakak ngomong apa?”
Larisa tampak berpikir. “Gak tau ah, takut ntar aku di bilang PD.” Ia pun beranjak dari sofa.
Abi tersenyum girang bahkan kakinya sampai menendang angin di atas sofa saking senangnya. Ia layaknya seperti anak ABG yang sedang jatuh cinta lalu memberikan godaan kecil pada wanita yang disukai.
Selesai memasak Larisa menuju kamarnya untuk membersihkan diri. Satu jam lagi orang tuanya akan mendarat di tanah Bali. Jadi, dia harus mulai bersiap, mandi lalu berganti pakaian. Sedangkan Abi memastikan kalau supir pribadi mereka sudah berangkat ke bandara.
“La,” panggil Abi di depan kamar
“Apa, Kak?” istrinya membukakan pintu.
“Nih.” Abi memberikan bingkisan.
“Apa ini?”
“Baju buat kamu. Kakak sengaja beli di toko tadi sebelum pulang. Dipakai, ya, jangan lupa dandan yang cantik. Malam ini kamu harus tampil beda.”
Larisa tersenyum mekar. “Makasih, Kak,” ucapnya mencium satu pipi Abi.
Abi meraba pipinya sambil tersipu malu. “Besok-besok Kakak maunya di sini.” Abi menunjuk bibir.
Larisa memberikan kepalan tangan padanya lalu segera menutup kembali pintu kamar.
Abi benar-benar sedang di mabuk cinta. Ia begitu berusaha membuat sang istri jatuh cinta padanya. Rayuan dan godaan kecil selalu ia berikan pada Larisa, bahkan kejutan manis pun juga ia lakukan untuk merebut hati pasiennya itu. Ia kembali ke kamar untuk melakukan hal yang sama dengan Larisa. Mandi dan berdandan yang rapi untuk menyambut kedatangan mertua.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 151 Episodes
Comments
Ririn Endang S
Cinta....oh cinta....🤦♀️
2022-11-24
1
Salma Syam
cinta tumbu karna sell bersama
2022-08-26
1
Nurul Basiroh
cinta ada karna terbiasa..
yakin deh abi larisa bkl bles cinta kamu..
perrmudh jlan abi ya thor
2022-05-13
1