Setelah dari toko ponsel Abi mengajak Larisa ke toko buku dan alat tulis.
"Ngapain kita kesini, Kak?” tanya Larisa.
“Kamu pilih beberapa buku diary sama pena. Tuh, pulpennya lucu-lucu sekalian buku mewarnai dan menggambar juga pensil warnanya,” jelas Abi
“Buat apa emangnya, Kak?” tanya Larisa sambil memilih
“Kakak udah bilang kalau beberapa hari kedepan gak bisa nemenin kamu. Jadi, buat ngisi waktu luang kamu bisa nulis diary tentang perasaan kamu setiap hari. Kalau bosan kamu juga bisa menggambar dan mewarnai, nanti kasih lihat ke Kakak.” Abi pun ikut memilihkan beberapa buku dan pewarna untuk gadis itu.
“Aku boleh beli cat air juga gak? Coba melukis siapa tau aja aku bisa.”
“Boleh, nanti Kakak bilang ke Papa kamu buat bayar guru les melukis biar kamu belajar di rumah.”
Larisa tersenyum senang. Entah kenapa ia begitu semangat untuk melakukan hal-hal baru.
...🍋🍋🍋🍋...
“Pokoknya kalau Larisa mau, Om sama Tante boleh panggil guru les ke rumah. Apa saja, yang penting dia senang dan ingin mencoba. Seperti les piano, biola, melukis atau menari juga bisa. Mencoba hal baru dapat memperbaiki emosi serta mood Larisa. Nanti kalau kondisinya semakin membaik ia juga bisa ikut les di tempat gurunya itu sekalian ketemu teman-teman baru,” terang Abi
“Jadi, sekarang Larisa sudah gak histeris lagi?” tanya Davira
“Selagi kita bisa menjaga mood nya dan bisa menghindari pemicu stres nya, Larisa aman kok.”
“Baik kalau begitu kami akan lakukan sesuai saran, Dokter,” jawab Endra.
“Saya juga berikan dia ponsel biasa buat hubungi saya nanti. Tapi tolong di awasi, ya, takutnya dia coba menghubungi nomor Bayu atau teman-teman lamanya. Hal itu bisa memperburuk keadaannya.”
“Tapi, Nak Abi gak pergi keluar negeri atau ke luar kota kan? Soalnya kita takut nanti Larisa kambuh?” kata Davira
“Gak kok, Tante. Saya cuma lagi fokus cari tempat dan mengurus izin untuk buka praktek di sini. Sekalian mau melakukan wawancara terhadap suster juga psikolog yang mau bekerja bersama saya. Pokoknya nanti kabari saya kalau ada apa-apa sama Larisa.”
Davira dan Endra mengangguk paham.
“Kalau begitu saya langsung pamit, ya. Sudah ada janji,” izin Abi bangkit dari sofa.
“Terimakasih sudah menjaga dan merawat Larisa.” Endra pun ikut bangkit dan mengulurkan tangan.
“Saya senang bisa membantu, Om. Semoga keadaan Larisa kedepannya semakin membaik.” Abi pun menjabat tangan itu.
“Semoga.”
...🍉🍉🍉🍉...
Sudah lima hari Larisa tinggal bersama orang tuanya tanpa didampingi Abi. Namun, sebagai Dokter pribadi pria itu selalu memantau pasien kecilnya lewat sambungan telepon. Setiap hari ia pasti akan menghubungi Larisa menanyakan kegiatan baru nan dijalani, mendengarkan cerita gadis itu yang berceloteh layaknya anak kecil.
Perhatian penuh diberikan Abi, mulai dari menanyakan makan, minum obat sampai mengucapkan selamat malam ketika pasiennya hendak tidur. Begitupun sebaliknya, Larisa juga membalas perhatian Abi karena ia tahu pria itu sedang sibuk mengurus pekerjaan dan dirinya, pasti Abi juga butuh sedikit perhatian dari seorang adik pikirnya.
Karena kondisi Larisa semakin baik dan tak ada lagi tantrum, Abi mengajaknya untuk jalan-jalan kembali. Karena ia gak bisa jemput mereka janjian bertemu di sebuah mall. Jadi, Larisa di antar supir pribadi dan ditemani sang Mama.
“Senang banget kayaknya,” goda Davira.
“Iya dong, Ma. Aku kan mau jalan-jalan sama Kak Abi.”
“Gitu aja penampilannya?” Davira melirik sang putri dari ujung kepala hingga kaki. Kaos putih biasa dipadukan dengan jeans biru dongker. Wajah cantik itu dibiarkan saja polos tanpa make up.
“Terus?”
“Ganti bajunya. Dandan dikit kek biar Abi senang lihatnya.”
“Harus pakai baju apa dong, Ma?”
Davira membuka lemari besar sang putri. Ia memilih beberapa dres untuk di pakai Larisa. Entah kenapa hatinya merasakan ada bunga yang mulai bermekaran di sana. Sebagai seorang ibu ia ikut senang dan bahagia melihat senyum di wajah sang anak sudah kembali terlukis.
Pilihan Davira jatuh pada poppy basik dress warna choco. Lalu rambut hitam panjang Larisa di curly bagian bawah. Wajah polos tadi di poleskannya sedikit bedak padat, blush on warna pink natural, alis brown natural, terakhir lipstik pink alami warna bibir. Mempertegas kecantikan alami Larisa yang selama ini tertutupi oleh kondisinya yang kurang terawat.
“Anak Mama cantik sekali,” puji Davira
Larisa tersenyum sambil memutar tubuhnya di depan cermin. Ia sadar kalau selama ini sudah melupakan diri sendiri akibat terlalu mencintai Bayu. Sudah berapa lama ia mengabaikan dirinya? Sudah berapa lama ia tak merawat tubuhnya? Mata gadis itu pun mulai berkaca-kaca.
“Kok sedih?” tanya sang Mama
“Aku sedih aja karena gak bisa merawat diri sendiri gara-gara ditinggal Bayu.”
“Sudah jangan nangis dong. Nanti cantiknya hilang,” bujuk sang Mama memeluk putrinya.
“Yuk berangkat.”
...🍒🍒🍒🍒...
Sampai di mall Larisa dan Davira memutuskan menunggu Abi di sebuah restoran. Mereka hanya memesan minuman karena rencananya akan makan siang bareng Abi.
“Itu Kak Abi.” Larisa berdiri dari bangkunya
Dari jauh Abi pun melihat Larisa yang sedang melambaikan tangan ke arahnya. Pasiennya itu tampak jauh lebih cantik dari terakhir kali mereka bertemu. Tubuhnya membeku seketika menikmati senyuman manis yang terlukis di wajah yang biasanya tampak murung.
“Kak, sini,” panggil Larisa.
Abi memperbesar langkah kakinya untuk menghampiri Larisa. “Spesial buat gadis cantik,” katanya memberikan buket bunga.
“Makasih.” Larisa menerima bunga itu dengan senyuman bahagia.
“Kok bawa bunga segala?” tanya Davira
“Hadiah buat pasien yang gak ngamuk-ngamuk lagi belakangan ini,” jelas Abi
Mereka bertiga pun tertawa.
“Sudah pesan makanan?” tanya Abi.
“Belum, Tante sengaja nungguin kamu dulu. Tapi karena sekarang kamu sudah datang, Tante pergi, ya, mau ketemu teman-teman sudah janjian tadi. Tante titip Larisa.”
Davira sengaja berbohong karena dia ingin memberikan waktu pada putrinya dan Abi. Entah kenapa ia ingin pria itu bisa menjadi menantunya, tapi ia takut mengutarakan kainginan itu pada Abi. Mengingat kondisi Larisa yang sedang mengalami gangguan mental pastinya Abi akan menolak. Sudah pasti pria normal, baik, ganteng dan pintar seperti Abi memilih wanita yang sepadan dengannya.
“Oke, Tante. Hati-hati di jalan. Nanti Larisa saya antar pulang.”
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 151 Episodes
Comments
🪴🍓🌟💫sangdewi💫🌠💐🏵️
cinta datang karena terbiasa
2022-06-06
3
Anita EndLs
jempol
2022-05-19
1