Kamera ponsel pun diarahkan oleh suster Ulfa ke deretan baju Larisa yang tergantung di dalam lemari. Dan pilihan Davira jatuh pada slip dress bermotif floral dipadukan dengan kemeja putih polos membuat tampilan anaknya menjadi lebih fresh.
📱Jangan lupa pakai bedak padat, blush on sama lipstik
Tambah Davira sebelum menutup telepon.
Larisa melakukan sesuai saran sang Mama. Setelah itu ia dan suster Ulfa pun berangkat menuju klinik Abi. Di dalam mobil gadis itu sedikit merasa cemas. Entah apa yang ditakutkan. Namun, suster Ulfa terus meyakinkan kalau dia akan baik-baik saja.
"Masuklah," kata suster Ulfa mengantar Larisa sampai ruang tunggu pasien.
"Suster mau kemana?"
"Suster mau pulang diantar supir. Kamu nanti akan pulang sama Abi."
Sebelum berpisah suster Ulfa meyakinkan Larisa untuk percaya diri kalau dia pasti bisa. Gadis itu pun melangkahkan kakinya mencari ruangan Abi. Para suster yang ada di sana sudah mengenalinya sebagai istri Abi karena pria itu memajang foto mereka berdua di atas meja kerjanya.
"Aslinya cantik, ya," bisik mereka.
"Mau keruangan Dokter Abi?" tanya seorang suster.
Larisa mengangguk.
"Tunggu disini sebentar, Dokter Abi sedang ada pasien di dalam."
"Baiklah," jawab Larisa
Sambil menunggu Larisa mengedarkan pandangannya. Ternyata klinik Abi sangat besar, sepertinya ada beberapa psikolog yang ikut bekerja sama dengannya. Di sebelah adalah apotek jadi pasien tak perlu repot-repot menebus resep obat mereka diluar sana.
Perawat serta suster pun ada sekitar 10 orang. Tandanya Abi merupakan Dokter spesialis kejiwaan yang hebat dan terkenal.
"Buk, silahkan masuk," sapa suster pada Larisa.
"Terima Kasih."
Abi pun bangkit dari kursi kerjanya untuk menyambut kedatangan sang istri.
"Cantik sekali hari ini. Mau kemana memangnya?" goda Abi.
"Kata suster Ulfa aku harus dandan," jawab Larisa cemberut.
Abi tertawa lalu membawa istrinya duduk di sofa. "Masak apa?"
"Ayam gulai sama tempe kering terus sayurnya tumis buncis." Larisa mulai membuka rantang makanan.
"Kayaknya enak nih." Abi mulai menyendok nasi ke dalam mulut. Tampak Larisa begitu serius menantikan reaksi dari suaminya.
"Aaa." Abi menyodorkan se sendok nasi ke mulut Larisa.
Gadis itu menerimanya. "Lumayan."
"Enak, La."
"Kakak, cuma mau bikin aku senang aja."
"Loh, Kakak serius ini. Kamu gak mau lagi?"
"Aku udah kenyang makan di rumah tadi."
"Ah gak asik kamu mah. Janjinya kemarin makan bersama."
"Kan aku harus minum obat, Kak."
Abi menyegir. "Oh, iya, lupa. Kakak habisin, ya?"
Larisa mengangguk.
Abi benar-benar menyantap habis makanan yang dibawakan Larisa. Soal rasa ia tak bohong, masakan istrinya itu memang enak. Hanya saja Larisa tak sadar akan kemampuannya itu, masih suka pesimis dan tak percaya diri.
"Habis ini Kakak mau ngajak kamu ke suatu tempat," kata Abi selesai makan.
Larisa pun mengemasi rantang yang sudah kosong itu. "Kemana?"
"Ikut aja."
"Bukannya, Kakak lanjut kerja?"
"Hari ini pasien, Kakak cuma sedikit dan gak ada janji temuan lagi. Jadi, kita bisa pergi."
...🍄🍄🍄🍄...
Abi membawa Larisa ke satu toko tanaman. Ia bermaksud untuk memberikan kegiatan baru untuk mengisi waktu luang istrinya nanti.
"Pilih tanaman yang kamu suka. Karena besok tanggal merah dan Kakak libur, kita bikin taman di halaman," kata Abi menarik istrinya untuk memilih.
Larisa pun sepertinya tertarik melihat tanaman yang berwarna-warni itu. Ia serasa ingin memindahkannya ke villa. "Aku mau yang ini, ini, dan itu." Menunjuk anggrek, mawar dan lily.
"Ada yang lain?" tanya Abi.
"Pohon buah aja, Kak. Biar nanti bisa panen sendiri di rumah," saran pemilik toko.
"Boleh," jawab Larisa.
Pemilik toko memberikan bibit stroberi , jeruk dan mangga. Abi juga ikut memilih tanaman lain untuk mereka tanam nantinya.
Puas memilih semua tanaman di masukkan ke dalam bagasi mobil. Setelah itu mereka memutuskan untuk pulang.
"Benar gak mau jajan?" Abi memastikan lagi
Larisa hanya mengangguk.
Selama perjalanan pandangan Abi tak pernah lepas dari samping. Ia menikmati wajah segar serta penampilan baru sang istri. Terakhir ia melihat Larisa secantik ini sekitar lima bulan yang lalu saat mereka janjian di restoran dan itu juga membuat keadaan Larisa kembali memburuk.
...🐽🐽🐽🐽...
Malam harinya mereka duduk di ruang tamu. Viewnya mengarah pada lautan yang gelap namun dipenuhi oleh lampu-lampu kecil dari kapal para nelayan. Begitu pula langit sepertinya penuh oleh bintang.
"Kakak boleh tanya sesuatu?" Abi memeluk sang istri yang bersandar di dadanya. Larisa menyukai hal itu karena membuatnya merasa nyaman dan tenang.
"Hhmm."
"Bagaimana perasaan kamu sekarang terhadap Bayu?"
"Gak tau."
"Kenapa?"
"Ya gak tau aja."
Abi mengangguk paham dan tak mau memaksa. "Kalau sama Kakak?"
"Memangnya kenapa sama, Kakak?"
"Apa yang kamu rasakan?" Abi memainkan rambut hitam Larisa yang wangi.
"Hhhmm aku nyaman, tenang dan merasa aman."
"Hanya itu?"
Gadis itu mengangguk.
"Ap, Kakak boleh mencium kamu?" Abi sengaja memancing reaksi istrinya.
"Silahkan." Larisa memberikan pipinya.
"Bukan di sini tapi di sini," jelas Abi menunjuk bibir Larisa.
Wanita itu terdiam sejenak. Sepertinya Larisa sedang mencerna maksud dari permintaan Abi.
"Jangan macam-macam, ya, Kak," ancam Larisa.
Abi yang sedikit tegang di awal segera tertawa lepas.
"Kok, Kakak ketawa?"
"Artinya kamu waras."
"Kakak, pikir aku gila?" marah Larisa.
"Bukan begitu! Kakak, pikir kamu bakalan biasa saja gak akan marah. Ternyata … " Abi berusaha menahan tawanya.
Larisa cemberut lalu memukul dada Abi.
"Terus sekarang apa tujuan kamu kedepannya?"
"Gak tau?"
"Kenapa setiap Kakak tanya jawabannya gak tau sih?"
"Ya, karena aku emang gak tau."
"Oke gini aja, besok Kakak akan bawakan kamu beberapa buku tentang kesehatan mental. Kamu bisa baca dan setelah itu kamu bikin jurnal sendiri atau vlog deh tentang pandangan kamu soal Mental health Illnes, gimana?"
Larisa tampak memikirkan saran Abi itu. "Boleh. Kalau bikin vlog artinya aku harus punya kamera dong."
"Besok kita beli kameranya sekalian cari buku tambahan."
Abi menerapkan cara pendekatan dan sharing yang berbeda dari pasien-pasien lainnya. Karena Larisa adalah istrinya jadi ia membuat wanita itu tetap nyaman saat bercerita sehingga tanpa sadar Abi bisa memberikan masukan-masukan yang membuat Larisa tertarik.
"Setuju!"
Abi tersenyum puas lalu ia mencubit gemas pipi istrinya yang mulai berisi itu. "Ayo ke kamar, waktunya tidur."
...🐷🐷🐷🐷...
Jika Abi libur bekerja maka seluruh kegiatan Larisa mulai dari Yoga sampai kegiatan les akan di liburkan. Abi ingin menghabiskan waktu bersama istrinya. Sesudah solat subuh, ia mengajak sang istri olahraga ringan sebelum mereka memulai kegiatan hari ini.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 151 Episodes
Comments
Anita EndLs
lanjut
2022-05-19
1
Nurul Basiroh
semangat abii..
semoga larisa cpt sembuh
2022-05-13
2
Risma Rismawati Gamstick
semangat trus thorrr
2022-04-26
1