Larisa di bantu Bibik menata masakan di atas meja makan. Endra dan Davira sedang dalam perjalanan ke villa. Larisa pun memastikan kembali hidangan sudah tertata sempurna begitu pula dengan penampilannya.
“Suit!” Abi bersiul. “Cantik banget malam ini, boleh dijadiin pacar gak?” Abi menggoda istrinya yang tampak anggun dalam balutan cropped cardi dipadukan dengan rok plisket bermotif.
Larisa memberikan senyum manisnya. “Bajunya bagus. Ternyata selera, Kakak, oke juga.”
“Orang tokonya yang milihin. Kalau Kakak mah gak ngerti apa-apa.”
Larisa pun mencibir.
Terdengar suara klakson mobil yang artinya orang nan dinanti nanti sudah sampai.
“Yuk, kita sambut mereka!” Abi merangkul pinggang sang istri mereka berjalan beriringan menuju pintu utama.
Ketika turun dari mobil Davira langsung bergegas menghampiri sang putri yang menyambutnya, begitu pula dengan Endra.
“Ssaayyaanngg!” seru Davira memeluk sang anak. Matanya tampak berkaca-kaca, akhirnya mereka bisa bertemu dan melepas rindu setelah sekian lama tak berjumpa.
“Mmaaammaa,” balas Larisa.
“Kamu cantik sekali.” Suasana haru seketika menyelimuti pertemuan mereka. Davira tak henti-hentinya membelai Larisa bahkan ia tak memberikan sang suami kesempatan untuk memeluk putri mereka.
“Masuk dulu, yuk, Ma, Pa,” ajak Abi.
“Gimana kabar kamu? Mama lihat jauh lebih baik sekarang.” Davira dan Larisa ngobrol sembari mereka berjalan ke dalam villa.
“Aku baik, Ma, Kak Abi benar-benar menjaga dan merawat aku.”
Mereka pun duduk di ruang tamu.
“Gimana perjalanannya, Pa?” tanya Abi.
“Lancar. Dari rumah ke bandara gak macet jadi, kita gak kerasa capek. Pas di pesawat Mama sama Papa sempatin tidur karena mau ngobrol-ngobrol sama kalian malam ini,” jawab Endra.
“Apa kita langsung makan malam?” tanya Abi. “Kebetulan Larisa yang masak, loh.”
“Oh ya?” Davira tak percaya. “Beneran kamu bisa masak, sayang?” tanyanya pada sang putri.
“Benar, Mah. Sejak di Bali aku ikut les masak setiap harinya satu menu,” jelas Larisa.
“Kalau begitu ayo kita ke meja makan! Papa sudah gak sabar buat cicipi masakan Larisa,” kata Endra penasaran.
“Ayo, kalau gitu!” ajak Abi jalan duluan.
Sampai disana Davira dan Endra sangat terkejut melihat menu makan malam yang begitu banyak sampai memenuhi meja makan. Mereka tak menyangka kalau Larisa lah yang membuat ini semua.
“Benar kamu yang masak, sayang?” tanya Endra pada putrinya.
Larisa tersipu malu. “Di bantuin Bibik sama Kak Abi, Pah.”
“Memang Mbak Larisa yang masak kok, Tuan. Saya hanya membantu menyiapkan bahan-bahan saja,” jelas Bibik.
“Kalau aku cuma bantu icip icip aja, Pah,” tambah Abi. “Ayo silahkan duduk.”
Mereka pun duduk di meja makan persegi panjang itu. Endra dan Davira sepertinya bingung ingin mencicipi yang mana terlebih dahulu.
“Ayo dimakan, Pah, Mah,” kata Abi.
“Mah, tolong ambilin Papa ikan bakar itu, kayaknya lebih menggoda,” seru Endra.
“Itu makanan kesukaan Kak Abi, Pah. Aku juga masakin makanan kesukaan, Papa sama Mama tuh,” ungkap Larisa.
“Oh, ya? Jadi, sekarang Abi sering di masakin kamu dong?” tanya Davira.
Abi mengangguk. “Setiap jam makan siang Larisa akan kirim bekal ke klinik, Mah.”
“Pantas sekarang terlihat sedikit gemuk.”
Abi pun tersenyum lebar.
“Mmmm enak banget, Mah ini,” seru Endra tak percaya.
“Serius, Pah?”
“Cobain yang lain deh, Mah. Pasti enak juga,” kata Endra pada sang istri.
Davira memilih menu Ayam suwir kemangi. “Ini juga enak banget loh, Pah. Mama kan sering masak di rumah, tapi kok gak seenak ini, ya?”
“Larisa itu punya bakat masak, Ma, Pah. Cuma dia nya aja yang gak percaya diri sama kemampuannya,” ungkap Abi.
“Benar kata Abi, sayang. Masakan kamu enak kok. Mama aja kalah.”
Larisa merasa puas bisa membuat orang tuanya tersenyum tak henti-hentinya dari tadi.
“Kalian juga makan dong,” tegur Endra.
“Oh, iya sampai lupa karena kita penasaran sama pendapat Mama sama Papa soal masakan Larisa,” jelas Abi.
“La, tolong di isi piring Abi, ya.” Davira meminta sang putri untuk melayani menantunya.
Gadis itu mengangguk.
Mereka benar-benar menikmati makan malam ini dengan santai sambil mencicipi setiap masakan Larisa. Tak ada yang dilewatkan karena Endra dan Davira menghargai usaha anaknya. Obrolan pun tak jauh-jauh seputar kegiatan gadis itu selama di Bali. Dua orang tua itu bersyukur melihat perkembangan sang putri sudah begitu besar.
“La, anterin Mama sama Papa ke kamar, ya,” pinta Abi.
“Aku tidur sama, Mama, Papa malam ini ya?” tanya Larisa.
Endra dan Davira saling melempar pandangan.
“Pastinya boleh lah,” jawab Abi.
“Yuk, Mah, Pa. Kita ke kamar kalian,” ajak Larisa tak sabar.
Sampai di kamar Larisa tak membiarkan kedua orang tua nya beristirahat sejenak. Ia bercerita tiada hentinya sampai pukul sembilan malam gadis itu sudah tertidur dalam pelukan sang Mama.
“Jadi ingat waktu dia kecil, ya, Pa.” Davira membelai rambut anaknya.
“Iya. Tapi bagi Papa dia masih putri kecil kita kok, Mah.” Endra pun beranjak dari atas kasur.
“Papa, mau ke mana?”
“Mau nemuin Abi. Kayaknya dia belum tidur.”
“Duluan gih. Nanti Mama juga nyusul.”
Endra keluar dari kamarnya dan turun ke lantai dasar untuk menemui Abi yang sedang menonton film di ruang tengah.
“Loh, Papa belum tidur?” Abi segera merubah posisinya untuk duduk di sofa.
“Belum. Papa tadi dengar suara TV masih nyala jadi turun deh. Sekalian pengen tahu perkembangan kondisi Larisa dari kamu. Kamu kok juga belum tidur?”
“Mumpung besok libur. Lagian juga gak ada kegiatan. Biasanya saya temenin Larisa sebelum tidur, dengar dia cerita atau kadang saya kasih dia sugesti positif. Setelah itu baru ke kamar.”
“Jadi, kalian gak tidur sekamar?”
Abi tertawa kecil. “Gak, Pah.”
“Kenapa gitu?” tanya Davira yang tiba-tiba muncul.
“Mama, belum tidur juga?” tanya Abi.
“Mama penasaran sama perkembangan Larisa. Jadi pengen denger cerita kamu. Jawab pertanyaan Mama tadi!”
“Saya ini laki-laki normal, Ma. Takutnya nanti khilaf malah bikin kondisi Larisa makin buruk. Lagian saya kan sudah janji sama kalian, kalau sebelum Larisa sembuh dan tahu saya ini suaminya, saya gak akan menuntut tanggung jawab dia sebagai istri,” jelas Abi santai.
Endra dan davira menghembuskan nafas panjang mereka sepertinya kagum pada Abi.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 151 Episodes
Comments
Salma Syam
amanah abynya
2022-08-26
1
Anita EndLs
hebat bat Abi
2022-05-19
1