NewBorn

Saya terkejut ketika melihat sesosok pocong nyata di hadapan saya. Sejak dulu saya selalu mendengar cerita seram mengenai pocong, tapi bagi saya benda itu sangat lucu. Bisa melompat dan punya pita di kepalanya. Gayanya juga seperti wanita yang sedang shalat mengenakan mukenah. Ya, mereka itu lucu kecuali wajahnya.

Di film-film, rupa pocong di buat sedemikan rupa. Dan saya terkejut berkali-kali kalau melihat wajahnya. Kebanyakan dari mereka itu di gambarkan dengan wajah pucat dan lingkar mata yang menghitam. Tapi kok, pocong yang satu ini.. mukanya seperti habis terbakar?

Ia terdiam melihat saya, wajahnya seketika datar dan kedua matanya menyipit. Saya terhenti, dan melakukan hal serupa untuk mengcopy tingkahnya.

"Setan juga toh, ku pikir peri-perian." dengkusnya.

"Tidak sopan sekali memanggil saya pari! Memangnya saya ikan! Kamu sendiri, saya pikir semut terbang tadi!" balas saya, tak mau kalah.

"Peri budeg!!" Ia mengoreksi sambil menatap saya dengan sinis. "Anak baru ya? Tak pernah ku lihat kau mangkal di sini." ucapnya, menatap saya dari atas ke bawah.

"Oh, saya bukan tukang ojek, jadi tak mau mangkal." balas saya lagi.

Ia menahan tawa, sembari mengulum bibirnya. Tentu saja ia melakukan hal itu, karena kedua tangannya terikat dan tak bisa menutup mulutnya yang bergetar menahan senyum.

"Kahahahah.. lucu juga! Kau baru mati kan? Baunya masih tercium." Saya memancungkan bibir dan mencium tubuh saya sendiri. "Bukan bau ketek, tapi bau.." Ia menggantung kalimatnya sejenak.

"Manusia yang baru mati." singkatnya, membuat saya terdiam.

Alis saya bergerak sedikit, seiring dengan mulut yang hendak terbuka. "Manusia yang baru mati?? Ma.. maksudnya?"

Ia tersenyum lalu duduk di salah satu pinggiran kuburan yang terbuat dari keramik berwarna hijau telur asin. "Seperti seseorang yang baru saja kecelakaan di jalan, tentu saja darahnya masih basah kan? Sama juga seperti manusia yang baru menjadi hantu. Ibaratnya, jalannya masih basah, dan orang yang lewat pasti tahu kalau itu baru saja terjadi kecelakaan. Bedanya, kita ini bisa mengetahui aroma manusia dan juga hantu melalui bau." terangnya.

Jujur saja sih, sepertinya otak pocong ini standar, menjelaskan dan mengumpamakan sesuatu dengan sesuatu yang berbeda pula. Bikin otak saya tak connect saja.

Kami sama-sama terdiam usai ia menjelaskan. Sepertinya ia tahu kalau saya tak paham dengan ucapannya itu. "Apakah kau sudah bertemu dengan manusia?" Saya mengangguk. "Nah, lalu bagaimana aromanya?" lanjutnya.

Saya terdiam ketika wajah gosongnya menatap saya dengan lekat. "Kalau yang perempuan manis, tapi yang lelaki.. seperti aroma makanan."

"Lezat bukan?" timpalnya. Saya tak mengangguk dan tak menggeleng, tapi sejujurnya.. aroma manusia memang tercium lezat. Seperti aroma masakan yang baru matang.

"Sebenarnya hanya tipis pembeda aroma darah manusia yang lelaki dan perempuan. Tapi kalau manis, apakah perempuan itu haid atau sedang hamil?" Saya terdiam lagi. Yang beraroma manis itu kan Yuk Arsya, dan kebetulannya lagi dia memang sedang hamil besar.

"Aroma wanita haid, hamil dan baru saja melahirkan itu wangi sekali. Bahkan aromanya bisa tercium dari jauh. Setan sangat menyukai bau-bau itu. Saya pun sering mendatangi rumah-rumah yang ada bayi kecil dan wanita hamil. Itu enak sekali baunya."

"Apalagi kalau yang haid, dan pipis tidak di kloset. Itu, darahnya bisa di makan, tapi aku hanya penikmat bau sih, tak mau memakannya." Saya meringis mendengar ucapannya.

"Maksudnya? Kenapa harus pipis di kloset? Apa karena kloset punya penampungannya sendiri? Tak seperti lantai toilet, yang saluran pembuangannya menuju ke suatu tempat yang terbuka seperti selokan? Apakah begitu?? Tapi kenapa memangnya???" terka saya, tak lupa dengan menyelipkan tanda tanya.

Ia terkesiap mendengar pernyataan saya. Bahkan tubuhnya sedikit condong ke depan saking kagetnya. "Wah! Cerdas juga ya! Padahal kan aku belum cerita apa-apa. Memang begitu. Kadang manusia itu suka ceroboh dan tak sadar itu membuat mereka di tempeli makhluk gaib yang memakan darahnya."

"Contohnya?" sambung saya.

"Seperti pipis tadi. Yah, meskipun tidak pipis sembarang seperti di hutan atau gunung, tapi pipis di saluran air itu bisa membawa darahnya ke area pembuangan seperti selokan. Dimana selokan itu kan tempatnya terbuka, jadi setan yang lewat bisa saja singgah dan memakannya. Beda lagi kalau mereka pipis di kloset, itu ada tempat penampungan dan bersifat tertutup. Jadi kita kesulitan menembusnya. Terkadang, setan itu bisa dengan mudah masuk melalui celah-celah yang bisa di lalui asap. Kalau asap tak bisa masuk, kita pun akan kesulitan juga."

Saya melongo mendengar penjelasannya. "Bicara sepanjang itu tak membuat kuncirmu terlepas? Dan apakah pembeda manusia dan hantu itu melalui darah, maksudnya.. darah manusia itu harum seperti makanan, lalu.. darah para hantu itu berbau amis dan busuk?" Saya menerka, karena dari apa yang saya alami, hal itu memang yang terjadi. "Meski rupa hantu dan manusia itu perbedaannya jelas, tapi siapa tahu nanti saya bertemu dengan hantu yang seperti manusia." lanjut saya lagi.

"Ya, kau benar. Bau darah hantu itu amis dan busuk. Tak tau deh kenapa begitu." sahutnya lempeng, tapi perkataan itu membuat saya berpikir keras, karena saya memang suka memeras otak untuk memikirkan hal-hal sepele yang seharusnya tak perlu di pikirkan.

"Apakah itu ada hubungannya dengan pengendapan?" Ia menolah, menaikkan sebelah alis untuk mengetahui maksud dari ucapan saya, atau sekedar meminta penjelasan. "Jadi darah manusia itu mengalir karena jantungnya terus memompa keseluruhan tubuh, tapi kita kan tak punya jantung. Jadi, darah itu berada di dalam tubuh, mengental dan menggumpal. Sama seperti halnya daging segar dan daging hewan yang telah mati. Hewan mati menjadi bangkai, menyebabkan baunya busuk dan tak bisa di konsumsi. Mungkin kita juga begitu, makanya darah kita tetap ada di dalam tubuh, tapi baunya busuk. Sepertinya karena hal itu." Saya menerangkan panjang lebar, membuat si pocong menganga dengan lebar.

"Aaah! Perawakanmu seperti anak SMP sementara aku berada pada usia di atasmu. Bisa-bisanya kau lebih pintar ketimbang aku! Harga diriku rasanya terluka." Ia memasang wajah melow dan saya meringis melihat pemandangan semacam itu.

"Maaf ya, tapi.. saya jijik melihat wajahmu begitu." Saya mengatakannya terus terang. Setelah mengatakan hal tersebut, saya sendiri pun terkejut ketika sadar. Bisa-bisanya berbicara hal buruk pada setan yang baru di kenal. Bukannya marah seperti orang-orang kebanyakan, pocong ini malah tertawa.

"Wah kahaha! Boleh juga mulutmu hantu muda."

Saya memasamkan wajah. "Dan satu lagi. Kamu bilang saya anak SMP, saya ini sudah SMA kelas satu! Apa kau tak bisa membedakan itu?!" kesal saya.

Ia terdiam, memandang saya dari atas ke bawah, lalu mengulum bibir untuk menertawakan saya. "Kahaha, kau mungil. Tak ada bulu kaki juga. Siapa yang tahu kalau kau sudah SMA, tadinya aku mau bilang kau itu masih SD sih."

"JANGAN!!" Saya memekik, membuatnya kembali tertawa, lalu kemudian ekspresinya berubah dengan cepat. Saya ikut mendatarkan wajah, bingung dan tak mengerti. Apakah ia tak boleh di bentak?? Rasanya aneh ya, seperti bersalah. Apa saya minta maaf saja padanya? "Saya tidak sopan ya? Membentak orang tua?"

Ia terkesiap, menggeleng dan kembali memandang wajah saya. "Oh, tidak kok. Aku cuma ingat seseorang.. Yah, seseorang." tukasnya. "A.. anak ku. Tingkahnya mirip kamu, jadi... aku tiba-tiba saja merindukan dirinya ketika melihatmu." ujarnya dengan raut wajah yang mendadak sedih, tapi juga bingung.

"Wah, kau punya istri? Laku juga ya ternyat-"

"AKU INI PEREMPUAN, KUNTI!! APA KAU TAK BISA MEMBEDAKANNYA WAKTU MASIH HIDUP AKU CANTIK!" Ia kembali memekik, membuat saya terkesiap kaget. "Yaaah, tapi tak panjang umur saja." lanjutnya.

Saya terkesiap. Kaget bukan kepalang. "Me.. memangnya ada ya pocong yang perempuan?"

Ia menoleh sinis ke arah saya. "Kau juga, memangnya ada ya, kuntilanak yang laki-laki?" balasnya tak mau kalah.

Memang aneh dan janggal. Saya ini laki-laki, biasanya hantu lelaki itu menjadi pocong kalau di film-film, tapi saya terlihat seperti hantu perempuan yang bernama kuntilanak. Dan lagi... orang di depan saya ini terlihat seperti laki-laki karena dia menjadi pocong. Saya tak mengenali wajahnya karena gosong seperti terbakar. Lalu, suaranya serak.. seperti laki-laki. Tapi, mungkin dia memiliki tipe suara yang seperti saya. Serak-serak basah.

"Kenapa kau mati? Masih punya anak dan suami?" tanya saya pada akhirnya, saking bingungnya ingin bertanya apa lagi.

Ia menggeleng dengan cepat. "Yah, itu tak penting sih. Sudah terjadi beberapa tahun yang lalu. Mungkin saja suamiku sudah kawin lagi." balasnya santai.

"Kok begitu?!" protes saya.

"Dengar ya bocah, manusia itu.. sifatnya mudah melupakan seseorang. Jika kau meninggalkan mereka, yang tersisa di dunia cuma namamu saja. Mereka hanya akan nangis paling lama dua Minggu, setelah itu kau akan di lupakan dan mereka kembali menjalani hidup masing-masing." Ia tersenyum, tapi entah kenapa, ucapannya terasa getir. Ia sebenarnya sedih, tapi sama halnya seperti wanita pada umumnya. Cengeng tapi sok kuat.

"Lalu kenapa kau mati?" tanya saya lagi.

"KAU SUDAH NANYA ITU DUA KALI!!" pekiknya lagi.

Saya menatap polos ke arahnya. "Kau orang baik. Saya baru memiliki teman, dan teman pertama saya hari ini adalah dirimu. Saya sih baru semalam meninggalnya. Di bunuh Ayah."

Ia terkesiap mendengarnya. "Oi!! Bisa-bisanya kau bicara kalimat menyedihkan sedatar itu!!" bentaknya. "Tapi.. yang benar kau di bunuh Ayahmu sendiri?" Saya mengangguk membenarkan. Ia kembali terdiam, dan wajahnya seolah mengiba. Wajahnya terlihat aneh, karena hidungnya bergerak seperti ****** ayam. Tapi, saya tak suka di kasihani seseorang, lebih baik saya ledek saja wajahnya.

"Hiiii, hidungmu kembang kempis. Jelek sekali kalau kau terlihat sedih!"

"AKU INI SEDANG BEREMPATI! BERTERIMAKASIH SEDIKIT KEK!" pekiknya lagi.

Saya menutup telinga dan mengeluh. "Haah, Tante pocong ini darah tinggi."

Ia mengernyit. "Tante pocong? Kahaha, kita belum kenalan yaa? Nama ku Nini, panggil saja Tante Nini."

"Waah, begitu? Saya.. nama saya Adam." ucap saya, membuatnya seketika terkesiap seperti baru saja ada petir yang menyambar. Kenapa dia terkejut mendengar nama saya?? Apa karena saya tamvan?? "Panggil saja Adam Suganda." Saya melanjutkan.

"KEBALIK BOCAH! Bisa-bisanya nama panggilan lebih panjang dari nama asli!" keluhnya.

"Kenapa mengeluh sih? Itu kan nama saya! Cerewet sekali. Nanti mati dua kali loh kalau marah-marah terus."

"KAU YANG BIKIN AKU MARAH TAHU!!" Bentaknya lagi. "Kau, kenapa terlihat aneh? Masih kecil sudah beruban?"

Saya mendengkus senyum mendengarnya. "Heh, dengar ya Tamusong, atau tante muka gosong. Ini namanya, darah suci. Saya setengah bidadari." ucap saya meracau, membuat si Tante terkesiap.

"Wah! Yang benar? Pantas saja aroma darahmu wangi, jadi kau ini bidadari?"

Tidaaaaaaak!! Dia mempercayainya?? "Bukan!! Kenapa kau percaya! Saya hanya bercanda!" dalih saya.

Ia mengernyit, menyipitkan matanya dan menatap saya penuh kecurigaan. "Yang benar? Tapi kok darahmu wangi sekali?"

Saya menggeleng dan mengendikan bahu secara bersamaan. "Mana saya tahu! Mungkin karena baru mati ya? Jadi darahnya belum lama mengendap." tukas saya.

Kini gilirannya yang menggeleng. "Enggak sih. Baunya beda. Antara manusia yang baru jadi hantu, sama baumu, itu benar-benar berbeda "

Saya mengernyit dan terbang ke dekatnya. "Beda? Beda bagaimana maksudnya?"

"Mmm, baunya manis. Seperti apa ya, aku pernah cium aroma yang sama, tapi kapan ya?? Aroma apa ya?" Ia terus bergumam, berusaha mengingat-ingat kejadian yang entah ada atau tidak. Ekspresi wajahnya tak bisa di percaya, tapi terlihat baik. Sepertinya semasa hidup, Tante ini begitu polos. Jangan-jangan matinya karena hal konyol lagi, makanya dia malu mengakuinya.

"Oh, aku ingat!!" Ia mendadak berseru, membuat saya kembali terkejut. "Bau mu ini... seperti bau manusia!!" serunya lantang, membuat saya mengernyit heran.

"Kan saya sudah mati. Masa' sih bau manusia? Jadi bau saya lezat di hidung kalian?" keluh saya.

"Bukan.. bukan manusia yang itu.. tapi, kau ini bau manusia.." Ia menjeda kalimatnya sesaat.

"Yang terlahir kembali." tukasnya yakin.

Saya terkesiap mendengar ucapannya. "Apa.. maksudnya itu?? Manusia, yang terlahir kembali?"

.......

.......

.......

.......

...Bersambung......

Terpopuler

Comments

Ira Resdiana

Ira Resdiana

hahahaahah ngakak lah sumpah.. tamusong kirain apaan..ternyata tante muka gosong /Facepalm//Facepalm//Facepalm//Facepalm/

2024-11-04

0

Ayr daf

Ayr daf

ini org yg suka sm barend ya

2023-08-29

2

Asri

Asri

wah berarti Agam sudah terlahir nih 🤩🥰

2022-09-21

0

lihat semua

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!