Pertemuan dengan Hantu

Waktu terasa melambat. Namun langkah kaki mereka berjalan begitu cepat. Saya hendak lari, lari dan mengejar mereka semua. Tapi apa daya, kaki ini mengambang meski terkadang bisa menapak. Butuh tenaga, untuk dapat duduk dan berdiri di atas lantai itu butuh tenaga yang luar biasa. Rasanya begitu gamang.

Sebelumnya saya panik dan bisa terbang, sekarang kenapa rasanya begitu sulit untuk di kendalikan?

Saya mengeratkan gigi, menekannya hingga terasa sakit. Pandangan saya tertuju pada Ayuk, hingga perlahan tubuh ringan ini memiliki volume berat dan sepertinya bisa di kendalikan dengan konsentrasi dan keseimbangan yang kompleks. Itu dugaan dari pemikiran yang keluar begitu saja.

Bergerak!

Sepertinya ini bergerak sesuai perintah! Saya mendorong dagu ke depan, seiring dengan tubuh ringan yang terbang mengikuti. Sepertinya sudah bisa sedikit di kendalikan. Intinya, ini sama seperti mengendarai motor, perlu waktu, proses dan keseimbangan untuk mengendarainya. Atau seperti belajar berenang? Perlu trik khusus untuk melakukannya.

Tapi, bukan saatnya memikirkan spekulasi ketika sedang terdesak.

Cepat, Adam!! Cepat terbang dan kejar mereka. Mereka harus tau kau masih di sini dan mengambang seperti tai.

Setidaknya jatuhkan beberapa barang atau lempar mereka dengan sesuatu, agar mereka paham kalau ada seseorang di dalam sini. Meski sekarang ia tak layak lagi di sebut orang.

Waktu serasa melambat, begitu juga dengan gerakan saya kecuali langkah kaki mereka dan juga suara teriakan Yuk Arsya.

Mata saya tertuju pada mereka, berharap waktu melambat dan semuanya masih sempat di lakukan. Dalam keraguan, saya merasa harap-harap cemas. Ketika kepala saya sudah hampir mencapai ambang pintu...

Dummm!!

Hal yang sama lagi-lagi terjadi. Saya terhempas kembali ke dalam ruangan dengan kepala yang terasa terlilit tumbuhan berduri. Sakit sekali, bahkan teriakan ini melengking dan menggema di ruangan seni.

Lucunya lagi, saya malah berguling-guling di atas angin karena tak memiliki masa berat tubuh.

"Adaaaw!! Sakit sakit sakit sakit!! Kenapa tidak bisa melewati pintu ini?? Kenapa tidak bisa melakukannya? Apa yang terjadi sebenarnya?? Pintu itu seperti memiliki tembok transparan yang tak bisa saya tembus, tapi kenapa??"

Sambil mengusap kepala yang kelap-kelip, saya terbang tersendat-sendat, takut kalau nantinya akan melesat cepat bak tergelincir.

Ambang pintu yang tak mereka tutup kini telah di hadapan saya. Saya menilik sekeliling, dari bawah, atas, kiri, dan kanan, memastikan tak ada hal-hal aneh di sekitarnya.

Tangan saya mengambang ke depan dada, mengarahkan telunjuk ke luar pintu. Ketika melakukannya, jari saya yang seharusnya tembus...

Malah seolah menempel pada sesuatu.

Saya terdiam datar. "Ternyata benar. Ada dinding transparan yang tak bisa saya tembus. Tapi.. kenapa?"

Saya terdiam, berpikir sejenak untuk memecahkan misteri ini. Tak perlu waktu yang lama untuk melakukannya, pikiran saya berputar cepat mengeluarkan segala kemungkinan yang ada serta segala prahara yang menghambatnya. Kalau dua hal itu didapatkan, maka saya bisa memecahkan persoalan. Tapi kalau ada jalan instan, pakai itu saja. Saya malas berpikir sekarang.

Tadi saya bisa menembus atap, tapi saya malah terpental ke dinding dan juga terhempas ke lantai. Lebih parahnya, saya tak bisa melewati pintu yang terbuka.

Kalau begitu, apa saya bisa ke atap lagi untuk menembusnya? Kalau bisa, seberapa jauh saya bisa terbang ke atas? Bisakah saya keluar lewat sana?

Dan kalau tidak salah, saya melihat seorang hantu perempuan di sana. Bisa jadi dia sudah lama menjadi hantu, pengalamannya sudah banyak. Mungkin saya bisa tanya-tanya sedikit. Lagipula saya kan juga hantu sekarang, pasti bisa di jadikan teman.

Saya mengangguk, memasang aba-aba untuk bersiap terbang ke atas sana. Dagu kembali di majukan, seiring dengan volume tubuh yang saya ringankan.

"Lumayan bisa di kendalikan!!" tubuh saya terbang ke atas, rasanya menyenangkan juga bisa terbang tanpa sayap. Ketika hidup, tubuh ini begitu berat dan tak bisa melayang.

"Yuhuuuuuuu... terbang!! Terbang!! Terbaaaaaang!!"

Zuuuum!!!

Benar! Tubuh saya tembus dan melewati plafon yang merupakan benda padat. Kepala saya berada di atas tapi tubuh saya masih berada di ruang seni.

Tak ada apa-apa di sini. Meski sudah mengedarkan pandangan, seisi atap ini hanyalah dak kosong penuh debu dan gelap. Tak lupa tai tikus yang bertebaran menghiasi kegelapan yang ada, bagai bintang bertaburan di langit malam. Ih, jorok kalian!

Mana wanita tadi?? Kenapa sudah tak ada di tempat ini??

Saya kembali terbang tinggi untuk menembus ke atas sana, tapi sesuatu menabrak jidat saya ketika hendak melakukannya.

Duk!!

"Adaaaw!" Saya reflek memegang kepala yang terpantuk. "Tak.. bisa tembus juga?" keluh saya.

Bagaimana ini?? Kenapa ada batasan?? Kenapa ada kendala ketika melakukannya? Kalau begini saya tak bisa menemui Yuk Arsya dan menyampaikan semua ini padanya. Saya juga tak bisa melihat keadaannya.

Dan.. di mana seorang wanita di atap kemarin?? Kenapa dia seorang diri saja di sana? Apakah mungkin tak punya teman juga?

Namun ini sedikit aneh, kalaupun saya hantu, seharusnya ada hantu lain yang berseliweran kan? Saya pasti bisa melihat mereka. Kalau itu ada, saya bisa bertanya banyak hal mengenai kejanggalan ini. Pasti mereka tahu dan bisa memberikan jawaban.

Saya kembali ke ruang seni, duduk menyendiri di atas lemari dan mengedarkan pandangan ke segala sisi.

Waktu berjalan melambat, tapi tak sesosok hantu pun yang lewat di dekat saya. Semasa hidup, saya di jauhi orang-orang, dan sekarang.. apakah mati juga membuat saya merasakan kesepian??

Matahari mulai naik dan saya masih bertengger di atas lemari. Entahlah, rasanya tempat ini cukup baik untuk melihat sekitar ketimbang kursi yang biasa saya duduki.

Tak ada seorang pun, sesosok hantu pun, atau.. suara teman-teman yang ada di sekolah. Saya hanya mendengar suara sirene mobil polisi yang bertugas, dan saya paham.. sekolah di liburkan karena seorang siswa dan beberapa orang siswi telah dinyatakan hilang dan meninggal.

"Tapi.. Tunggu dulu!!!" Saya beranjak perlahan menuruni lemari. Benar juga, saat pembunuhan semalam.. yang mati bukan hanya saya. Tapi, ada beberapa siswi. Dan, Yuk Yeni juga, kan???

Dia yang menjadi korban penumbalan dan saya menyaksikan hal itu secara langsung. Saya baru beberapa kali bertemu dengannya, jadi wajahnya masih susah untuk di kenali.

Tapi..

Wanita yang ada di atap sana.. bukankah dirinya?? Yuk Yeni yang berada di atas sana??

Argh! Kenapa saya begitu pelupa?! Dia juga baru mati kemarin, di waktu yang hampir sama dengan saya. Dan hanya dia yang bisa saya lihat hari ini.

Apakah itu ada hubungannya?? Apakah hantu itu bisa saling lihat jika memiliki waktu kematian yang sama? Atau ada hal lain lagi yang melatarbelakanginya??

Ruangan ini sungguh angker karena menjadi sarana keluar masuk pembunuhan. Tempatnya juga tepat di bawah sana. Jadi sangat tak mungkin jika tak ada satu pun hantu yang berseliweran, mengingat ratusan orang yang telah mati di sini.

Ya, bisa jadi saya bisa melihat Yuk Yeni karena hal itu. Karena waktu kematian yang sama. Jadi, sekarang saya harus menemukannya dulu. Lalu...

Klotang!!!

Sesuatu jatuh di ujung sudut ruangan seni. Saya terkesiap kaget dan mengucapkan "Astaghfirulla-" tapi tiba-tiba mulut saya terasa kelu. Rasa panas membakar dan menjalar-jalar di dalam kerongkongan.

Saya mencekik leher saya sendiri dan.. "Ohok.. Ohok!!"

Dada saya naik turun meski tak sedang bernapas, itu reflek karena sakitnya membuat saya tersengal-sengal. Kenapa?? Kenapa lagi ini?? Kenapa saya tak bisa mengucapkan nama All-

"Arrrghhh!!!"

Lagi!

Perut saya terasa terhantam, membuat cairan yang tersisa di dalamnya perlahan naik dan menerobos keluar melalui kerongkongan.

Muntah sampai keluar dari dalam mulut saya. Tubuh saya tertunduk, menatap linangan cairan kemerahan yang kini menggenang di lantai. Muntahan itu serupa darah, tapi rasanya sungguh menyakitkan. Bagaikan tertohok tombak yang menancap tepat di kerongkongan. Tertusuk duri ikan saja sakit, apalagi yang ini.

Air mata saya mulai menggenang. Apa-apaan mati ini?? Saya tak bisa di lihat, tak bisa menapak dengan mudah, tak bisa menembus dinding dan keluar ruangan, tak bisa berkomunikasi dan menyentuh Ayuk, tak punya teman..

Dan yang lebih menakutkannya lagi...

Saya...

Saya...

"Aaarrgh!!" Saya berteriak sekuat tenaga, membuat air mata kembali mengalir sejadinya. Saya tak bisa menyebut nama tuhan yang saya cintai. Tak bisa!! Tak bisa begini!!

Semasa hidup, saya sudah biasa di abaikan orang lain. Di cemooh dan di pandang sebelah mata karena aneh dan tak biasa. Karena anak keturunan penjajah. Tapi.. tapi saya merasa baik-baik saja akan hal itu, karena menyadari saya tak akan pernah sendirian.

Saya tak sendirian..

Saya punya All-

"Aaarrggghh!!" Lagi-lagi itu membuat kepala saya berputar dan berdenyut ngilu.

"Huu.." kedua mata saya terbelalak, terbelalak hingga hampir mengeluarkan bola mata kehijauan. "Huaaaaaa!!!" Saya berteriak histeris, sekuat tenaga yang saya bisa, berteriak hingga pita suara rasanya ingin lepas.

Untuk pertama kalinya dalam hidup saya,

Saya...

Tak bisa menyebut nama tuhan yang selalu saya simpan di dalam hati.

Kenapa??

Hukuman macam apa ini?? Kenapa saya tak di perbolehkan menyebut namaNya??

Kenapa??

Dia yang maha menguatkan, yang maha perkasa lagi maha penyayang. Sekarang, kepada siapa saya berharap kalau Tuhan pun tak sudi membiarkan saya memanggilNya?

Saya ketakutan, untuk pertama kalinya saya merasa sangat ketakutan hingga tubuh saya bergetar hebat. Ketakutan ini lebih parah ketimbang mati di bunuh. Meski tubuh saya terasa dingin, tapi kepanikan ini membuatnya terasa berlebih.

"Huaaaa!! Saya.. saya tak mau mati!! Saya tak mau di tempat ini!! Biarkan saya hidup lagi!!" suara saya tertahan di tenggorokan.

"Tolong izinkan saya hidup lagi!! Tolong!! Saya mohon!! Toloooong!!"

Dada ini terasa sesak, meski tak berfungsi tapi rasa sakitnya tetap sama. Saya.. sakit hati sekali. Saya ketakutan, saya takut Tuhan...

Tubuh saya terkulai, energi terasa habis dengan teriakan tadi. "Jadi.. apakah amal ibadah saya selama hidup tak di terima?? Apakah shalat saya kurang khusu'? Apakah wudhu saya kurang sempurna?? Apakah doa saya kurang lama?? Sedekah saya kurang banyak?? Puasa saya sia-sia??" Saya menggeleng. Karena tahu tak ada yang sia-sia di mata sang maha kuasa. Hanya saja...

Kenapa?? Kenapa saya berada di tempat ini?? Kenapa tidak di alam kubur?? Kenapa???

"Apa.. permitaan terakhirmu, nak?" Ayah bertanya pada saya, seolah ia bisa mengabulkan permintaan saya saja. Saya tersenyum sebelum kehilangan kesadaran.

"Ya Allah, ini doa hamba kepadamu, ugh.. Izinkan hamba membunuh iblis ini, dan berikan saya kesempatan hidup sekali lagi.."

"Dengan terlahir, dalam bentuk dua wujud anak laki-laki!!" Pinta saya dengan sisa-sisa kehidupan dan napas terakhir.

Tiba-tiba saja saya tersentak ketika mengetahui permintaan terakhir saya. Saya meminta di lahirkan kembali, dalam wujud dua anak laki-laki?? Apa maksud dari perkataan saya semasa hidup?? Apakah karena terlalu panik, saya jadi bicara hal yang meracau?? Saya lupa, saya lupa apa tujuan saya mengatakan itu.

Saya mengerjap, ketika merasa ada sesuatu selain saya di ruangan ini. Mata saya menilik, mengedar ke segala sisi.

Samar-samar, tapi.. seperti ada benda transparan yang sedang menangis?? Kenapa?? Siapa dia?

"A.. ada orang di sini?" Saya menyapa.

Hening.. tak ada sahutan apapun.

"Ja.. jangan menakuti saya! Saya juga hantu sekarang! Semasa hidup pun saya tak percaya adanya hantu, lantas sekarang kau mau menakuti saya yang telah menjadi hantu? Kamu belum lihat kan, hantu di pukul palu?" ancam saya.

Perlahan sosok transparan tadi lenyap, saya tak dapat melihatnya dimana pun meski mata saya telah menyapu seluruh ruangan.

Perasaan saya saja kah?? Tapi kenapa hantu tak bisa melihat sesama hantu? Mungkin, hantu ini punya waktu kematian yang berbeda dengan saya??

Saya membenci ini. Menjadi hantu itu menyedihkan! Tak punya teman dan bingung sendirian..

"Hiks.. Hiks.." suara itu muncul lagi.

Saya mengerjap, kembali dengan cepat melihat sekitar. Ada suara tangisan?? Siapa??

"Mm, mbak kutil?? Eh, Kuntil maksudnya.. Itu suara mbak Kuntil yang di atap kemarin yaa?" Saya bertanya, lalu diam. Bermaksud memberi jeda agar ia bisa menjawabnya.

"Hai mbak, saya juga setan. Mau berteman, tapi Mbak kuntil jgn lupa gosok gigi ya.. Saya punya masalah dengan orang yang punya bau mulut." Saya berujar, sembari menilik sekeliling.

Kini tak ada lagi suara tangis. Itu bagaikan lenyap di telan bumi.

Kenapa makhluk itu terkadang muncul dan menghilang, suaranya terdengar lalu hening kembali? Apa dia mencari masalah dengan mempermainkan saya?

Mengesalkan saja. Awas saja kalau dia cari masalah. Masalah saja malas mencarinya.

Saya kembali duduk di atas lemari, setelah sebelumnya berusaha beranjak dan menghampiri.

Sia-sia saja! Tak ada manusia yang bisa dijadikan teman. Dan lagi, tak ada setan yang mau berteman. Melihatnya saja tidak bisa.

Kalaupun saya masih hidup, rasanya.. saya ingin banyak bicara dan berteman pada orang lain. Tidak usah punya banyak teman. Kuantitas itu tidak penting, yang penting adalah kualitas.

Punya enam teman saja sudah cukup. Apalagi kalau mereka baik dan saling melindungi. Menyenangkannya lagi, kalau mereka semua menyayangi saya. Seperti keluarga.

Seperti Ayuk Arsya menyayangi saya. Seperti para mbak yang selalu mengkhawatirkan saya. Selama ini saya terlalu menutup diri dan berpikiran buruk. Takut akan penolakan tanpa mencoba bersosialisasi lebih dulu.

Saya takut.. Takut kalau di pukuli oleh kakak SMA saat saya masih kecil dulu. Satu-satunya teman yang saya miliki itu..

Cuma Abang Riski. Sekarang dia dimana? Dan bagaimana kabarnya?? Sudah shalat atau belum? Kira-kira, dia sudah menikah belum??

Saya rindu...

Rindu Bang Riski, rindu Yuk Arsya, rindu mbak Ina. Saya rindu senyuman dan raut kekhawatiran dari wajah mereka. Apakah mereka sekarang sedang risau dan menangisi saya?

Saya tak mau mati.. tidak mau! Saya janji, kalau hidup.. saya tak akan nakal lagi. Saya akan jaga bicara dan berteman dengan banyak orang. Saya akan shalat lebih rajin, mengaji, puasa, sedekah, shalat malam... semuanya...

Semuanya yang tak pernah saya lakukan ketika hidup. Saya ingin ke dunia dan shalat lagi..

Huuuuu.. Huuuu...

"Sa.. saya.. saya mau hidup dan kembali ke bumi.." suara saya terdengar lirih. Tetesan air tak hanya muncul di mata, tapi juga dari hidung.

Dalam kesedihan ini, tiba-tiba saja wajah Ayah muncul di dalam ingatan. Saya terdiam menahan isak, mengutuk dirinya dalam hati.

"Saya.. Benci sekali padanya. Pada iblis dalam tubuhnya. Pada semua yang ia lakukan. Dan saya benci, harus terlahir dari tetes air hina yang ia tanamkan pada rahim Ibu."

"Saya benci BAREND OTTE!! Dan saya benci IBLIS LUDIRA!!! AAAARGGHH!!!"

Teriakan keras itu menyebabkan dentuman kencang yang menghantam meja. Saya terkejut, tak tahu apa yang telah terjadi.

Sambil menghapus air mata yang berlinang, saya mengerjap untuk memperjelas pandangan. Dan tiba-tiba saja, sesosok wanita yang saya lihat semalam, muncul dan menampakkan sosoknya dengan jelas.

Ia menangis pilu, matanya memerah bahkan saya bisa melihat ingus keluar dari hidungnya. Suara isaknya terdengar, dan pada akhirnya.. saya bisa melihat hantu lain selain saya.

"Yuk.. Yuk Yeni?? Kamu kah itu?"

Ia terhenti, menatap saya dengan tatapan mata sinis. "Kamu bisa liat aku?" tanyanya.

Saya mengangguk. Mengangguk dengan senang. Dan sepertinya saya mengerti, bagaimana ini semua bisa terjadi. Kenapa saya bisa melihatnya, dan kenapa juga saya tak bisa melihatnya.

"Apakah Ayuk sejak tadi di sini?"

Ia mengangguk. "Ya, dan aku udah ngeliat kamu sejak tadi."

Jadi benar. Sepertinya memang karena itu, saya bisa melihatnya.

.......

.......

.......

.......

...Bersambung......

Terpopuler

Comments

FebrryAna

FebrryAna

proses reinkarnasi KUN ke Agam gimana yaa???

2025-03-04

0

Ira Resdiana

Ira Resdiana

akhirnya dia memang punya enam teman .. 3 cowok 3 cewek... terkabulkan ya Kun!! /Grin/

2024-11-04

0

Ira Resdiana

Ira Resdiana

kok jadi keinget film kartun taon 90an.. Teko Ajaib. ... bidip bidip bidip terbang terbaaang, teko ajaiiiib.... /Tongue//Tongue/

2024-11-04

0

lihat semua

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!