OUT

Ini sungguh membingungkan. Beberapa waktu tadi saya tak bisa keluar dari tempat ini. Bahkan pintu yang terbuka pun bagaikan dinding dengan wujud transparan, tapi sekarang, kenapa saya bisa keluar begitu saja?? Bahkan dalam keadaan pintu yang tertutup rapat.

Saya beranjak, bermaksud untuk kembali masuk ke dalam sana. Sembari memperhatikan tiap sudut pintu dengan detil, saya mulai terbang mendekati pintu dengan ukiran artistik. Siapa lagi yang membuatnya kalau bukan saya, kihihihi...

Telunjuk saya tempelkan, tanpa menambah masa dan juga volume tubuh. Begitu telapak tangan saya menempel pada permukaan pintu..

Zuuuummm...

Saya bagaikan benda transparan yang bisa menembus benda padat. "Ha??" kedua mata saya terbuka lebar. "Ternyata memang bisa tembus. Kenapa bisa begitu??"

Aneh dan janggal. Pengalaman pertama menjadi hantu memang sungguh menakjubkan. Ada hal aneh dan juga menjadi tanda tanya besar. Hal ini tentu saja menarik perhatian saya yang memang suka memecahkan hal-hal yang belum pernah di ketahui sebelumnya.

Kalau sekarang saya bisa keluar dari dalam gudang, artinya saya bisa berkeliling bebas dan menemui Yuk Arsya kan? Kalau lebih dekat, tentu itu akan sangat mudah memasuki mimpinya. Sama seperti yang terjadi pada Tante tadi.

"Baiklah, ayo kita turun ke bawah!!" pekik saya senang.

Meskipun saya mampu terbang dan menembus dinding, tapi kebiasaan manusia saya tak bisa di singkirkan dengan mudah. Saya malah terbang lurus mengikuti arah jalan yang biasa di lalui orang-orang.

Sambil berkeliling, saya memperhatikan tiap ruang kosong. Sekelabat memang kosong, tapi sesungguhnya disana mulai terlihat makhluk-makhluk yang bertengger bebas. Benda yang semasa hidup bisa saya rasakan, tapi saya lebih memilih untuk mengabaikannya.

Bulu kuduk saya meremang. Memang tak tahu diri, padahal saya juga sudah menjadi bagian dari mereka sekarang. Kenapa mereka masih berniat untuk menakuti saya??

Ayolah, Adam. Abaikan mereka, abaikan tingkahnya. Mulai terbiasa lah dengan semua ini. Meskipun baru satu hari jadi hantu, sangat sulit untuk membiasakan diri, pun saya memang seseorang yang sulit beradaptasi dengan lingkungan baru.

Saya terbang dengan kedua tangan yang tertekuk di depan tubuh, layaknya orang yang sedang shalat. Sambil menilik sekeliling, saya melihat para wanita berambut panjang dengan baju putih bergelantungan di langit-langit. Yang menyeramkannya, rambut mereka sampai menyentuh lantai dan di tiap helaiannya ada linangan darah berbau amis. Baunya berbeda sekali dengan manusia. Mereka benar-benar busuk hingga saya menutup hidung. Tak masalah menutup hidung, saya tak akan berhenti bernapas karena memang napasnya sudah berhenti.

Wanita-wanita tadi berjumlah banyak dan melakukan hal serupa. Mereka semua menangis dengan posisi tubuh terbalik. Baju putih mereka yang kusam bergelantungan bagaikan tirai panjang yang tertiup angin.

Sebagiannya bergelantungan. Penuh dan berkumpul menutupi plafon, saking banyaknya mereka.

Saya mengerjap, ketika salah satunya membalas tatapan saya. Lagi! Pandangan itu penuh benci, seperti saya adalah satu-satunya alasan kematian mereka.

Saya mengalihkan pandangan, menatap lurus ke arah depan dan berusaha mengabaikan mereka. Di langit-langit ada hantu yang merayap, kepala mereka terbalik dan rambutnya terjuntai. Wajah mereka bagaikan kulit yang mencuat dengan daging yang keluar-keluar.

Saya bergidik, rupa mereka begitu menakutkan tapi kenapa saya masih serupa manusia yang masih hidup?? Tidak tampak menyeramkan seperti mereka.

Kepala saya terus mendongak ke atas, memperhatikan lebih dari satu makhluk yang merayap cepat dengan kaki melengkung sampai ke kepala. Tetesan liur mereka yang bercampur darah menetes membasahi lantai.

Menjijikkan!

Ternyata ini pemandangan tak kasat mata yang tak bisa saya lihat sebelumnya. Berarti, setiap malam saya selalu di temani mereka ketika melukis. Bisa-bisanya saya mengabaikan dan tak mempercayai kehadiran mereka.

"Adaaaaam..."

"Adaaaaaam..."

Saya bergidik, ketika beberapa dari mereka mulai memanggil dan menyebut nama saya. Sungguh, meski telah menjadi hantu.. tapi perasaan saya masih belum stabil. Saya masih merasa kalau saya manusia, dan terus terang panggilan lembut dari suara falset mereka membuat saya SEDIKIT takut.

Tubuh saya menggigil, dan bibir ini bergetar hingga gigi atas dan bawah terpantuk-pantuk beberapa kali.

Claak.. Claak..

Saya menunduk usai menengadah, ketika mendengar suara cairan kental yang berjatuhan. Ketika saya menatap ke bawah lantai, mata saya terbelalak hingga hampir keluar. Segumpal darah berbentuk cincau berjatuhan di setiap sisi lantai.

"Hueeek!!" baunya begitu anyir, membuat saya memuntahkan apa yang ada di dalam mulut saya.

Saya terduduk di atas angin, terengah dan merasakan kesakitan di kerongkongan. Air mata hampir menetes saking perihnya, dan cairan yang saya muntahkan pun adalah darah.

Darah di mana-mana. Bau anyir di mana-mana. Saya menahan napas, karena tak tahan lagi dengan baunya.

Mereka terbahak-bahak dan menertawakan saya. Suara itu melengking bagaikan nada tinggi dalam not lagu tapi tanpa jeda.

"Bukankah itu anak manusia yang selalu mondar-mandir sendirian di malam hari untuk melukis di ruang seni?" satu dari sosok mereka bertanya.

"Ya! Dia anaknya. Sekarang dia mati juga?? Hihihi" Saya mengeratkan gigi mendengarnya.

"Dan yang lebih menjijikkannya lagi, kenapa dia ketakutan melihat kita, sampai tungkai kakinya gemetaran. Bukankah kita berada pada jenis yang sama sekarang?" Saya menilik asal suara, bisa-bisanya saya di bully hantu di depan mata.

"Dia baru satu hari menjadi kita, tentu saja masih munafik dan menganggap dirinya manusia." Saya mengernyit mendengarnya.

"Dia anak yang berpikir bisa menyelamatkan kita, tapi nyatanya ia malah menjadi bagian dari kita." Saya mengeratkan gigi, merasa tersinggung dengan perkataan yang satu ini.

"Mati... Mati kau, nak?? Kami sudah puluhan tahun di sini."

"Matiii..."

..."Matiii..."...

^^^"MATI!!"^^^

Sesosok hantu tiba-tiba muncul di hadapan saya, tepat di hadapan wajah saya. Berjarak sekitar satu cm saja, dan itu membuat dada saya berdegup, seolah jantung yang hampir melompat dari dalam tubuh.

Saya menatapnya dengan tajam dan penuh kekuatan, mengerahkan sesuatu yang berasal dari dalam jiwa dan saya tak tahu itu apa. Hal ini membuatnya tiba-tiba saja jatuh dan terpental menjauh dari saya.

Buuuum!!

Jaraknya lumayan jauh, dan asap mengepul lurus membentuk selasar ruangan yang panjang.

Apakah.. saya yang telah melakukannya??

Mereka semua terdiam, menatap ke arah kuntilanak yang terperosok di ujung ruangan.

"Mulutmu bau, jelek!! Bisa-bisanya kalian bertingkah menjijikkan dan membuang-buang darah berbau anyir di dekat saya. Kalian pikir saya ketakutan karena melihat tingkah bodoh kalian?" Saya mendengkus tawa. "Tidak! Saya tidak takut apapun kecuali Tuhan. Saya gemetaran, karena tak tahan dengan bau busuk kalian!!" kecam saya, membuat mereka menatap penuh kekesalan.

"Kuntilanak berjenis kelamin lelaki?" Saya menoleh ke asal suara, yang tiba-tiba saja muncul di belakang. "Jarang dan unik. Tampan dan yang pasti, dia adalah anak pembunuh itu, beruang kaya raya." tukasnya melanjutkan.

"Nyinyinyi!! Berisik tahu! Apanya yang kuntilanak lelaki? Lalu, beruang kaya raya?? Kalau ber-uang, sudah pasti kaya raya lah!" Saya mencibir dan mengejek mereka.

"Beruang kaya raya? Berarti.. dia anak pembunuh kita!!" Saya mengernyitkan alis.

"Anak pembunuh.. pembunuh kita!!"

"Aku tak mau mati, aku sebentar lagi ujian. Huuuuu.."

"Malam tadi aku berkelahi dengan Ibu, dan di panggil oleh beruang kaya raya. Dia bilang akan memutuskan kesedihanku, tapi kenyataannya ia malah membuat orang yang ku sayang menangis dan membuatku merasa bersalah seumur hidup karena melawan Ibuku.. Hiks hiks.."

Mereka mulai bergumam dengan keadaan mereka masing-masing semasa hidup. Itu terdengar seperti ratapan, dan saya membenci hal yang seperti itu.

"Aku tak punya teman dan dijauhi. Aku di tuduh mencuri padahal aku tak melakukannya. Beruang kaya raya memanggilku dan mengatakan akan menghilangkan rasa malu dan kesedihan itu. Nyatanya ia malah membunuhku!"

Beruang kaya raya? Mereka menamai Ayah beruang kaya raya? Kenapa??

Dan lagi, sepertinya mereka memiliki masalah mental dan di panggil oleh Ayah dengan iming-iming bisa melepaskan penderitaan dan kesedihan mereka? Sungguh, mempermainkan perasaan manusia adalah hal yang kejam. Jadi, sifat saya yang seperti itu.. merupakan turunan dari Ayah?

"Pendusta!! Tua bangka berdusta!! Aku benci sekali pada beruang kaya raya!!"

"Benci sekali!!"

..."Bunuh.. Dia pembunuh!!"...

^^^"Bunuh!!"^^^

..."Bunuh..."...

Suara itu bersahut-sahutan dan mereka mulai membuat lingkaran yang mengurung saya di tengah-tengahnya.

Saya beranjak dan melirik setiap baris mereka yang tak memberikan jeda sedikit pun. Dekat.. semakin lama mereka semakin dekat, menyodorkan tangan kehadapan dengan mata yang di pelototkan.

Tak hanya mendesak, mereka pun melepaskan kekuatan serupa seperti yang saya lakukan sebelumnya. Menekan, ini menekan roh saya hingga rasanya cukup menyakitkan.

"Siksa!! Beri siksaan pada roh anak ini! Siksa dia!! Siksa dirinya!!"

Nguuuuuuung...

Telinga saya berdengung tiba-tiba, membuat saya tersungkur dan menutup telinga sendiri. Sakitnya!! Roh saya melemah tiba-tiba, cairan aneh serupa keringat menetes dari rambut saya.

Si*lan! Sudah di kucilkan semasa hidup, mati pun masih merasakan penderitaan serupa. Jadi manusia yang bunuh diri untuk menyelesaikan masalah itu sama sekali tak akan membantu mereka. Karena pada akhirnya, mau di dunia manusia atau roh, kau akan mendapatkan perlakuan serupa.

Mereka mulai mendekat dan hendak menyentuh saya dengan bulir-bulir kekuatan gaib yang memadat.

Kalau terkena itu, kalau terkena itu apa jadinya??

Tidak mungkin saya mati, tapi pasti saya akan merasakan kesakitan yang mendekati hal itu.

"Siksa anak beruang kaya raya!" pekik mereka bersamaan.

Saya memejamkan mata, memberatkan masa tubuh dan menekannya dengan kuat, membuat tubuh saya terbenam ke lantai bawah dengan cepat. Saya berada di lantai dua, dan kembali menenggelamkan diri hingga ke lantai dasar.

Saya hendak pergi keluar menuju ke belakang sekolah, tapi anehnya.. ada cahaya aneh di ujung sana yang membuat pandangan saya memudar. Bukankah itu rumah Bang Wanto? Kenapa sesilau itu??

Saya mendengar keributan itu semakin jelas, dan mereka memanggil nama saya berulang-ulang.

Kurang ajar! Hari pertama menjadi hantu malah kena ospek!! Saya harus lari kemana untuk menghindari mereka??

Intinya, saya harus keluar dari sekolah ini!! Harus!! Pergi ke tempat lain, tempat mana saja yang tidak ada kuntilanaknya.

Saya mengedarkan pandangan, melihat kesekeliling sekolah yang gelap. Tapi anehnya, ada jalan lurus yang di mulai dari toilet lelaki, melewati pohon beringin besar dan sampai ke koperasi.

Saya reflek saja mengikut jalan itu, karena sepertinya bisa membawa saya lebih jauh. Dan benar saja, saya mampu menembus dinding pagar sekolah dan keluar lurus menuju lapangan bola besar bertanah gersang.

Ini adalah lapangan bola yang terdapat halte di tengahnya, tepat di tepi jalan. Dan di seberang jalan sana, ada pemahkaman umum. Tapi.. kenapa sekarang terlihat seperti taman bermain?? Ada acara apa di sana??

Saya terbang melintas ke jalan raya, tanpa melihat ke kiri dan kanan. Sebuah motor lewat dan membunyikan klakson sebanyak tiga kali serta memainkan lampunya. Menyadari hal tersebut, saya segera melesat kesebarang dan membiarkan dirinya lewat.

"Wuih, untung saja tidak kena tabrak." keluh saya. Padahal sebenarnya tak akan terjadi apapun kalau tertabrak, tapi saya akan marah karena terkejut jika ia melakukannya. Sepertinya, adab membunyikan klakson di perkuburan cukup baik untuk di lakukan.

Saya mulai melirik ke pemahkaman umum tanpa lampu, tapi terlihat ramai sekali. Ada seorang lelaki manusia yang masuk sambil membawa senter di tangannya.

Saya mengikuti kemana pria itu pergi, dan ia terlihat gelisah sambil mengusap tengkuknya sendiri.

"Aduh, gak malam Jum'at tapi kok merinding." keluhnya sembari terhenti.

Ia menelan ludah sambil berjalan masuk dengan langkah meragu. Saya melewati ambang gapura yang merupakan pintu masuk ke pemahkaman.

"Assalamualaikum.." ucap saya, seolah-olah menyapa para hantu yang ada di dalam sana.

Tiba-tiba saja pria tadi berucap dengan kata-kata yang aneh. "Nek, Tok.. numpang liwat. Men ade yang jahat mintak jauh, men ade yang baik mintak di mudahkan. Mintak lindong mintak lilet. (Nenek, Kakek.. numpang lewat. Kalau ada hal buruk mohon di jauhkan, kalau ada hal baik mohon di mudahkan. Mohon perlindungan.)" ucapnya.

Saya tertawa ketika mendengarnya. Itu adalah mantra atau doa yang biasanya terdengar oleh orang-orang asli Bangka. Nek, Tok serta mintak lindong mintak lilet adalah perkataan khasnya.

Saya masih mengikuti si pria yang ternyata sedang memasang air untuk mengisi ke setiap wadah di perkuburan. Ternyata dia baik, dan sepertinya air itu di gunakan untuk para pelayat menyirami atau menyekam mahkam keluarganya.

"Saya bantu menghidupkan air saja aah," Saya pun memutar keran dan mengarahkan selang ke salah satu botol air mineral.

Menyadari hal itu, pria tadi terkejut dan menoleh ke arah air dengan tolehan patah-patah. Ketika air mengalir dengan deras mengisi botol mineral, kedua matanya terbelalak lebar.

"Ha.. Ha.. Ha.. Haaaaa.." Ia tergagap sambil menunjuk ke arah botol yang saya pegang.

"UPH!!" Saya menutup hidung. "Napasmu bau!! Tak pernah gosok gigi ya?!"

"Hantuuuuuu!!" Ia berteriak kencang, membuat saya ikut berteriak karena terkejut.

"Hantuuuuuu!!" Saya ikut memekik dan terbang terbolak-balik saking paniknya.

Pria tersebut lari kocar-kacir dan saya mengejarnya. Bisa-bisanya dia meninggalkan saya, padahal saya hendak menemaninya sejak tadi.

Ketika saya melesat cepat, di hadapan saya ada sebuah lontong yang sedang goyang pargoy.

Saya mengernyit, memastikan keasliannya. A.. Apakah ini hantu yang di maksud bapak tadi??

"Gyaaaaaaah!! Lontooooong!!" Saya memekik kencang, membuat si pocong menoleh dengan raut wajah kaget. Ketika berbalik menatap saya, saya melihat wajahnya menghitam serupa gosong. "Gyaaaaah, lontong gosong!!" pekik saya lagi, membuatnya melakukan hal serupa.

"Gyaaaaaaah!! Setan bencoooooong!!!" jeritnya histeris.

.......

.......

.......

.......

...Bersambung......

Terpopuler

Comments

Ira Resdiana

Ira Resdiana

wkwkwkwk yaelah Kun.. udh jd hantu tp msh ngeri kalo liat hantu.. satu komunitas loh kalian /Chuckle/

2024-11-04

0

Teni Fajarwati

Teni Fajarwati

🤣🤣

2024-09-22

0

Elly Julia

Elly Julia

lucu sih..tp lbh seru lg klo kun pasanganny Agam

2024-02-05

0

lihat semua

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!