Kekuatan aneh?

Saya terdiam, menatap si kepala setan yang menjilati sisa kotoran di sekitar mulutnya. Itu menjijikkan, sangat menjijikan. Ludah saya mengental dan rasanya ingin muntah, terpaksa saya melirik ke arah berlawanan agar tak melihat pemandangan semacam itu lagi. Dan lagi.. bau kotoran manusia tak terlalu bau di indra penciuman saya.

Ia beranjak dari lubang kloset dengan wajah sumringah. "Bagaimana?? Kau mau mencobanya?" tawarnya lagi. Saya menggeleng dengan cepat, bahkan ketika ia belum sempat menyelesaikan ucapannya. "Awalnya, manusia yang baru menjadi hantu memang akan merasa jijik dengan benda semacam ini. Tapi dengarlah.."

"Semasa hidup kau melihat sesuatu yang menyeramkan tentang kesunyian malam dan gelap. Tapi setelah menjadi hantu, bukankah kau menyukai hal semacam itu?" ucapnya sembari terbang mengitari tubuh saya yang mematung.

Memang benar. Meski merasa kesal, tapi perkataannya itu memang benar. Perasaan normal manusia tentu akan merasa ketakutan, apalagi jika melihat penampakan hantu yang menyeramkan. Tapi ketika mati, entah kenapa rasa takut semacam itu bak lenyap di telan bumi. Palingan, saya cuma terkejut dengan kemunculan mereka. Wajar saja, baru kali ini melihat mereka secara nyata.

Tapi.. untuk memakan kotoran, saya sama sekali tak berpikir itu sesuatu yang enak, meskipun saya menyadari kalau bau darah manusia memang lezat dan kotorannya tak terlalu bau.

"Kenapa diam? Apa yang kau pikirkan hantu putih yang tampan?? Kotoran adalah makanan kita, apakah kau ingin menampik semua itu?? Kau ingin menampiknya?" Ia semakin mendesak. Memang benar ya, tugas setan ternyata tak hanya menggoda manusia, tetapi menggoda sesama setan juga.

"Apakah kau tahu, manusia itu ada yang suka memakan daging dan ada juga yang merasa kalau daging itu amis. Juga ada yang suka makan ikan laut, dan ada juga yang suka makan ikan sungai. Yang satu merasa ikan laut amis, dan yang satunya merasa ikan sungai bau tanah. Semua orang punya selera masing-masing, dan maaf saja.."

"Memakan sampah, bukanlah selera saya." tukas saya yakin, membuat hantu berbadan ceking ini terkesiap.

"Woh?? Wohohoho... si*lannya, kau keren sekali dengan perkataan itu. Tapi kau harus tahu, hantu tampan itu.. sebenarnya aib bagi para hantu. Jadi, kau tak ingin di anggap aib bagi kami kan? Maka dari itu, kau harus melakukan apa yang kami lakukan."

Saya menatap datar ke arahnya. "Memangnya apa untungnya saya melakukan apa yang kalian lakukan?"

Ia menutup wajahnya dengan tangan yang mengkilap dan terlihat lengket, seperti berendam di linangan limbah. "KEKUATAN." singkatnya, membuat saya merinding sekejap.

"Dan juga, apa kau tak merasa bosan berada di tempat yang sama setiap hari? Kau hanya berada di tempat dimana kau mati, ataupun mengitari daerah pelalu yang tentu saja ada batasnya. Kau tak merasa bosan terkurung seperti berada di penjara?" desaknya lagi.

"Si*lan, mau apa sih kau terus menerus membujuk saya begitu?" protes saya, tanpa menghiraukan makhluk kotor ini yang terus mendesak mendekati saya.

"Mau apa?" Ia kembali mengitari tubuh saya, dan berhenti tepat di hadapan saya. "Aku sedang memberikan penawaran padamu. Aku bukan satu dua hari menjadi hantu, tapi sudah berlangsung selama berpuluh-puluh bahkan ratusan tahun. Berbeda dengan manusia, yang menginginkan kejayaan dan hidup abadi. Kita yang sudah menjadi abadi seperti ini hanya menginginkan satu hal." ucapnya di hadapan saya.

Ia mendekatkan kepalanya ke telinga saya dan berbisik, membuat saya mencondongkan tubuh ke belakang untuk menjauh. "TEMPAT TINGGAL YANG NYAMAN." Saya mengerjap. "Yang kita inginkan adalah tempat tinggal, dan tempat ternyaman untuk tinggal itu bukanlah ruangan atau gedung kosong, melainkan.."

"Tubuh manusia." Saya kembali terbelalak mendengar ucapannya.

"Tubuh manusia?" Saya mengulang perkataannya.

"Ya.. Tubuh manusia." sambutnya baik. "Kenapa harus tubuh manusia? Pasti kau ingin menanyakan hal itu kan?" tanyanya lagi. Saya terdiam, tak mengangguk dan tak menggeleng. "Karena di dalam tubuh manusia, kau bisa menguasai jiwanya, memakan serta mematikan perasaannya, dan membuat mereka.."

"Menuruti perintahmu, yang mereka pikir adalah isi hati mereka sendiri."

"Tugas setan memang lah menggoda dan membisikkan hal-hal buruk pada manusia. Jika manusia menyadari bisikan itu dari kita, mereka bisa saja melawannya. Tapi jika tinggal di tubuh mereka, bisikan kita.. dianggap sebagai isi hati terdalamnya."

"Kau bisa menguasai mereka, bukankah itu menyenangkan?" ucapnya panjang lebar, seolah tak membiarkan saya untuk bertukar pendapat.

"Itu terdengar jahat dan buruk. Seburuk wajahmu." sahut saya, bimbang. Ia masih tersenyum, seolah tahu kalau sewaktu-waktu saya akan tertarik dengan penawarannya.

"Lagipula, kau sendiri sudah makan kotoran selama berpuluh-puluh tahun pun masih tinggal di sekolah ini juga? Jangan bercanda seakan-akan bisa tinggal di dalam tubuh manusia." balas saya remeh.

Ia mendengkus kasar. "Memang, makanya aku masih terus memakan kotoran manusia. Karena butuh kecocokan tubuh untuk bisa tinggal di dalam sana. Aku tak tahu, manusia yang mana yang akan cocok pada tubuhku. Makanya, aku masih selalu memakan kotoran, air seni, ataupun darah haid yang mereka keluarkan." terangnya, membuat saya bergidik.

"Darah haid? Ini kan toilet lelaki, mana ada lelaki yang datang bulan?" protes saya.

"Memang tak ku temukan di sini. Tapi terkadang, ada siswi yang melepas pembalut dan membuangnya di tempat sampah tanpa mencucinya. Darah haid itu harum, dalam jarak yang cukup jauh pun sudah tercium. Jadi itu adalah hal yang mudah untuk mendapatkannya."

"Dan memang, dari apa yang di keluarkan oleh manusia.. darah mereka adalah yang ternikmat." lanjutnya.

"Masa bodoh dengan semua itu. Ngomong-ngomong saya menahan pipis sejak tadi. Bisakah kau menyingkir agar saya bisa membuangnya sekarang?" tanya saya bernegosiasi.

Ia menyipitkan matanya ke arah saya. "Sudah berbusa mulut ku menjelaskan semua ini padamu, masih saja mau buang air kecil di tempat makananku! Apa kau tak dengar ocehanku? HAH?!" bentaknya kesal. Saya sampai menutup telinga saking bising suaranya.

"Iya iya.. setidaknya kalau tak boleh pipis di toilet, katakan pada saya alternatif tempat pipis yang lain." keluh saya sambil berbalik meninggalkannya. "Dasar, akibat kebanyakan makan tai, otakmu jadi bau tai!" gerutu saya sambil berlalu. "Busuk!!"

Ia terdiam sambil mengernyitkan dahi. "Kenapa malahan dia yang lebih galak?" keluhnya.

Dengan sangat terpaksa, saya pun pipis di ruang seni karena air seni adalah bagian darinya. Sama-sama seni kan?? Kihihi, saya bercanda. Saya pipis di sini karena langit sudah hampir terang. Dan entah sejak kapan, ruangan ini telah di rapikan meski darah dan beberapa benda yang saya tinggalkan masih berada di tempat yang sama.

Saya tak berbaik hati untuk langsung pulang tepat waktu. Apa itu mematuhi aturan?? Saya ingin melanggar untuk melihat seberapa besar konsekuensi yang akan di tanggung. Tapi, ketika berkeliling ke tempat yang lain saat langit hampir terang, kepala saya mendadak pusing, seperti jatuh dari lantai atas saat berada di dalam lift.

Meski di Bangka Belitung belum menggunakan lift, tapi saya pernah di ajak Ayah ke Semarang untuk urusan tertentu. Lift pertama di Indonesia berada di lantai 2 gedung Jiwasraya, Kota Lama Semarang. Pada dinding lift masih terlihat jelas perusahaan pembuat lift itu, yakni Otis Elevator Company. Sistem pengoperasiannya masih jadul, tutup lift harus ditutup manual menggunakan tangan. Tapi setidaknya saya sudah pernah naik lift, kan?

Yah, saya ini Sultan tajir. Anak iblis serakah yang pantatnya merah. Saya juga sudah pernah ke Belanda dan menggunakan lift di sana. Cukup canggih dan tak harus di tutup manual.

Intinya bukan itu, tapi rasa jatuh dari lift yang menjadi permasalahannya. Kepala tiba-tiba pening, membuat tubuh saya oleng dan terduduk mengambang di atas angin. Saya tak tahu kejadian buruk apa yang akan terjadi jika saya tetap berada di luar sampai matahari terbit. Pasti bisa lebih parah dari pada itu.

.........

Dua hari sudah saya berkutat di ruangan ini. Saya terdiam, tak menunjukkan emosi apapun, karena ini memang keahlian saya. Saya ingin sendiri dan merenung. Tak ingin berbagi perasaan yang akan membuat makhluk lain terlihat oleh saya, dan saya pun tak ingin mereka melihat saya. Saya sangat menekan perasaan agar tak mencapai titik frekuensi apapun. Itu lah cara agar bisa hidup dengan tenang.

Hari ini Sabtu, teman-teman yang harusnya sekolah kini malah di liburkan. Jika kalian ingin tahu masalahnya, ya itu karena peristiwa penumbalan terjadi dan memakan banyak orang termasuk saya.

Sudah menjadi tradisi di sekolah ini, jika ada siswi yang hilang, maka akan di liburkan pada hari Jumat dan Sabtu. Sudah.. hanya begitu saja, lalu semua akan di lupakan oleh pihak kepolisian tanpa memperdulikan perasaan orang tua dan keluarga yang di tinggalkan korban.

Dan tentu saja, hal itu berlaku pula untuk saya. Dalam kesunyian, saya mendengar derap langkah kaki yang mendekat. Suaranya sama seperti kemarin lalu. Baunya pun mirip. Dan

apakah, ini bau laki-laki??

Krieeet...

Saya yang sedang duduk merenung di atas lemari pun mengangkat kepala, melihat ke arah pintu yang terbuka.

Benar! Mereka adalah anggota kepolisian yang datang kembali ke sini. Wajah mereka tampak panik, berjalan pun sudah terburu-buru. Kenapa lagi?? Apakah ada sesuatu yang tertinggal di tempat ini??

"Kita harus segera memeriksa ruangan ini lagi. Sekali lagi!" tukas kepala kepolisian yang memerintah dengan cepat.

"Siap Pak!!" sahut anggota kepolisian yang lainya.

"Sudah jelas buktinya telah terkumpul, untuk apa lagi datang ke tempat ini?"

Saya menatap ke salah satu polisi yang terlihat paling muda. Mulutnya terkatup tapi saya bisa mendengar suaranya. Ia.. sedang bergumam di dalam hati?

Ia mulai menunduk, memandang lukisan yang saya buat yang masih tergeletak di atas lantai tanpa di sentuh. "Sepertinya ini karena perihal pagi tadi. Desakan nona yang sedang hamil untuk menemukan adiknya. Ia memiliki banyak uang, jadi sangat mudah baginya untuk mendesak dan menekan orang lain seperti itu." batinnya.

Saya pun mulai menghampirinya, karena di antara beberapa orang yang bergumam, suaranya yang paling terdengar jelas.

"Yah, apa boleh buat. Terpaksa hari liburku di pakai lembur untuk pekerjaan tak penting ini. Maklum saja, ku rasa wanita itu sudah tidak waras karena depresi. Parahnya lagi, karena uang dan nama baik kepolisian.. kami harus menuruti kemauan gilanya itu." lanjutnya.

Saya terdiam mendengar ocehannya. Sudut di dalam hati saya terasa panas. Beraninya... Beraninya dia menghina Ayuk saya dan menganggapnya gila.

"Kalau aku punya uang lebih banyak darinya. Aku akan menggunakan kekuasaanku, kalau perlu menyuntikkan wanita itu dengan obat penenang tiap kali bangun tidur. Keinginannya menyusahkan banyak pihak. Bahkan membuat para orang tua korban berbondong-bondong berdatangan ke kantor polisi." lanjutnya.

Lagi? Ia menghina Ayuk saya?? Ayuk yang selama ini menyayangi saya. Merawat saya agar saya tetap merasakan cinta seorang Ibu. Yang selalu mengkhawatirkan meski saya hanya lecet karena jatuh. Yang selalu ada untuk saya, apapun yang terjadi. Yang tak pernah marah dan membentak saya. Yang menganggap saya penting lebih dari apapun juga.

Yang mengajari saya berbicara, berjalan, dan banyak hal. Yang menyuapi saya dengan sabar kala saya sakit.

Air mata mulai menggenang di pelupuk mata saya, hendak jatuh, tapi saya berusaha untuk menahannya.

Dia.. dia hanya menyayangi saya. Dia hanya mencintai saya... Dia hanya berusaha untuk mencari saya, dan berharap kalau saya masih ada dan di temukan.

Dia tidak gila.. dia sama sekali tidak gila.

Ayuk saya tidak gila!! Dia.. hiks, dia adalah wanita yang saya cintai seperti Ibu saya sendiri..

Tubuh saya mulai bergetar, dan rasa ini seolah tercekat di kerongkongan dan ini rasanya sangat sakit.

Kenapa.. kenapa karena saya, dia jadi di cemooh begitu oleh orang lain?? Kenapa sejak dulu saya selalu menyusahkannya dan membuat namanya jelek di mata orang lain?

Dan kenapa, dia tak mengikhlaskan kepergian saya?? Kenapa dia masih bersikeras menganggap saya ada?? Menganggap saya tak apa-apa.

Kalau bisa keluar, saya ingin menemuinya.. mengatakan kalau Adam... adiknya yang nakal dan pembuat onar...

...sudah mati dan bergentayangan di sekitar sekolah.

"Huaaaaaaaaaa!!!!" Saya berteriak kencang, memecah tangis. Karena saya, Ayuk saya di tuduh macam-macam oleh orang lain. Karena saya, Ayuk di anggap gila oleh orang lain.

Dan karena kegagalan saya.. Ayuk harus kehilangan seseorang yang selama ini mati-matian ia jaga dan rawat.

Saya...

Saya memang tak berguna!!

Teriakan tadi masih berlanjut. Rasanya seperti mengumpulkan angin di dalam tubuh, itu susah untuk di keluarkan tapi terasa begah di dalam tubuh. Saya terus berteriak, meluapkan kesedihan dan berusaha melepaskan rasa begah yang mengganjal.

Teriakan itu semakin histeris, membuat sesuatu terasa menekan ulu jantung, dan..

Buuuuum!!

Sesuatu keluar paksa dari dalam tubuh saya. Begitu terasa, seolah sedang buang angin dengan suara yang besar. Tapi, ia tak keluar melalui belakang, melainkan keluar melalui pori-pori kulit saya.

Ketika mengeluarkannya, itu tak terasa lega sebagaimana buang angin, tapi lebih tepatnya, ini terasa lemas bagaikan baru saja melakukan peregangan di pagi hari selepas bangun tidur. Gumpalan kekuatan besar keluar dan meledak begitu saja.

"Huuuaaaaa!!" tangisan saya memekik, membuat ruangan ini terasa bergetar hebat. Saya terus menjerit, tiada henti. Atau bahkan, saya tak tahu caranya berhenti.

Guncangan ini semakin terasa, hingga saya mendengar benda-benda di sekitar ruangan mulai berjatuhan.

Suara riuh selain benda jatuh pun terdengar pula. Ya, itu adalah suara para manusia yang ketakutan dengan hal yang telah terjadi di tempat ini.

"Awas!! Gempa!! Ada gempa bumi!!" pekik para polisi hingga membuat saya terdiam. Saya terhenti, menghentikan teriakan yang ada. Saya mulai melirik ke arah mereka dan menyadari...

Kalau kini, ruangan seni.. sudah hancur berantakan. Tapi.. kenapa bisa terjadi?

A.. apa ini?? Apa semua ini terjadi, karena ulah saya?

.......

.......

.......

.......

...Bersambung......

Terpopuler

Comments

juwita

juwita

cengeng

2022-07-31

1

Candra Candra

Candra Candra

kasihan kamu nak...cup cup jangan nangis ya...kamu ga cocok nangis cucoknya ngelawak

2022-05-27

4

Ucci Gibran

Ucci Gibran

pamer kamu KUN

2022-05-21

2

lihat semua

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!