TMA Bab 19

Sampainya mobil mereka di halaman rumah mamah Arnold, dua orang yang berada di dalam mobil, segera keluar. Dengan perasaan yang sudah tak karuan, jantung pun berdebar hebat, Tiara ikut melangkahkan kakinya mengikuti kaki jenjang Arnold.

Sejak tadi gadis itu hanya diam, berbicara secukupnya bila ditanya. Tiara terlalu gugup untuk mengakui semuanya, dia tak bisa. Ya, pertemuan di rumah mamah Arnold, terkesan terlalu mendadak membuat dia tak bisa berpikir.

“Cepatkan langkahmu, dasar siput!” tegas Arnold membuat Tiara kaget. Sontak saja gadis itu mengangkat kepalanya.

“I-iya T-tuan,” cicit Tiara gugup.

Kini dia bisa melihat megahnya rumah orang tua Arnold. Lantai dua dengan halaman terbentang luas, bangunan rumah khas Eropa. Beberapa pohon menjadi hiasan di halaman yang lebar itu, ada juga bunga-bunga pada pot yang diletakkan di tempat sebagai hiasan juga. Tiara mengagumi itu, tetapi sayang dia harus mengakhiri tatapannya pada semua keindahan di sini, karena Arnold kembali menatap dia dengan tajam.

“Mamah udah nungguin di dalam,” tekan Arnold.

“Sabar Tuan, aku bukan kelinci yang cepat,” jawab Tiara sewot.

Arnold membuka pintu utama rumah orang tuanya, lalu meminta Tiara untuk masuk lebih dahulu barulah di susul dia. Keduanya kembali berakting, menggandeng tangan seperti pasangan romantis dan saling menebar senyuman. Yang kalian pasti tahu, kalau itu senyuman paksa penuh dengan kekesalan.

“Harus banget begini ya Tuan,” bisik Tiara seraya memerhatikan genggaman tangan mereka.

“Ya.” Hanya satu kata yang Arnold lontarkan. Membuat gadis di sebelah dia hanya bisa mendengkus kasar.

Kedatangan keduanya disambut dengan hangat oleh mamah Arnold. Wanita dengan setelan modis dan make up penghias wajah itu, merentangkan tangannya pada Tiara. Meminta gadis itu untuk segera memeluknya.

Ragu-ragu Tiara menyambut pelukan Aela, hingga dia bisa merasakan tepukan kecil di punggungnya.

“Mamah rindu banget sama kamu, Sayang. Padahal tidak bertemu baru sehari saja,” ucap Aela masih terus memeluk Tiara.

Melihat mamahnya seperti itu, membuat Arnold menghela napas. Dia jadi tak tega untuk mengungkapkan semuanya, jika sang mamah begitu menginginkan Tiara. Harus bagaimana dia sekarang? Lanjutkan saja kebohongan ini atau akhiri meski mamahnya akan kecewa? Arnold sungguh pusing dengan pikirannya.

“Ayo duduk. Kamu juga Sayang, kenapa masih berdiri saja?” Suara Aela mengagetkan Arnold. Pria itu hanya tersenyum tipis, lalu beranjak untuk duduk.

“Mamah nggak ganggu waktu libur kamu kan, Nak? Soalnya Mamah benaran kangen banget sama Tiara,” kata Aela sembari mengusap pelan rambut Tiara.

“Enggak kok Mah! Tiara nganggur aja,” jawab Tiara.

“Syukurlah kalau begitu.” Aela tersenyum lega.

Keduanya tak lagi saling mengobrol karena pembantu datang membawa minuman untuk mereka. Aela segera meminta Tiara untuk mencoba jus jeruk itu, dengan sedikit gugup Tiara mengangguk.

“Jusnya enak,” ucap Tiara setelah menyesap jus itu.

“Kamu ini, bisa aja,” sahut Aela sambil tertawa.

Sedangkan pria yang kini duduk di single sofa, hanya diam saja. Mau ikut bicara pun, Arnold bingung harus memulai dari mana. Alhasil dia memilih untuk bermain hp, mengabaikan kedua perempuan yang kini saling melepas rindu. Lebay sekali! Batin Arnold terus menggerutu.

“Arnold, Nak! Sini dong! Kalian lagi berantem ya, kok jauhan gitu?” Aela menyipitkan matanya, menatap sang putra dengan mengintimidasi.

“Enggak kok Mah!” Tiara langsung menyela. Dia mengedipkan sebelah mata pada Arnold, sebagai isyarat agar pria itu mendekat.

Tanpa berbicara apa pun, Arnold menuruti. Pria itu menjatuhkan bokongnya di sebelah Tiara. Merangkul pundak gadis itu dengan romantis.

“Nggak Mah, iya kan Sayang?” Arnold tersenyum ke arah Tiara.

Aela sungguh bahagia melihat pemandangan itu, dia sedikit menjauhkan tubuhnya pada Tiara. Membiarkan kedua pasangan itu saling romantis, karena dia sangat menyukai pemandangan jarang seperti ini.

“Kirain ....”

“Jadi, Mamah meminta kami ke sini untuk apa?” Arnold membuka suara.

“Papah pergi. Mamah bosan dong kalau di rumah sendiri, makanya Mamah meminta kalian untuk datang,” jelas Aela.

“Arnold pikir ada apa,” sahut pria itu.

Tiara sendiri. Dia masih berusaha melepaskan tangan Arnold dari pundaknya dengan pelan. Dia sangat risih bila diperlakukan seperti ini, tetapi pria itu malah santai, mempererat rangkulannya hingga membuat Tiara tak bisa berkutik.

“Diam saja dan turuti semua perlakuanku,” bisik Arnold seraya menekan setiap katanya.

“Risih Tuan,” balas Tiara dengan berbisik juga.

“Kalian kenapa, kok bisik-bisik?” tanya Aela dengan penasaran.

“Oh, ini Mah, di rambut Tiara ada sampah. Iya sampah,” jawab Arnold cepat.

“Emm, romantis sekali kalian,” puji Aela sambil tersenyum manis.

Dua manusia berbeda jenis kelamin yang saling memandang, ikut tersenyum kecil. Tentunya dengan terpaksa juga, mereka melakukan itu. Tiara semakin merasa sangat risih dengan perbuatan Arnold. Bukannya melepas, pria itu malah semakin mendekatkan duduknya dengan Tiara, bahkan dengan sengaja Arnold menaruh kepalanya di bahu gadis itu.

“Mamah pikir Arnold nggak bisa manja gini loh, ternyata sama kamu manjanya kelewat banget ya Sayang,” seru Aela sambil menatap Tiara.

“Itu ... iya Mah. Manja banget,” balas Tiara.

“Jadi, kapan kalian meresmikan hubungan kalian ke jenjang yang lebih serius lagi?” Aela membuka suara kembali.

Arnold yang tengah menyesap jusnya, tersedak. Pria itu terbatuk-batuk sambil menepuk kuat dadanya.

“Aduh, Tu ... eh, Sayang, pelan-pelan dong,” ujar Tiara sembari mengusap punggung Arnold.

“Baru juga pembahasan seperti itu, kamu sudah terbatuk-batuk. Gimana kalau lebih, coba?” Aela mencibir melihat tingkah putranya.

“Maaf Mah, Arnold kaget,” pungkas Arnold.

“Jadi gimana, kapan kalian akan menikah?”

Aela sungguh membuat dua manusia itu tak bisa berkata-kata. Keduanya saling melirik, Tiara segera mengedikan bahu lalu membuang muka.

“Dalam waktu dekat ini belum bisa Mah, soalnya orang tua Tiara sedang berada di luar negeri,” jawab Arnold berbohong. Tentu saja mengundang tatapan bingung Tiara.

Ini tidak masuk dalam rekap pembohongan mereka. Kenapa harus bawa-bawa orang tua, kan Tiara jadi sedih.

“Begitu ya. Kalau bisa sih, secepatnya saja. Soalnya Mamah sudah tidak sabar ingin mempunyai menantu,” tukas Aela.

“Mana bisa begitu Mah! Kita butuh restu dari kedua belah pihak.” Arnold menyela cepat.

“Ya sudah kalau begitu, kapan orang tua Tiara akan kembali? Kita langsung ke rumahnya untuk melamar Tiara. Iya kan Sayang?” tanya Aela pada Tiara.

Gadis itu tak tahu harus menjawab apa, akhirnya dia hanya mengangguk saja. Pandangannya kini menunduk, menatap lantai dengan perasaan tak menentu.

“Kenapa kamu diam saja? Aku pusing menjawab pertanyaan Mamah terus,” bisik Arnold dengan wajah kesal.

“Jadi aku harus bagaimana Tuan? Mamah sangat antusias dengan ini, tidak mungkin aku langsung mengungkapkan kebenarannya,” balas Tiara dengan berbisik juga. Wajahnya juga ikut memelas, berharap Arnold mengerti itu.

“Kita sama-sama tidak ingin menyakiti Mamah. Bagaimana jika kita menikah benaran saja,” ucap pria itu lagi tepat di samping telinga Tiara.

Sontak, mata indah dengan bulu mata lentik, melotot sempurna. Menatap tak percaya pada pria di sampingnya.

 **

Masih mentah. Jadi monmaaf kalau banyak typo yang buat mata sakit.

 

 

Terpopuler

Comments

Vita Zhao

Vita Zhao

Arnold mau nikah beneran, awas loh ntar bucin lagi😅😅

2022-04-11

1

lihat semua

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!