TMA Bab 4

Mendapat perintah secara sepihak seperti itu, membuat Tiara segera ingin angkat bicara.

“Maaf, tetapi saya tidak mau, Tuan. Dalam kamus saya, sangat anti dengan yang namanya kepura-puraan,” jawab Tiara dengan berani.

“Kalau begitu, bayar uang menginap satu malam,” ujar Arnold seraya menaikturunkan sebelah alisnya.

Kalau Arnold terus mengancam, Tiara bisa apa. Dia juga tak punya uang, mana mungkin bisa membayar pria itu. Akhirnya Tiara memilih menunduk lalu mengangguk samar membuat senyum sinis Arnold semakin merekah.

“Dari tadi. Kalau gitu, bersiaplah nanti malam,” ucap Arnold sembari beranjak dari sana.

Ini sangat bodoh, Tiara tidak suka dengan pria itu. Namun, dia juga tak bisa menolak. Apa jadinya nanti malam dia? Atau akan ada hal yang akan membuatnya semakin kesusahan.

**

Sore harinya, setelah kembali dari kantor. Arnold segera menemui Tiara. Dia menggeleng tak percaya saat mendapati gadis itu masih mengenakan pakaian yang sama. Bahkan sekarang terkesan gembel, karena gadis itu baru bangun tidur dengan rambutnya yang sangat berantakan.

“Ada apa, Tuan, mencariku?” tanya Tiara sambil mengucek matanya.

“Ayo, ikut aku!”

“Ke mana, Tuan?” Tiara semakin bingung dengan jawaban Arnold.

“Salon!” tekan pria itu. Segera berlalu dari sana.

Tiara langsung bergegas mengikat rambutnya dan mengikuti Arnold. Dia bahagia karena akan perawatan, sudah seminggu yang lalu dia tak melakukan itu.

Dari mulai pakaian sampai sepatu, Arnold benar-benar membelikan untuk Tiara. Gadis itu disuruh memilih sendiri, tentu saja Tiara menyanggupi.

“Sepertinya dua baju saja cukup, Tuan,” ucap Tiara.

“Baiklah. Kalau begitu kita langsung ke salon,” ajak Arnold.

Mereka langsung menuju ke salon. Rambut Tiara lebih dulu diperbaiki, setelah itu barulah wajahnya.

Sebenarnya Tiara tak perlu perawatan wajah lagi, karena semua yang tercipta di sana, sudah sangat cantik nan alami.

Jadi, dia hanya pijat wajah dan make up tipis.

“Buat dia secantik mungkin,” perintah Arnold.

“Baik, Pak,” jawab gadis yang tengah membasuh rambut Tiara.

Sambil menunggu, Arnold memilih untuk bermain ponsel. Sesekali dia melirik ke arah Tiara, lalu menghela napas kasar.

[Aku datang, bersama seorang gadis.] Arnold mengirim pesan itu pada temannya.

[Wah, bagus sekali. Pasti sangat cantik. Sebab, aku tahu, pilihan Arnold tak pernah salah.]

Membaca balasan dari temannya membuat Arnold mencibir tak suka. Sungguh dia terpaksa mengajak Tiara karena bingung, harus mengajak siapa lagi. Kalaupun tadi bukan Tiara yang ada di sana, melainkan gadis lain. Arnold akan tetap melakukan hal yang sama, memberikan tawaran dan mengajaknya berbelanja.

“Wanitamu sudah siap, Tuan.” Ucapan itu membuat Arnold langsung mengalihkan pandangannya.

Seketika dia terpana melihat ciptaan, Tuhan, di depannya itu. Tiara tampak sangat cantik dengan dress yang mereka pilih tadi. Rambutnya dibuat bergelombang, sedangkan wajahnya kini sudah dirias secantik mungkin.

“Dia, siapa?” tanya Arnold ambigu. Dia segera menutup mulutnya karena salah berbicara.

“Aku, Tiara, Tuan. Masa, iya, nggak ngenali aku?” sahut Tiara seraya berjalan mendekati Arnold.

“Maaf maaf.” Hanya kata itu yang keluar dari mulut Arnold lagi.

Setelahnya, dia memilih membayar dan langsung mengajak Tiara untuk pergi. Beres semua, Arnold merasa puas dengan semuanya.

“Tuan, bisakah kita menepi dulu. Aku mau ganti baju,” pinta Tiara.

“Kenapa ganti?” tanya Arnold bingung.

“Kan, perginya nanti malam, Tuan. Jadi, sayang sekali kalau harus dipakai sekarang,” jawab Tiara.

“Ada benarnya.”

Arnold segera membelokkan mobilnya ke arah restoran. Sekalian ganti pakaian, dia bisa menunggu dengan makan. Lagian, mereka memang belum makan siang tadi.

 **

Tiara gemas haluan othor. Maaf kalau tidak sesuai. Kalian bisa menghalu dengan versi kalian🤭

Agak kirim bunga atau kopi ye. Hahah. Gak maksa kok😂

***Karya ini telah kontrak dengan NovelToon, dilarang membajak karya seperti mencetak ulang tanpa izin.***

***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***