TMA Bab 10

Kaki ramping Tiara sudah berdiri tepat di depan, bangunan tinggi dan gagah. Matanya mengerjap berkali-kali, tak percaya dengan apa yang dia lihat.

Selama ini Tiara hanya melihatnya di drama Korea saja, sebab dia jarang keluar dari rumah meski kompleks perumahan pamannya tidak jauh dari kota.

Tampak Tiara menghembuskan napas beberapa kali, setelah itu dia melangkah kembali untuk masuk ke dalam kantor Arnold. Tak ada pilihan lain, dia sudah sampai di sini dan mau tak mau harus masuk juga.

“Astaga.” Tiara terkagum-kagum saat sudah sampai di lobi kantor. Pandangannya mengedar ke seluruh penjuru, banyak sekali orang berlalu lalang di sana.

“Maaf. Mbak ini siapa?” Tiara terlonjak kaget dan segera mengubah posisi berdirinya.

“Iya Pak?” tanya balik Tiara. Sesekali dia menunduk karena takut.

“Mbak ini siapa? Dan mau apa?” Pak satpam itu menghela napas. Menatap Tiara dari bawah sampai atas.

Hmm. Tiara tampak berpikir. Dia bingung harus menjawab apa, tetapi Tiara pernah membaca artikel bahwa tak gampang masuk ke dalam kantor untuk menemui seseorang jika tak ada janji. Jadi, sekarang apa yang harus dia lakukan? Haruskan Tiara kembali akting dan mengatakan bahwa dia pacar Arnold? Mungkin itu yang terbaik.

“Hmm. Saya ... saya pacar pemilik kantor ini Pak,” ungkap Tiara.

“Pemilik kantor ini? Pak Dahin?”

“Eh, bukan Pak. Itu ... Pak Arnold.” Tiara membenarkan ucapan satpam itu.

“Oalah, itu anaknya Pak Dahin. Bentar Mbak, saya hubungi bapak dulu,” ucap satpam itu. Meninggalkan Tiara untuk memberitahu resepsionis.

Sedangkan Tiara, dia memilih duduk di kursi tunggu. Sedikit bosan karena belum ada panggilan juga, apa mungkin Arnold tak mengenalinya karena dia menyamar jadi pacar pria itu.

**

Di sisi lain, Arnold mengulang kata ‘pacar’ berulang kali saat resepsionis menghubungi. Kepalanya mendadak sakit, sekaligus bingung karena merasa dia tak memilih kekasih ataupun pacar.

“Ciri-cirinya gimana?” Arnold membuka suara, dan menempelkan kembali telepon genggam di telinganya.

“Cantik Pak. Rambutnya lurus, badannya ideal dan senyumnya sangat manis,” jelas resepsionis di seberang telepon. Membuat Arnold mendesah berat.

Dia juga tahu, wanita pasti cantik. Akhirnya Arnold mengakhiri telepon dan berniat untuk turun ke lobi saja. Lebih baik dia menemui wanita itu sendiri, dari pada harus bingung.

Langkah Arnold semakin cepat saat sudah keluar dari lift, dia menganggukkan kepala saat ada yang menyapa. Lalu memicingkan mata ketika melihat sosok yang tak asing di matanya.

“Lo!” tegur Arnold saat sudah sampai di dekat Tiara.

“Eh, Tuan Arnold,” balas Tiara sambil tertawa renyah.

Gadis itu menggeser duduknya dan menepuk kursi kosong di samping dia. Mengisyaratkan agar Arnold duduk di sana. Tapi tampaknya pria itu tak mengerti, dan tetap tak acuh.

“Sini Tuan, duduk di sini,” pinta Tiara lagi. Sebelah tangannya sudah menarik tangan Arnold.

“Mau ngapain? Jangan macam-macam kamu ya!” sentak Arnold. Tiara menghela napas kasar.

“Lagian, seberani apa aku? Di sini kan banyak orang, mana berani Tiara berbuat sesuatu,” cicit gadis itu.

Arnold tampak sedang berpikir, membuat Tiara tak sabaran. Gadis itu langsung menarik pria berwajah datar itu agar segera duduk.

“Kamu—“

“Entar aja berantemnya ya Tuan. Biarin Tiara ngomong dulu,” sela Tiara sambil membuka paper bag yang dia bawa.

“Ini ada bekal. Tadi aku dan mamah, eh maksudnya Nyonya Aela yang masak. Makan ya Tuan, soalnya kasihan kalau enggak di makan entar nasinya nangis,” ucap Tiara panjang lebar.

“Udah ngomongnya?” tanya Arnold.

“Oh, udah. Kenapa Tuan?”

“Dasar bawel!”

Arnold memilih meraih paper bag itu dan merapikannya kembali. Dia juga menarik tangan Tiara untuk mengikutinya. Gadis cantik dengan balutan dress itu tak bisa menolak, tetap mengikuti langkah kaki Arnold.

Mereka menjadi pusat perhatian banyak orang di lobi, Arnold mencoba untuk mengabaikan. Dia terus menarik Tiara keluar dari kantor dan membawa gadis itu ke sebuah kantin yang terletak cukup dekat dengan bangunan kantor.

“Kita mau ngapain Tuan?” tanya Tiara bingung.

“Mandi! Ya makanlah,” jawab Arnold ketus.

“Kan bisa makan di kantor.” Tiara kembali menyahuti.

“Saya maunya di sini. Kenapa? Suka-suka sayalah.”

Tiara hanya bisa menghela napas ketika mendengar jawaban Arnold.

 

 

 

Terpopuler

Comments

Tika Hustatika

Tika Hustatika

suka bageet.. makin lama makin seru

2022-05-31

1

Vita Zhao

Vita Zhao

kayak tom and Jerry ajah😅😅😅

2022-04-01

1

lihat semua

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!