Dalam perjalanan Tiara merasa sangat gugup. Berulang kali dia menghembuskan napas dan menguatkan diri dengan saling menggenggam kedua tangan.
“Ingat ya, ini hanya pura-pura! Kamu nggak usah baper!” tekan Arnold dengan tatapan tajam.
Kalau pun nggak diberi tahu, Tiara juga tak mau menaruh hati pada pria itu. Siapa sih yang mau dengan pria yang wajahnya selalu datar? Kalau ngomong nyakitin hati?
“Siapa juga yang baper. Tuan kali,” sahut Tiara tak mau kalah.
“Kamu—“
“Udalah Tuan, fokus aja sama jalan. Entar ke tabrak, gimana coba?” omel Tiara.
“Kamu doain?” Arnold semakin menatap dengan tajam.
“Ya nggak gitu.” Tiara mencoba menyangkal.
“CK, dasar!”
Dari pada harus berdebat, Tiara memilih untuk diam. Sesekali dia melirik ke arah Arnold yang fokus pada kemudi. Ada beruntung tetapi ada juga ruginya. Beruntung karena diberi tempat tinggal, dan rugi harus terlibat terlalu lama dengan Arnold.
Sesuatu yang tidak Tiara sukai dari dulu, berurusan dengan orang besar seperti Arnold ini. Mungkin ini efek keseringan membaca cerita online tentang Tuan Kejam, jadi terbawa-bawa sampai sekarang.
“Masih lama, Tuan?” Tiara membuka suara.
Arnold menoleh, dan menggeleng sekilas. “Tidak.”
“Ouw, oke,” balas Tiara sambil tersenyum.
Seperti yang diucapkan Arnold, bahwa perjalanan mereka menuju tempat pesta sudah tak jauh lagi. Mobil sudah berbelok ke jalur yang berbeda, dan berjalan dengan pelan di atas aspal hitam. Tak lama, mobil menepi di depan hotel besar nan megah.
Arnold turun dan memutari mobilnya, ingin membuka pintu untuk Tiara.
“Lakukan apa yang kamu bisa,” bisik Arnold tepat di samping telinga Tiara, setelah gadis itu keluar.
Gadis cantik dengan balutan dress indah, mengangguk kecil.
“Dan ingat, jangan mengacau!” ancam Arnold. Dia segera mengapitkan tangan Tiara di sela-sela lengannya.
“Iya Tuan, saya mengerti,” jawab Tiara.
Setelah semua aman terkendali, keduanya masuk dengan beriringan. Tiara berusaha menampilkan senyum manisnya, dengan terus menggenggam lengan Arnold. Mereka benar-benar seperti pasangan yang sangat romantis.
Pesta dilakukan di dalam hotel yang sudah diubah secantik mungkin. Dekorasi di dalam sini juga tak kalah, dengan berbagai hiasan bunga di sekitarnya. Tiara melongo, tak percaya dengan apa yang dia lihat.
“Indah sekali,” ucap Tiara pelan, tetapi mampu mengalihkan pandangan Arnold.
“Dasar miskin! Pasti belum pernah melihat yang seperti ini,” cemooh Arnold.
“Bukan belum pernah lihat, cuma males aja liatnya dulu,” kata Tiara.
“Halah, bilang aja nggak pernah!”
Arnold yang meminta dia jangan mengacau, tetapi pria ini sendiri yang memancingnya. Sungguh Tiara ingin sekali, memukul kepala Arnold dengan kuat agar pria itu tak terus-terusan mengejeknya.
“Ayo ke sana!” ajak Arnold menarik Tiara kuat.
“Sabar Tuan. Astaga, kenapa kejam sekali sih?” tukas Tiara geram.
“Makanya jadi perempuan jangan lelet.”
“Terserah terserah.” Tiara memilih mengalah.
Ternyata Arnold mengajaknya ke dekat meja makanan, menemui beberapa pria di sana. Tiara semakin gugup, jemarinya tak henti-henti memilin ujung dress yang dia gunakan.
“Sudah kuduga, Arnold tak mungkin salah memilih pasangan,” ucap seorang pria berjas hitam polos.
Arnold hanya menghela napas, lalu menyalami semua pria dan wanita yang ada di sana. Diikuti Tiara, dia semakin gugup parah saat bersentuhan dengan wanita yang dia pikir tak ada di sana. Ternyata tadi tertutup banyaknya makanan yang tertata.
“Cantik sih, tapi ....” Salah satu wanita berbicara seraya memandang Tiara dari ujung heels yang dia kenakan sampai rambut. Menggantung ucapan seolah tengah mencemooh seseorang.
Satu dari wanita lain menyenggol lengan wanita yang berucap tadi. Mengisyaratkan bahwa apa yang dia ucapkan, akan bermasalah kemudian.
“Jangan pernah menilai pasanganku dengan mulut kotormu itu,” sentak Arnold dengan wajah memerah.
“Aku memuji,” sangkal wanita tadi. Tak terima dirinya dikatai seperti itu.
“Belajar di mana, caramu memuji seseorang?” Arnold semakin maju, dengan wajah menahan amarah. Untungnya Tiara segera menarik pelan pria itu, tak mau terjadi pertengkaran.
“Sudah Tuan, nggak perlu begitu,” bisik Tiara.
Arnold mengibaskan jasnya pelan, lalu kembali menggenggam jemari Tiara. Seolah ingin menenangkan atau mencari ketenangan dari sang pasangan.
Sungguh bagus sekali mereka dalam memainkan peran. Tentunya, Arnold sudah biasa melakukan itu.
“Sa ... Eh, aku izin ke toilet dulu ya,” pamit Tiara pada Arnold.
“Cepat kembali,” perintah pria itu.
“Iya Tu ... Sayang,” balas Tiara.
Arnold terbengong mendengar panggilan Tiara. Dia berdehem berulang kali, untuk menormalkan keadaan dan degup jantung yang tiba-tiba datang.
Tiara berlalu untuk pergi ke toilet. Bukan bohongan dia melakukan itu, melainkan memang tengah menahan hasrat alam. Karena tak tahu di mana letak toilet, Tiara memilih untuk bertanya pada pelayan yang lewat di sebelahnya.
“Oh, itu Nyonya. Anda terus saja, nanti belok kanan. Di situ toiletnya,” ucap pelayan itu. Tiara mengangguk dan lekas mengucap ‘terima kasih’.
Baru saja akan malangkah kembali, Tiara sudah dihadang oleh wanita yang mau menjelek-jelekkan dia di depan teman-teman Arnold tadi.
“Waw, ada pacar Arnold,” sapa wanita itu sok ramah.
“Iya Mbak, salam kenal,” balas Tiara mencoba ramah juga.
“Ya. Kenalin aku Feli, mantan Arnold. Pacar kamu.”
Entah apa maksud Feli, tapi Tiara tetap tersenyum saja.
“Wah, ternyata Mbak mantannya pacar aku.”
Feli mendekatkan diri pada Tiara, untuk membisikan sesuatu pada gadis itu.
“Mantan yang akan merebut kembali.”
**
Kenalan sama Tuan Arnold versi othor yuk.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 76 Episodes
Comments
Nur Ahmadsaefudin
yg Amerika dong, thor.. macho, keren, ganteng..
2022-08-22
2
Bae Lla
Itu hanya visual imajinasi author. Kalian bisa berimajinasi sesuai dengan yang kalian mau. Terima kasih, dan maaf🙏
2022-06-05
1
Keyshaaa
Ancur Imajinasi ku 🥺
2022-06-05
0