TERJERAT MENIKAHI OM TUA
Amara Tithania arcinta seorang gadis lajang, anak tunggal. 17 tahun adalah usia remaja menginjak tingkat dewasa, gadis bersurai panjang nan legam, berkulit putih, ramping nan berisi, hidung mancung, bibir merekah indah bak lily merah, serta mata nya yang seperti bulan purnama.
Dia seorang anak tunggal dari kepala desa, gadis periang, usil, juga lincah. Gadis yang memiliki kehidupan yang berkecukupan dan selalu dimanjakan oleh sang ayah.
Cinta itu lah panggilan nya, weekend adalah yang ditunggu gadis muda itu sebab dia bisa bermanja pada bantal biru warna kesukaannya. Berhenti sejenak dari hiruk pikuk buku pelajaran yang selalu menghantuinya.
Tok.....tok.
"Cinta buka pintu nya, ayah ingin bicara"
Klek, pintu serba biru muda itu terbuka, terpampang kamar yang bersih, tertata rapih dengan harum khas seorang gadis. Cinta keluar dengan piyama warna biru nya.
"Ada apa yah?"
Dengan malas Cinta bertanya.
"Turun, ayah mau berbicara"
"Iya"
Cinta turun dengan malas dia sudah tahu apa yang mau di bicarakan oleh ayah nya.
"Pak Dayat sudah berbicara dengan ayah"
Sang Ayah terlihat menjeda perkataannya, melirik sebentar pada sang istri yang baru meletakkan ubi bakar juga teh hangat keatas meja.
"Kami sepakat akan meneruskan perjodohan mu dengan nak Arhan"
Cinta kaget, tapi dia segera menundukkan kepalanya. Sekuat apa pun menolak keinginan mereka, para orang tetap akan mempertahankan prinsip mereka.
Arhan Daseno seorang pemuda yang telah meraih gelar sarjana di bidang ekonomi, seorang guru muda yang baru terjun ke masyarakat. Dan sudah setahun lalu guru muda nan tampan, berkulit sawo matang, hidung bangir juga rambut menawan dengan senyum manis nya itu merintis pabrik tahu. Pabrik yang sudah merekrut lebih dari 50 orang itu sangat berkembang cukup pesat dalam setahun ini.
"Iya"
Cinta segera bangkit, lalu berjalan menuju kamar nya.
"Yah, apa tidak apa kita memaksa nya"
Bisik sang bunda yang tahu betul gelagat sang anak.
"Terus mau bagaimana lagi, hanya anak itu yang pantas untuk Cinta"
Armita hanya terdiam, sebenar nya dia juga tidak suka dengan Arhan.
Pembicaraan itu telah sebulan lalu, dan Arhan pun sering menyambangi kediaman Cinta, gadis yang begitu cantik. Mengantarkan ke sekolah, bertandang ketika malam minggu seperti pasangan remaja pada umum nya. Dan mengantarkan sedikit makanan rumah untuk beramah tamah. Tak jarang pemuda itu menumpang makan juga.
Cinta juga terlihat sedikit banyak menjaga jarak dari Arhan Daseno anak tunggal Dayat Daseno seorang guru sekaligus pengepul bahan pertanian para warga.
"Nak kok Arhan belum datang?"
"Kata sedang ke kota"
Jawab Cinta acuh ketika sang bunda bertanya. Bunda Armita tahu jika anaknya kurang suka pada jejaka tunggal pak Dayat itu. Orang tua nya memang sangat menjunjung kesopanan tapi, anak nya sering mengencani gadis gadis muda di desa sebelah desa sepupu nya.
Hari itu Cinta pergi ke sekolah, di perempatan melihat mobil Arhan membawa penumpang gadis yang berseragam sama seperti dirinya. Cinta hanya diam saja.
"Ta bukannya itu calon mu?"
Cinta hanya mengangguk, Rista adalah kakak sepupu Cinta yang kebetulan lewat.
"Kok Ayah mau ya lanjutin perjodohan dengan orang seperti itu?"
Cinta hanya terdiam hingga tiba disekolah.
Sudah 2 minggu lebih, Cinta menghindari pemuda itu. Baik telpon, pesan atau kunjungannya tidak Cinta hiraukan.
Tok..tok.
"Ini hari minggu bun!"
Cinta berteriak dengan sekencang nya.
Namun pintu masih diketuk dari luar, 5 menit kemudian kaki jenjang Cinta menapak lantai menuju pintu.
Klek.
"Bangun sarapan dulu"
"Gak ahh bun, Cinta males"
"Ada nak Arhan dibawah dengan ayah mu"
Sambil berbisik Armi ibunda cinta berkata.
Dengan malas Cinta membuka kelopak matanya yang indah itu. Segera menuruni tangga kemudian menuju lantai dasar ke ruang tamu.
"Selamat pagi ayah"
Sang ayah hanya melirik putri nya.
"Cepat mandi, Arhan sudah menjemput mu"
"Hem, baiklah"
"Hai, selamat pagi"
Mata Arhan yang berniat menatap indah mata calon kekasihnya, namun wajah cantik itu segera membuang muka.
"Hati hati"
Lalu sang ayah pergi berlalu setelah menepuk bahu putri kesayangannya itu, menuju teras belakang.
"Aku mandi dulu ya"
Arhan mengangguk, Cinta segera melesat ke kamarnya bermaksud untuk mandi. Dengan segera berpakaian jeans hitam panjang dan kaos oblong serta sweeter hitam. Cinta kembali turun ke ruang tamu hanya dengan berganti pakaian saja tanpa make up.
'Kenapa berpakaian seperti itu, tidak seperti gadis lain, hah sudah lah'
Ucap Arhan didalam hati.
"Ayo berangkat"
Ucap Cinta, Arhan mengangguk menuju motor matic nya.
Mobil melaju dijalanan desa cukup lengang meski hari libur tidak seperti jalanan kota yang semrawut.
Mereka sampai di toko buku, Cinta asik memilah buku. Sementara Arhan bertemu kenalannya, saking asiknya berbincang hingga Arhan melupakan Cinta yang dia antar tadi. Arhan menuju tempat nongkrong dengan teman juga pasangan yang dibawanya kemaren pagi untuk bersenang senang.
Cinta telah selesai membeli buku, terlihat dia keluar dari toko buku dan clingukan kesana kemari terlihat seperti mencari seseorang.
Bugghh......
Cinta menabrak dada seorang lelaki, hingga bukunya berhamburan.
"Maaf"
Namun lelaki itu berjalan tak peduli, Cinta menggelengkan kepalanya.
"Jangankan ikut mungutin buku, berhenti aja tidak"
Setelah 1 jam menunggu, yang ditunggu tak nampak batang hidung nya, akhirnya Cinta memutuskan untuk pulang sendiri.
Di alun alun desa Cinta berhenti sebentar, membeli seplastik es dawet. Sangat manis dan menyegarkan tenggorokan.
Hari begitu terik Cinta menuju rumahnya dengan berjalan kaki di gang yang tak terlalu sempit.
Bruumm...brruum sebuah mercedezz benz melintas disamping nya.
Crraaattttt....
Tanah berlumpur itu digilas begitu saja oleh pengendara itu.
"Hey....kau turun"
Namun mobil itu terus melaju dengan santai ke ujung jalan.
"Dasar tidak bertanggung jawab"
"Aku nyesel dianterin Arhan, kemana dia? boro boro nganterin pulang, orang nya aja hilang"
Samar samar Cinta mengeluarkan unek unek dalam hatinya.
Cinta sampai dirumah yang bisa dibilang paling megah di desanya ada pagar pembatas didepan rumah, tidak seperti orang gedongan di jakarta karena ayah nya hanya kepala desa saja sedangkan ibunya penjual nasi boks atau bahasa kerennya katering begitu lah.
"Sudah pulang neng"
"Iya bi Sri"
Bi Sri yang sering membantu membersihkan halaman rumah memperhatikan nona rumah mereka yang nampak lesu.
"Iya bi"
Cinta masuk begitu saja, segera ke kamar dan mandi karena kotor oleh air gilasan mobil tadi dijalan.
"Laper banget lagi"
Cinta turun kebawah, dia melihat dimeja makan tidak ada makanan karena masih jam 10 pagi. Dengan malas Cinta menuang susu ke gelas dan memberi selai ke roti lalu memakannya. Setelah itu Cinta berniat untuk melanjutkan tidur, kaki nya sangat pegal karena harus berjalan 1 jam. Untung dia membawa ponselnya yang ada dompet elektrik bisa membayar apa pun juga. Kalau tidak bukan hanya berjalan kaki dan kelaparan tapi juga malu tidak bisa bayar buku yang sudah dipilihnya dengan susah payah.
Drrtttt....ddrrttt.
Cinta yang sedang asik di alam mimpi terusik dengan suara dering ponselnya. Cinta terbangun melihat nama pemanggil yang tertera dilayar ponselnya. Rupa nya Arhan, Cinta membiarkan ponsel itu berdering sampai pegal sendiri.
Jam 8 malam Cinta turun untuk makan malam, menuju dapur dan mengisi piring nya.
"Tadi Arhan kemari"
Sang bunda menatap anak nya tang masih menyuapkan makanan ke mulutnya tanpa terganggu.
"Dia bilang tidak menemukan mu di toko saat kembali dari toilet"
Cinta pun masih enggan menjawab, sang bunda bingun sendiri akan tingkah anak nakal nya itu.
"Sayang terlalu menjaga jarak dengannya, kalian akan bersama berkeluarga"
Ucap bunda Armita dengan tulus.
'Huh siapa yang mau berkeluarga dengan lelaki seoerti itu'
Ucap Cinta didalam hati.
"Bunda, Cinta mau keatas dulu ya, mau ngerjain tugas ini kn mau ujian akhir bun"
Cinta hendak beranjak, namun bunda menyodorkan sesuatu untuk Cinta. Sebuah undangan perhelatan pernikahan sepupunya, Rista Hiamini.
"3 hari lagi, kau pendamping calon pengantin wanitanya"
Cinta tersenyum senang, memeluk bunda nya lalu membawa undangan itu ke kamar nya untuk menghubungi kakak sepupu tercinta nya.
Drrtt....ddrrtttt.
Cinta mencoba menekan nomer kakak tersayang nya Rista, namun nihil.
"Hmmm dasar pengantin tengil"
Ucap nya sambil melihat lihat design undangan itu.
'Aku ingin mendesign sesuatu yang lebih indah dari ini'
Ya, Rista memilih undangan yang dirancang adik sepupu nakalnya itu.
BERSAMBUNG.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 417 Episodes
Comments
Qaisaa Nazarudin
Menurut ku Cinta NIH mah gak tegas,Aku gak suka cewek yg Lemah..
2023-12-03
1
Qaisaa Nazarudin
Naik motor apa mobil sih 🤔🤔😇😇
2023-12-03
0
Cendol Dawet
eh kok gitu ya Arhan?
2023-03-21
1