Mereka mertua menantu sudah duduk di gazebo taman belakang dengan camilan yang ringan dari beberapa jenis cookies, biskuit, buah kering hingga makanan manis dari olahan buah dan gula yang dijadikan permen. Ada beberapa macam teh herbal, kopi sampai minuman berkhasiat lain.
"Ini teh yang dibawah Sheyla loh, cobain ya"
Rista mengangguk, ketika mamah mertuanya menuang teh dari teko ke cangkir teh dengan elegan.
"Bagaimana keadaan mu? apa kau bahagia menikah dengan anak mamah?"
Rista agak kaget dengan perkataan mamah mertuanya.
"Bahagia mah"
Sang mamah mertua mengangguk, ucapan dari mulut serta sorot mata gadis yang duduk dihadapan dirinya itu sangat berbeda. Tersenyum begitu tulus dengan rona mata yang memendam kesedihan lagi kekecewaan mendalam. Entah sudah berapa luka yang putra kesayangannya torehkan dihati gadis berhati lembut itu.
"Jika masih sanggup maka pertahankan lah, jika kau sudah lelah maka beri lah pelajaran agar dia membuka mata jika kehidupan ini berharga maka dia harus belajar menghargai yang berharga"
Paramitha meneteskan air matanya.
"Jangan menangis mah, semua akan baik saja"
Rista tersenyum sambil memegang tangan paruh baya itu.
"Maaf"
"Tidak mah, jangan minta maaf sama Rista, jangan"
Rista masih tetap tersenyum, sedangkan gadis yang seusia dirinya menangis tanpa suara dibalik pintu, gadis itu Sheyla adik kandung Haris. Suasana makan malam begitu khidmat. Haris menyendok makanan yang sudah diambilkan Rista, ketika makanan itu masuk.
'Kok rasa dan sensasinya sama saat memakan makanan pagi tadi ya'
Ucap Haris dalam hati.
"Mamah masak dibantu sama Rista loh"
Ucap sang mamah bahagia.
"Dia pinter banget masaknya"
Lanjutnya.
"Wah bikin betah ya mah makan dirumah!"
Timpal sang papah.
"Rasanya pas"
Ucap Sheyla, mengacungkan jempol pada Rista, kakak iparnya. Rista hanya tersenyum tipis.
'Bahkan suami ku sendiri, tidak mengenali masakan ku'
Ucap Rista dalam hati, namun dia tak henti memasukkan makanan kedalam mulutnya. Haris terdiam, meski sesekali melirik kesampingnya.
'Apakah Rista yang tadi pagi masak? kenapa tidak terpikir, tapi mereka sudah ada di dapur pagi pagi sekali'
Haris bermonolog dalam hati, lalu memutuskan untuk segera mencari bukti siapa yang berbohong. Tapi semenjak pagi Rista hanya terdiam.
"Kak"
"Hem"
"Aku panggil kak Rista"
Rista mendongak, lantas tersenyum pada adik ipar perempuannya.
"Iya"
"Eh kak, sibuk tidak weekend?"
Rista menggeleng.
"Kenapa memang?"
"Anterin aku nge mall yuk!"
Rista mengangguk.
"Boleh"
"Nanti aku juga pengen nyalon, ganti warna rambut juga"
"Tidak"
Suara Haris protes.
"Dih kenapa?"
"Kakak mu weekend libur dia harus mengurus suaminya, nanti kamu bawa dia keliling terus dicantol lelaki bagajulan, awas kamu"
"Tidak mungkin lah, aku tanggung jawab"
Haris melirik pada Rista, gadis itu datar datar saja, bahkan berkali melirik Rista tidak meliriknya.
"Nanti cicipin puding kreasi terbaru mamah ya"
"Sudah malam lah mah, nanti nanti saja aku ngantuk"
Haris berkata sambil, melirik istrinya.
Sebenarnya Rista tahu, namun Rista tidak ingin merespon semua tindakan suaminya itu.
"Rista bawa pulang saja mah"
Ucap Rista kemudian, Haris tersenyum tipis.
Hingga pukul 10 malam kedua suami istri itu pulang menuju rumah dari jalan belakang. Terlihat sinar bulan menyinari dengan indah, Haris mengenggam tangan istrinya. Rista begitu cantik dengan rambut panjang menjuntainya.
"Disini udaranya sejuk, kita duduk dulu yuk"
Ucap Haris lirih.
"Kan besok aku harus menemani Sheyla mas"
"Ohh, baik lah"
Rista berjalan didepan, ketika sampai di pintu Rista membuka pintu mengeluarkan kunci nya. Dengan segera Haris memeluk tubuh istrinya dari belakang, Rista hanya terdiam meski pun pintu sudah terbuka. Haris segera melepaskan pelukannya, karena yang dia peluk hanya terdiam membisu saja.
"Ayo masuk udara malam tidak baik untuk kesehatan"
Rista mengangguk, mereka menuju kamar dilantai 2.
Sementara Aksara berangkat sebelum makan malam ke benua tertua didunia.
"Apa harus berangkat malam ini juga Aksa?"
"Iya dad"
"Memang ada urusan apa sih, kok mendadak, dan daddy juga tidak tahu"
"Cabang disana mau disabotase, kalau kita terlambat menangani atau mencegahnya, Aksa khawatir akan terjadi sesuatu yang buruk"
Sang daddy hanya mengangguk, memang putra semata wayang nya sangat bertanggung jawab meski pun selalu mengalami kendala dengan masalah asmaranya. Setelah 23 jam mengudara akhirnya mereka sampai di negara B, negara dengan skala bisnis internasional juga bahasa yang 180° berbeda dari negara asal. Namun Aksara sudah terbiasa sedari kecil karena ini negara asal sang mommy. Kali ini Aksara membawa semua alat tempurnya lengkap, Dino, Melki juga Judit Almero, yaitu lelaki yang pernah menjadi asisten pribadi daddy nya juga lelaki yang mendampingi sang mommy.
"Tuan Ray anda sudah datang? silahkan ikuti kami"
Asisten tua milik sang daddy menjemput dirinya untuk sampai di mension Alkatiri.
"Mension sudah dibersihkan untuk anda beristirahat, semoga istirahat anda nyenyak"
"Terimakasih paman"
Lelaki yang sudah berumur lebih dari sang daddy itu pamit undur diri.
"Aku lelah sekali, aku ingin istirahat"
Ucap Dino, melenggang pergi ke kamarnya diikuti seorang maid dibelakang.
"Kenapa kau ikut?"
"Saya yang akan bertanggung jawab atas tuan"
Dino hanya mengangguk, lalu merebahkan dirinya di kasur empuk king size nya. Sementara maid yang tadi menata pakaian Dino dilemari.
Aksara sudah berada dikamar nya dilantai 3 itu, kamar yang selalu dia tempati sedari kecil. Dan dari kamar ini lah dia melihat pujaan hatinya berselingkuh dengan bercinta dengan anak asisten daddy nya sendiri, meskipun mereka sudah dengan status tunangan. Meski demikian, Arseno Almero yang waktu itu didik untuk menjadi pendampingnya lebih unggul darinya hingga pertarungan itu dimenangkan Arseno. Aksara hanya terdiam memandang gelap malam, malam yang dulu selalu dia benci, karena malam itu berkhianat padanya, karena malam itu cinta hanya sebuah kebohongan.
"Dia adalah kekasih ku, tidak mungkin menjadi tunangan mu, kami bersama sudah 10 tahun yang lalu"
Itu berarti sejak Caterine Limaks ditemukan sang mamah sebagai anak sahabatnya itu, gadis itu sudah bersama Arseno. Aksara dalam satu waktu telah kehilangan dua orang kepercayaannya itu. Aksara terdiam sejak itu, dia memaafkan semuanya, menarik diri, melakukan semuanya sendiri, menguatkan tekad tanpa mereka dan tidak ketergantungan dengan siapa pun.
"Aku hanya memiliki dia yang terkasih, bahkan aku sudah memiliki sebagian dirinya"
Caterine bahkan tak tahu malu mengelus perutnya, dia tidak tahu jika Aksara adalah Ray Alkatiri saat itu. Aksara memejamkan matanya, membuatkan angin malam menyapu kenangan itu dari kepalanya.
"Tuan"
Asisten Judit menghampiri Aksa diruang kerja.
"Masuk lah, ada laporan apa?"
"Ini data yang anda minta"
"Letakkan dimeja paman, terimakasih"
"Sudah malam tuan beristirahatlah"
"Hem, ya"
Judit mengerti tuan mudanya masih memiliki memori yang kuat akan kejadian 9tahun yang lalu, meskipun 9 tahun tuan muda nya pergi kenegara lain. Bisa dipastikan seorang anak yang kecerdasannya begitu mumouni akan sukit menghilangkan memori buruk diotaknya. Setelah Judit berlalu, Melki segera datang menemui bos nya.
"Ada yang perlu saya kerjakan tuan?"
"Map merah"
Melki mengangguk, dia segera bergegas sambil membawa map merah itu. Judit terlihat berpapasan dengan Melki.
"Sudah malam tuan, anda akan oergi kemana?"
Namun Melki tidak menjawab sapaan orang tua itu, Judit pun memperhatikan gaya dan gerakan Melki.
'Aku seperti mengenal pemuda itu?'
Dia mengingat ingat, namun nihil.
Melki segera memasuki sebuah club malam terbesar dinegara itu. Begitu ramai pengunjung, juga banyak tamu tsmu penting melakukan meeting disana.
"Panggil GR"
Ucapnya pada salah satu pelayan lelaki, tak berapa lama orang yang dimaksud turun, Melki mengikuti langkahnya.
"Tuan perlu apa?"
Ketika mereka sudah berada dilantai atas, tempat yang sediakan untuk owner tempat itu.
Plaaakk.
Melki mengeluarkan map merah itu, GR segera mengambil lalu menutupnya kembali.
"Baby, cepat ambil barang ku dikelas A"
Seorang wanita dengan pakaian super mini datang mengangguk sebentar lalu bergegas keluar ruangan. Hingga 10 menit kemudian, wanita itu juga membawa sebuah amplop berwarna merah lalu meletakkannya diatas meja.
"Kau boleh pergi sekarang"
GR melambaikan tangannya kearah wanita itu, wanita tersebut segara pamit keluar ruangan.
"Ini yang kau cari"
"Baik lah"
Melki menerima lalu segera pergi dari tempat itu.
BERSAMBUNG.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 417 Episodes
Comments
lestari saja💕
satu keluarga baik semua....sayang hris doang yang eng ing eng....sel aku
2022-08-16
1
Is Wanthi
mang enak di cuexin , sakit kan ☹️
2022-08-15
0
𖣤᭄ اندي وحي الد ين
Kata kata ini yang ditunggu! Mumpung ada dukungan dari mertua
2022-07-15
2