Episode 15 - Melisa (End)
"Eh tunggu! Masih ada satu syarat lagi!" seru pria berambut merah ke Dafa yang hendak keluar dari ruangan.
Dafa menghentikan langkahnya lalu menoleh ke arah pria berambut merah. "Apa itu?" Dafa berjalan mendekati pria berambut merah. "Jika membawa keluarga, akan ku hajar kau sekarang juga! " ucap tegas Dafa dengan wajah marah.
"Hei … hei, santai dong. Ini nggak akan melibatkan keluargamu, bahkan bisa menjadi keuntungan bagimu," sahut pria berambut merah dengan senyum.
"Kau anak SMP yang memiliki bakat bertarung. Bagaimana jika kau bergabung dengan kami menjadi petarung bawah tanah, apa setuju?" tawar pria berambut merah.
"Maksudmu aku bisa membebaskan mereka berdua hanya dengan menjadikan diriku sebagai petarung bawah tanah gitu?" tanya Dafa lalu melipat kedua tangannya.
"Lebih kurang seperti itu," jawab pria berambut merah.
"Terus keuntungannya apa?" tanya Dafa.
"Kau akan ku kontrak selama satu bulan, jika kau berhasil mengumpulkan uang sebanyak hutang mereka dari bertarung di bawah tanah. Maka mereka akan ku bebaskan, dan lagi pula jika kau meraup uang lebih banyak, uang itu untuk dirimu bukan untukku. Bagaimana, mau atau tidak?" tawar pria berambut merah sekali lagi.
"Lalu jika aku tak berhasil mengumpulkan uang itu, bagaimana?" tanya Dafa.
"Jawabannya sederhana, ayah dari anak ini akan kami pekerjakan di bawah tanah dan tentunya anak perempuan ini juga akan bekerja di bisnis kami juga," jawabnya.
Dafa mulai berpikir sejenak, ia juga membutuhkan uang untuk membiayai operasi mata ibunya dan juga sekarang ia juga tak memegang uang sedikitpun akibat resign dari tempat kerjanya.
"Kau mau lihat-lihat tempatnya dulu atau gimana?" tanya pria berambut merah.
"Boleh," jawab Dafa spontan.
Mereka berdua keluar dari ruangan dan meninggalkan Melisa dan ayahnya di ruangan itu bersama satu anggota pria berambut merah yang masih pingsan akibat tendangan dari Dafa.
Ketika turun dari tangga, pria berambut merah terkejut bukan main ketika melihat seluruh anggotanya dihabisi dengan Irfan seorang diri.
"Siapa dia?" tanya pria berambut merah ke Dafa.
"Temanku," jawab Dafa.
Pria berambut merah menepuk kedua tangannya berkali-kali yang memberi isyarat kepada seluruh anggotanya untuk segera berhenti.
Mereka semua yang masih berdiri untuk menyerang Irfan segera berhenti sembari menatap pria berambut merah dengan rasa segan.
Dafa pun mulai bertanya-tanya di dalam hatinya, siapa sebenarnya pria berambut merah tersebut. Ia lalu memutuskan untuk bertanya tentang orang-orang yang menyerang Irfan.
"Siapa mereka?" tanya Dafa sembari menatapi mereka satu persatu.
Pria berambut merah menoleh ke Dafa dan menjawab, "Anggotaku." Pria berambut merah lalu berjalan mendekati kerumunan anggotanya. "Siapa yang menyuruh kalian menyerang tapi kita terhormat ini?" tanya pria berambut merah dengan lagak tegas dan marah.
Dafa dan Irfan sontak terkejut dan mengikuti permainan dari pria berambut merah. Irfan mendekati Dafa lalu menyenggol lengan Dafa menggunakan sikunya.
"Apa yang terjadi?" tanya Irfan yang bingung dengan kejadian yang dilihatnya.
"Entahlah, aku pikir dia jahat. Tapi ternyata masih punya niat baik juga," ucap Dafa.
Pria berambut merah lalu kembali mendatangi Dafa lalu berjabat tangan dengan Irfan. "Maaf kalau anggota saya mengganggu anda barusan," ucapnya sembari senyum malu.
"Tidak apa-apa," jawab Irfan singkat.
"Kamu boleh istirahat sejenak disana sembari menunggu kami berdua," ucap pria berambut merah yang menunjukkan tempat duduk di dekat meja barista.
"Emm … kalian ingin kemana?" tanya Irfan yang penasaran.
"Kami berdua ada urusan pribadi sebentar," jawab pria berambut merah lalu menarik lengan Dafa.
Dafa dan pria berambut merah berada di depan pintu menuju ruang bawah tanah yang sebelumnya Dafa juga akan masuk lebih dalam karena dua penjaga yang masih pingsan di luar. Suara sorakan dari bawah tanah tak lagi terdengar dan berasa sunyi berbeda dengan sebelumnya.
Karena penasaran, Dafa mengikuti pria berambut merah hingga menuju lantai paling bawah.
Di sana terdapat banyak sekali kursi penonton yang mengelilingi sebuah ring berjaring kawat. Di dalam ring tersebut terdapat banyak sekali bekas darah yang masih segar dan ada juga yang sudah menjadi noda.
Pria berambut merah lalu duduk di salah satu bangku penonton dan menyuruh untuk Dafa duduk di sampingnya.
"Duduklah! Acara sebentar lagi akan dimulai," ucapnya.
Dafa lalu duduk di samping pria berambut merah dan melihat tulisan 'VIP' di bangku tersebut.
Beberapa menit kemudian, orang-orang bertopeng putih mulai berdatangan dan mengambil bangku sesuai nomor pada tiket mereka.
"Mereka adalah orang-orang kaya yang menghabiskan uang dengan cara menonton pertarungan," ucap pria berambut merah.
"Kalau kau bertanya, kemana mereka barusan. Disana …." Pria berambut merah menunjuk ke salah satu lorong yang berada di depan mereka. " … disana ada pintu masuk dan keluar orang-orang yang akan menonton pertarungan. Dan pintu yang kita lewati tadi adalah pintu khusus untuk para VIP," jelasnya.
Dafa hanya diam karena tak tahu harus berbicara apa. Ia hanya penasaran seperti apa permainan pada pertarungan yang akan ia lalui nantinya. Ia hanya menatap tajam ke arah ring dengan pikiran kosong tanpa memperdulikan siapapun. Bahkan pria berambut merah yang mengajaknya mengobrol pun ia abaikan karena saking penasaran dengan permainan pada pertarungan tersebut.
Terlihat seorang wanita berpakaian rapi dengan topeng kelinci berdiri disebuah podium. Di sisi kanan dan kirinya ada dua penjaga yang memakai topeng guy fawkes mengawali wanita tersebut.
"Dia adalah pembuat acara ini dan aku hanya penyedia tempatnya saja," ucap pria berambut merah.
"Eh iya, aku belum memperkenalkan namaku. Kenalkan namaku Antonius Benjamin keturunan Jerman," lanjutnya sembari mengulurkan tangan ke Dafa.
"Dafa Setyawan." Dafa meraih tangan Anton. "Meski sudah tau, lebih baik memperkenalkan diri juga," ucap Dafa lalu melepaskan tangannya.
"Kalau dilihat-lihat, kau lebih terlihat seperti orang dewasa dibanding dengan anak SMP lainnya," ungkap Anton.
"Baguslah kalau begitu," ucap Dafa.
...~...
Terdengar suara teriakan dari speaker yang tersusun di beberapa sudut ruangan. Suara teriakan seorang wanita yang tak lain adalah wanita yang berdiri di atas podium.
"Para penonton yang sudah lama menunggu tolong bersabar sebentar. Karena para peserta petarung sedang mempersiapkan diri sebelum bertarung mati-matian."
"Pertandingan akan dimulai lima menit lagi. Mohon bersabar karena peserta kali ini benar-benar akan membuat kalian memperebutkannya."
...~...
"Wow … pasti peserta kali ini bukan sembarangan orang. Tapi kayaknya peserta yang kemarin tak dimainkan," gumam Anton.
Dafa semakin dibuat merinding dengan suasana yang ia rasakan saat ini. Ia tak pernah sekalipun melihat acara seperti ini.
Awalnya ia tak merasa takut ketika pertama kali masuk ke gedung tersebut, namun entah mengapa ia seperti sedang dikerumuni dengan hewan-hewan buas yang akan memangsanya. Pandangannya selalu menatap kedua penjaga yang mengawali wanita bertopeng kelinci.
Dafa merasakan kekuatan yang sangat besar dari kedua orang tersebut. Tapi entah kenapa ia sangat merinding bahkan tak berani melihat terlalu lama.
"Bagaimana, apa kau ingin menerima kontrak ini?" tanya Anton.
"Acara akan kita mulai!" Suara dari speaker.
Seluruh penonton langsung berteriak histeris karena tak sabar ingin melihat pertandingan.
"Peserta pertama, berkebangsaan Amerika. Seorang pembunuh bayaran yang membunuh 100 orang di salah satu gedung hotel Amerika dalam satu malam. Ia ditangkap dan akan dijatuhi hukuman mati, ia lalu melarikan diri dari penjara dan menyelundup di salah satu kapal penyelundup. Dia adalah Johnny Crist, level bertarung dari orang ini adalah A."
...### Solo Fighter ###...
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 72 Episodes
Comments
Rizky_gendutz82
sumpah mirip banget ama lookskim
2022-12-31
0
Ertuqi Gaga
MC naif tingkat kont*l dewa
2022-08-20
0
Call Back04
solo tapi bawa kawan?
2022-07-04
0