Episode 11 - Anak SMA
Keesokan harinya, Selasa. Ketika Dafa berangkat ke sekolah sendirian. Ia mengingat satu hal bahwa ia akan bertarung dengan Galang. Dengan perasaan yang penuh dendam dalam benaknya dan ambisi yang tersimpan jauh-jauh hari. Ia akan menghabisi Galang dengan serangan yang mematikan tanpa ampunan sedikitpun.
Sesampainya ia di sekolah, ia melihat seluruh anak-anak di sekolah memandangi Dafa dengan seksama. Dari hari ke hari, perubahan Dafa memang terlihat. Namun di hari yang sekarang, mereka semua menatap Dafa layaknya menatap seseorang yang tak dikenal. Bahkan para siswi terpesona melihat ketampanan milik Dafa.
"Anak baru, ya?"
"Katanya itu Dafa yang sering dirundung."
"Itu beneran Dafa?"
Desas-desus para murid terdengar hingga ke telinga Dafa. Ia hanya tersenyum dengan melirik mereka satu-satu lalu masuk ke dalam kelas tanpa menyapa seseorang sedikitpun.
Dengan hati yang agak gelisah, ia memandangi seisi ruangan kelas, namun tak ada satupun anak dalam kelasnya. Bahkan anak yang paling rajin sekalipun juga tak ada di dalam kelas.
Dengan naluri yang ia punya. Dafa merasakan ada sesuatu yang tak biasa terjadi di kelas ini, seperti ada sesuatu yang mengganjal. Benar saja, tiba-tiba ada lima anak berseragam SMA masuk ke dalam kelas dan langsung mengitari Dafa saat itu juga.
"Ada apa? Kenapa anak SMA ada disini? Promosi sekolah, ya?" tanya Dafa ke mereka semua.
Salah satu dari mereka mencengkram kerah baju milik Dafa. "Baru anak SMP aja udah belagu banget!" seru orang yang mencengkram kerah baju Dafa.
Dafa mengernyitkan dahinya. "Lalu ... kalian datang kesini untuk apa?" tanya Dafa yang tak ada rasa takutnya.
Anak yang mencengkram kerah Dafa langsung melepaskannya. Lalu ia mengelus dagunya berkali-kali. "Ikut kami sebentar. Ada seseorang yang ingin bertemu denganmu," ucapnya lalu menarik lengan Dafa.
Dafa diajak dengan mereka hingga sampai ke belakang sekolah. Disana banyak sekali anak-anak kelas Dafa yang duduk diam disana. Bahkan Galang yang menjadi title preman sekolah tersebut juga ikut diam tak berkutik.
Dafa menggaruk kepalanya berkali-kali karena heran dengan mereka yang biasanya meramaikan sekolah, sekarang malah diam mematung. Dafa melirik ke salah satu anak SMA yang duduk di kursi, mungkin itu adalah ketua mereka.
Mereka berlima yang membawa Dafa tadi berhenti di hadapan anak SMA yang duduk di kursi. Anak yang memegang lengan Dafa langsung menarik paksa untuk berlutut lalu menghempaskan kepala Dafa ke lantai.
"Sialan!" batin Dafa, "sistem, apa tidak ada misi untuk menghajar mereka?" gumam Dafa yang merunduk di lantai.
Sistem tak merespon apa-apa, Dafa hanya terdiam dengan tubuh yang menyungkum ke lantai. Kepalanya diinjak dengan pria yang duduk di kursi. Sontak Dafa merasa kesal dan langsung beranjak dari sujudnya dan langsung mencengkram kerah baju pria yang duduk di kursi.
"Maksud lu apaan nginjek kepala gue?" tanya Dafa dengan nada yang tinggi hingga membuat tatapan mereka semua beralih kepadanya.
Anak yang duduk di kursi hanya tersenyum miring. Kelima anak tadi langsung mendekati Dafa dan seorang pria bertopi terbalik menarik Dafa dengan paksa. Pria yang memakai bandana berwarna merah melayangkan pukulan ke arah wajah Dafa. Dengan cepat Dafa membungkuk dan membanting pria bertopi terbalik yang memeganginya tadi.
"Keren … keren … ternyata anak yang menyukai Melisa bisa berkelahi juga," ucap pria yang duduk di kursi.
Wajahnya bisa dibilang cukup tampan, memakai kacamata, jam tangan yang bermerek mahal, sepatu bermerek mahal, baju yang rapi layaknya anak sekolah pada umumnya. Dilihat dari segi penampilan ia nampak seperti anak culun, namun ketika dilihat dengan lebih teliti ternyata tampangnya hanyalah topeng bagi dirinya.
Dafa berspekulasi tinggi jika pria yang duduk di kursi itu memiliki pengalaman bertarung yang lebih baik. Dilihat dari balik bajunya, nampak sedikit tato yang bergambar samar-samar karena tak terlihat semuanya. Dafa segera menjaga jarak darinya agar bisa menghindari serangan dadakan sewaktu-waktu.
"Melisa? Gadis cantik sekolah ini? Apa hubungannya denganku?" tanya Dafa dengan wajah polos yang mengerutkan dahi.
"Apa hubungannya denganmu?" Pria itu melepaskan dasi yang mengikat lehernya. Ia melepaskan tiga manik kancing dan terlihat tato bergambar harimau di dada bagian kanan.
Galang yang mengetahui banyak tentang kelompok yang memiliki tato harimau tersebut seketika memasang wajah yang penuh tidak senang. Seperti ia menyimpan suatu dendam kepada kelompok dengan tato harimau tersebut.
Ia segera berdiri dari duduknya dan langsung menyerang pria yang duduk di kursi tanpa memikirkan apapun. Pria yang duduk di kursi bukannya menghindar ataupun menyingkirkan diri dari serangan Galang. Melainkan ia hanya tersenyum menatap Dafa lalu menangkap lengan Galang yang mengayunkan pukulan ke arahnya dan langsung membanting ke lantai dengan sangat cepat.
DING!!!
Muncul teks yang berada di layar tampilan untuk memberikan informasi kepada Dafa.
[ Musuh memakai bela diri Hapkido ]
"Apa itu Hapkido? Bagaimana cara mengalahkannya?" gumam Dafa sembari melihat pertarungan mereka berdua.
[ Singkatnya, Hapkido menyerang lawan dengan kekuatan lawan. Jika anda tertangkap saat memukul ataupun menendang, bersiaplah untuk terkena bantingan. Jikapun siap, mereka akan mematahkan tulang anda. ]
"Begitu, ya. Tapi dilihat-lihat, dia benar-benar tak pernah menyerang lawan sedikitpun dan hanya menggunakan kekuatan lawan untuk menyerang balik. Benar-benar seni bela diri yang cukup meresahkan," ucap lirih Dafa lalu mengencangkan ikat pinggangnya dan tali sepatunya.
Brak!!!
Galang dibanting tepat di atas tumpukan meja yang rusak. Ia tak sanggup untuk berdiri lagi. Tulang rusuknya patah, lengannya juga sering diputar yang mengakibatkan kesleo. Dafa dengan percaya diri membuka hadiah yang didapatkan dari berlatih Taekwondo dan ia mendapatkan [ Kemampuan mengcopy bela diri lawan ].
Dafa telah mengamati beberapa gerakan yang dilontarkan pria itu untuk menyerang dan mempertahankan tubuhnya. Semua gerakan itu masuk ke dalam pikirannya dan berubah menjadi teknik bela diri Dafa.
"Apakah aku perlu mencari guru lagi untuk mengajar Hapkido?" tanya Dafa seraya berjalan ke arah pria itu.
[ Tidak, anda sudah mempunyai kemampuan mengcopy teknik lawan. Anda juga sudah memiliki wadah yang bagus. ]
"Baiklah," gumam Dafa lalu menggulung lengan bajunya.
Belum sempat menggulung kedua lengannya, lima anak yang menjadi bawahan pria itu langsung datang ke arah Dafa. Dengan semua teknik yang ia pelajari selama seminggu, ia berdiri tegap dengan posisi kuda kuda yang sempurna untuk bersiap menyerang atau bertahan dari serangan mereka.
Tibalah saatnya mereka menyerang Dafa secara bersamaan. Dafa menghindari pukulan mereka dengan sangat mudah. Bisa diprediksi jika mereka tak memiliki software beladiri apapun. Hanya saja mereka sangat tangguh untuk dihadapi Dafa seorang diri.
Dafa melakukan serangan Dwi Chagi dan Ap Chagi secara terus menerus untuk serangan dadakan. Tapi hebatnya, mereka tak pernah menyerah dan terus bangkit untuk menyerang Dafa lagi. Dafa menyerang tidak hanya menggunakan tendangan, melainkan dengan pukulan.
Semua staminanya terkuras hanya menyerang mereka. Tanpa berpikir panjang, Dafa sedikit meningkatkan kekuatan serangannya untuk menjatuhkan lawan dengan mudah. Hanya dalam sekali tendangan, bisa terdengar suara retakan tulang dari seorang anak yang memakai hoodie berwarna putih. Begini juga dengan anak memakai bandana yang hendak menangkis tendangan Dafa.
Namun ketika mereka menangkis tendangan tersebut, mereka tak bisa merasakan sakit dari tangan mereka lagi. Bahkan bergerak pun tak bisa, sebab tangan mereka patah akibat kekuatan tendangan yang diberikan oleh Dafa.
Galang yang terbaring di atas tumpukan meja sembari melihat pertarungan Dafa hanya bisa termenung melihat kekuatan Dafa yang sangat dahsyat.
"Untung saja aku belum bertarung dengannya," batin Galang yang menahan rasa sakit di sekujur tubuhnya.
Setelah menjatuhkan kelima bawahan dari pria berkacamata itu, Dafa berdiri layaknya Bruce Lee sembari mengikat tangan kanannya menggunakan dasi yang ia lepas dari lehernya.
"Sebenarnya aku tak tau hubungan kamu dengan Melisa itu apa. Tapi jika sampai membuat keributan pada sekolah ini, jangan salahkan aku jika sekolah kalian akan hancur juga," ucap Dafa yang mengancam pria itu.
Pria itu berjalan mendekati Dafa sembari menepuk tangan berkali-kali dengan pelan. "Wah … wah, ternyata sekolah ini ada orang terkuat juga," ucap remeh pria itu.
Dafa melihat nama pria itu dari bajunya yang tertulis, Jaya Saputra. Mereka berdua saling bertatapan dengan Dafa yang agak mendongak ke atas. Pria yang bernama Jaya seketika tersenyum miring layaknya seperti berbuat sesuatu yang tak diketahui oleh Dafa.
Dafa segera menjaga jarak darinya, namun pria itu menyerang Dafa dengan pukulan yang tak terduga. Dafa segera menghindari serangan itu, tapi ternyata serangan itu hanyalah pengecoh agar Dafa terjebak dari serangannya. Ia langsung menggunakan kakinya untuk menjagal Dafa lalu langsung menarik lengan Dafa untuk membanting nya.
Semua gerakan telah Dafa amati dan dipelajari. Ia mengelakkan diri lalu membalas dengan meraih tangan kanan Jaya lalu menarik ke dirinya. Dafa lalu memegangi kepala Jaya lalu menghantamkan ke lutut Dafa.
Hanya dalam sekali serang, Jaya tumbang seketika itu juga. Semua pandangan juga tertuju mengarah ke Dafa. Bahkan ada anak-anak dari kelas lain yang juga mengintip pertarungan tersebut. Dafa tak menghiraukan mereka semua dan berjalan menuju ke Galang.
Ia mendekati Galang dengan tatapan dendam, ia menarik kerah Galang yang tak berdaya untuk berdiri lalu menatapnya dengan tatapan seperti ingin memakan manusia.
"Aku tak tau apa masalahmu, tapi kita selesaikan sekarang juga," ucap Dafa lalu melemparkan Galang ke lantai.
Seorang wanita kelas 7 dengan air mata yang berderai membasahi wajahnya berjalan menuju Dafa dan menamparnya saat itu juga. Dafa terdiam mematung lalu semua perasaan dendamnya hilang begitu saja ketika melihat wanita yang menamparnya itu adalah adiknya sendiri.
"Kak … hiks." Angelina memeluk Dafa dengan sangat erat. "Kakak, kan … hiks. Jangan berantem, aku nggak mau kehilangan kakak," ucap Angelina yang menangis tersedu-sedu.
Bel pelajaran pertama berbunyi. Semua anak yang masih duduk diam langsung beranjak untuk masuk ke kelas. Tersisa keenam anak SMA yang masih pingsan dan Galang yang tak sanggup untuk berdiri. Dafa mengelus rambut adiknya berkali-kali untuk menenangkan tangisan adiknya.
"Kenapa menangis? Masuk kelas sana, malu-maluin," ucap Dafa lalu melepaskan pelukan adiknya.
Angelina menatap Dafa dengan mata yang masih berkaca-kaca. "Bercanda kok. Biar lebih terkesan dramatis aja," sahut Angelina lalu meninggalkan Dafa.
"Eh …." Dafa menggaruk kepalanya berkali-kali meski tak ada rasa gatal di kepalanya. "Huft … terus mereka mau diapain?" gumam Dafa, ia lalu mengangkat Galang yang masih tak sanggup berdiri untuk dibawanya ke ruang UKS.
Saat berjalan ke ruang UKS, Galang menepuk-nepuk punggung Dafa berkali-kali. Dafa melirik ke arah Galang yang membuka matanya perlahan-lahan. Dafa hanya tersenyum dan ia mengingat terakhir kali ia menggendong Galang sewaktu SD.
Dari awal mereka memang teman yang akrab, namun Galang memiliki sifat yang ingin berada di posisi tertinggi. Itulah mengapa ia harus mengorbankan temannya untuk menjadikan dirinya berada di posisi tertinggi di sekolah tersebut.
"Sudah lama, ya" ucap Dafa lalu membuka pintu ruang UKS.
Dafa meletakkan Galang di kasur lalu pergi meninggalkan Galang. Lengannya ditahan oleh Galang, ia seperti ingin mengatakan sesuatu kepada Dafa.
"Maaf untuk selama ini. Sifat egoku membuat dirimu mempunyai trauma yang berat," ungkap Galang.
Dafa menghela nafas berat. "Jangan terlalu akrab denganku, reputasi mu bakalan turun jika dekat denganku," ujar Dafa lalu pergi meninggalkan Galang.
"Daf …," panggil Galang. "Maaf ketika mengganggu adikmu pas di gang kemarin," ucapnya dengan tangan yang memohon maaf.
Dafa hanya mengacungkan jempol lalu keluar dari ruang UKS dan menutup pintu.
Sewaktu hendak memasuki kelas, ada anak laki-laki dari kelas Melisa datang dengan berlari menuju Dafa. Nafasnya terengah-engah, wajahnya juga dipenuhi memar. Dafa segera mengalihkan pandangannya menuju ke laki-laki itu.
"Ada apa?" tanya Dafa sembari memasang dasi yang ia lepas tadi.
"Melisa …."
"Iya, aku kemarin memang sering dengan Melisa. Memangnya kenapa?"
"Melisa dibawa pergi dengan orang-orang dewasa berjas hitam dengan paksa. Guru-guru juga tak sanggup menahan mereka," ucapnya tak kuasa menahan diri untuk berdiri lalu terjatuh.
Dafa segera menangkapnya. "Sekarang mereka dimana?" tanya Dafa dengan rasa kekhawatiran terhadap Melisa.
"Mereka … mereka baru saja pergi—" Belum sempat berbicara, ia pingsan saat itu juga. Dafa hanya tertawa kecil, ia bukan menertawakan cerita yang disampaikan laki-laki tersebut. Melainkan melihat anak-anak SMA yang telah sadar dan berjalan menuju Dafa.
Dafa yang masih menahan laki-laki yang pingsan langsung bertanya kepada mereka semua. "Ada urusan apa lagi?" tanya Dafa dengan posisi yang bersiap menyerang ataupun bertahan.
"Eh … tahan dulu. Kami akan membantu," ucap pria yang memakai bandana. Tangannya memang patah, namun tak begitu parah.
Dafa yang melihat anak laki-laki yang hendak berjalan ke UKS langsung memanggilnya. "Nanda!" panggil Dafa.
Anak yang bernama Nanda menoleh ke Dafa. "Ada apa?" tanyanya.
"Di UKS ada Galang yang tertidur, kalo bisa anterin ke rumah sakit. Kayaknya tulangnya ada yang retak," pinta Dafa.
"Oke deh," sahut Nanda lalu meninggalkan Dafa.
Dafa kembali menatap mereka berenam. "Jadi … kita akan bagaimana?"
...### Solo Fighter ###...
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 72 Episodes
Comments
roxy nik
jir, jadi PHS
2023-11-27
1
kultivator#system
kemampuan copy teknik lawan hatake Kakashi doong
2022-07-18
1
kultivator#system
Aikido, Stevan seagel
2022-07-18
1