Episode 10 - Dojang Taekwondo (Terakhir)
"Pak Kohar, apa nggak masalah nih kalau pertandingan ini tidak pakai aturan?" tanya salah satu juri yang duduk disebelah Sanim.
"Tidak masalah kok. Lagian Irfan yang lebih memilih pertandingan tanpa aturan ini," ucap Sanim yang melihat keduanya saling melakukan pemanasan sebelum bertarung.
Keduanya tanpa memakai alat pelindung bahkan batasan ring pun tidak ada. Pertarungan kali ini tidak memakai aturan sedikitpun, layaknya pertarungan jalanan. Masing-masing kubu juga setuju dengan pertandingan tersebut dan justru Dafa lebih memilih itu ketimbang pertarungan resmi.
"Tapi bukannya anak itu baru sabuk putih. Lawannya sabuk merah strip hitam dua lho," ucap Juri kepada Sanim yang sedari tadi khawatir dengan kondisi Dafa saat ini.
Sanim hanya tertawa mendengar itu. "Kau ini tak pernah berubah ya, Budi Setiawan," beber Sanim sembari memperbaiki kacamatanya.
Juri yang bernama Budi Setiawan itu langsung menoleh ke Sanim. "Maksudnya?" tanyanya.
"Ck…," decak Sanim. "Tak pernah berubah, selalu melihat lawan dari sudut pandang luarnya saja. Tapi kemampuan?" Sanim mengangkat kedua alisnya. "Kau tak pernah melihat bakat anak itu kan." Sanim menunjuk ke arah Dafa.
Budi langsung memerintahkan Dafa yang ditunjuk oleh Sanim. "Maksudmu dia bakal mengalahkan Irfan dalam sekali serang?" tanya Budi yang tak percaya dengan ucapan Sanim.
"Tidak, maksudku …."
Pertandingan dimulai, seketika Irfan langsung menyerang Dafa dengan teknik yang sangat aneh. Melakukan serangan dari segala arah, menggunakan pukulan untuk memukul bagian bawah dan menggunakan kaki untuk menendang bagian atas.
Tapi Dafa mengelak semua serangan yang dihantarkan Irfan. Bahkan sesekali ia menyerang Irfan dengan beberapa tendangan. Ketika ada celah kosong pada Dafa, Irfan langsung menyerang Dafa sekali serang. Namun yang terjadi adalah…
" … dia bisa melampaui kita semua," lanjut Sanim sembari tersenyum memerhatikan pertarungan mereka.
Dafa melakukan tendangan Bal Chagi 1080 derajat dengan sangat sempurna. Semua pandangan seketika terpesona melihat teknik tersebut. Irfan segera menghindari serangan itu namun tak sempat.
Bugh!!!
Irfan terkapar di matras sambil menatap langit-langit Dojang. "Sudah ku tebak, dia bukan sembarangan orang," batin Irfan.
Dafa mendekati Irfan lalu mengulurkan tangan untuk membantunya berdiri. Irfan menggapai tangan tersebut hingga berdiri.
"Kau yakin dia benar-benar sabuk putih," ujar Budi yang ragu dengan Dafa.
"Entahlah … yang jelas pertama kali dia datang kesini, dia tak seperti itu melainkan seperti ini." Sanim menunjukkan foto Dafa yang masih kurus ketika Dafa sedang melakukan squat 200x.
"Eh … dia se kurus itu dulu?" Budi masih tak percaya.
"Tanya saja dengan dua gadis yang duduk disana," ucap Sanim yang menunjuk ke arah Angelina dan Melisa.
Tiba-tiba ada seorang anak pria seusia Irfan yang mendekati Dafa. Dia memakai dobok dengan sabuk hitam polos. Dia memiliki tinggi sama dengan Irfan, tampangnya cukup membuat orang kesal. Bagaimana tidak, rambutnya acak-acakan, memakai anting di salah satu daun telinganya dan juga memakai tato palsu di tangannya.
"Bertarung denganku," ucap anak itu.
"Tidak," jawab singkat Dafa.
Anak itu lalu mengerahkan tendangan ke wajah Irfan dan seketika Dafa langsung menangkis menggunakan kaki kirinya. Kedua kaki saling berpapasan di udara. Seluruh pandangan yang membicarakan Dafa dari tadi langsung fokus menatap Dafa yang sekarang beradu tendangan dengan anak tadi.
"Bagas, sudahlah. Ini hanya pertarungan biasa bukan resmi. Kenapa kau se nekat itu untuk beradu tanding dengan dia?" tanya Irfan yang berdiri di samping Dafa.
Keduanya lalu menurunkan kaki mereka. Anak yang bernama Bagas itu seketika mendekatkan wajahnya ke hadapan Dafa. "Aku penasaran dengan kemampuan anak ini. Kau kan biasanya hanya berpura-pura kalah," ucap Bagas sembari meledek Irfan.
"Baiklah, kalau itu maumu," potong Dafa lalu kembali ke matras untuk bersiap-siap melawan Bagas.
"Nah, ini yang ku suka!" seru Bagas lalu berdiri di hadapan Dafa.
Beberapa penonton dan juri bingung dengan apa yang akan dilakukan mereka berdua. Padahal tak ada yang memberikan izin kepada mereka berdua untuk bertanding, namun Sanim membiarkan anak-anak itu untuk melakukan yang mereka suka.
Belum ada apa-apa, Bagas tiba-tiba terpelanting hingga ke hadapan juri. Dalam sekedip mata, Dafa melakukan Dwi Chagi dengan sangat cepat ke arah Bagas. Semua yang melihat itu hanya tercengang, apalagi dengan Budi yang dari awal meremehkan Dafa.
"Kakakku diam-diam berlatih bela diri disini ternyata," gumam Angelina yang terpesona dengan Dafa.
Melisa menyenggol lengan Angelina. "Kau adiknya Dafa kan," ucap Melisa yang memerhatikan Dafa dan juga memerhatikan gerak-gerik Angelina.
"Eh … Kak Melisa, pacarnya Kak Dafa," sahut Angelina. "Ada apa kak?" tanya Angelina.
"Eh, kok pacar," sahut Melisa yang terkejut.
"Jadi, kenapa memanggilku?" lanjut Angelina.
"T-tidak, hanya saja aku ingin kenal lebih jauh dengan kakakmu," ucap Melisa dengan ekspresi yang seperti menyembunyikan sesuatu.
"Oh … tapi kakakku nggak suka dengan cewe, dia itu sukanya cowo," papar Angelina yang tak tahu malu.
Dafa yang mendengar pembicaraan mereka dari jauh langsung mendekati mereka berdua. "Apa kau bilang tadi?" tanya Dafa ke Angelina.
"Eh … cuma bercanda kak," jawab Angelina yang takut dengan Dafa.
"Ck … aku mau pulang dulu, mau bareng nggak?" ajak Dafa entah ke siapa di antara mereka berdua.
"Nggak," ucap Angelina.
"Mau," ucap Melisa.
"Yaudah, tunggu aku ganti pakaian dulu." Dafa pergi meninggalkan mereka berdua menuju ke kamar ganti.
Selangkah lagi masuk ke dalam, Dafa menghentikan langkahnya karena ada seseorang yang memanggil.
"Nak Dafa!" Seseorang yang memanggil Dafa ternyata Sanim.
Dafa menoleh ke arah Sanim. "Ada apa Sabeum Nim?" tanya Dafa.
"Kamu beneran hanya berlatih satu minggu atau mau berlatih lagi sampai sabuk hitam?" tanya Sanim yang menginginkan Dafa sebagai rival Irfan.
"Keuntungan saya berlatih hingga sabuk hitam akan mendapatkan apa?" tanya Dafa kembali.
"Emm … kamu bisa ikut pertandingan MMA atau pertandingan bela diri lainnya," jawab Sanim sambil tersenyum.
"Tidak, saya hanya ingin mendapatkan uang!" tegas Dafa lalu masuk ke dalam ruang ganti.
"Anak yang aneh," gumam Sanim lalu kembali ke para juri untuk melihat nilai yang diberikan oleh mereka.
Memang tak bisa dipungkiri kalau Dafa benar-benar berbakat dibidang bela diri. Bagaimana tidak, ia mempunyai sistem yang membantu dirinya yaitu Martial System. Sistem yang akan menjadikan Dafa sebagai master bela diri apapun.
Para juri memberikan nilai kepada Dafa dan semua ketiga juri memberikan nilai 'A+' kepada Dafa.
Berselang beberapa menit, Dafa keluar dari kamar ganti dan berterima kasih kepada Sanim dan lainnya lalu bergegas pulang.
Sewaktu diperjalanan, lagi-lagi Dafa dihubungi pihak rumah sakit untuk melihat kondisi ibunya sekarang. Tanpa berpikir panjang, ia segera meninggalkan Angelina dan Melisa dan langsung berlari kencang menuju rumah sakit layaknya cheetah yang mengejar mangsa.
Sesampainya disana, ia dikejutkan dengan kabar bahwa ibunya sebentar lagi akan kehilangan pandangan selamanya. Para dokter dan suster yang menjaga ibunya Dafa terkejut ketika melihat seseorang yang masuk ke dalam ruang inap bukan Dafa yang kurus melainkan Dafa yang sudah berubah total.
"Kamu Dafa?" tanya Dokter yang bernama Budi Mawardi.
"Iya … saya Dafa," jawab Dafa lalu melihat ibunya.
"Bagaimana kenapa dengan ibu saya dok?" tanya Dafa yang shock ketika melihat ibunya yang tak bisa melihat apapun.
"Dafa … Angelina kemana?" tanya ibu Dafa yang bernama Sinta Putri Setyawati.
"Eee … Angelina lagi belajar sama teman-temannya," ucap Dafa lalu duduk di kursi dekat kasur ibunya.
"Kamu kenapa nggak ikut belajar juga?" tanyanya kembali sembari meraba tangan Dafa.
Dafa memikirkan alasan sejenak. "Emm … Dafa udah belajar kok. Pas dokter bilang dateng kesini, langsung berangkat kesini deh," ucap Dafa lalu tersenyum manis.
"Yaudah, ibu mau istirahat lagi. Kamu belajar yang rajin ya nak," kata ibu Dafa yang menasehati Dafa.
"Iya bu … Dafa pasti belajar kok," balas Dafa lalu mencium tangan ibunya.
Dafa kemudian berdiri dari kursinya lalu mendapatkan panggilan dari seseorang yang tak dikenal. Ia segera keluar dari kamar inap agar tak mengganggu yang lainnya.
"Nak Dafa … kita bica—" Dokter yang ingin mengajak bicara, malah dilewati Dafa begitu saja.
Dafa berdiri di luar kamar dengan badan yang menyender di dinding dan langsung menjawab panggilan dari nomor yang tak dikenalnya itu.
"Halo!"
"Halo, kamu Dafa kan."
"Iya, saya Dafa. Ini siapa, ya?"
"Ahhh … gini aja. Kamu datang ke … kemana ya? Besok aja, aku bakal ke sekolah mu. SMP 13 kan?"
"Ooo … maaf, saya bukan Dafa. Mungkin anda salah sambung."
Dafa segera mematikan ponselnya lalu menarik rambutnya karena kesal dengan suatu hal. "Mereka benar-benar datang mencariku, anak-anak SMA," gumam Dafa lalu kembali pulang karena takut ia akan bertemu dengan orang yang mencarinya.
...### Solo Fighter ###...
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 72 Episodes
Comments
Zero blankness
njirrr
2022-10-28
1
Kaylha✌️✌️
luar biasa
2022-06-27
1
108_Dugong
kalau mau dapat banyak uang yah MMA. tapi harus kuat juga sih :v
2022-06-24
1