Episode 12 - Melisa (Part 1)
Dafa dan Keenam anak SMA saling bertatapan. "Jadi … kita akan bagaimana?" tanya Dafa ke mereka.
"Dafa, kok nggak masuk kelas." Guru Bahasa Indonesia yang sebagai wali kelas Dafa yang hendak masuk ke dalam kelas menyapa Dafa karena melihat muridnya masih berada di luar kelas.
Dafa terkejut mendengarnya dan langsung menghadap ke Wali kelasnya yang bernama Dewi Saputri. "Eh … iya bu. Saya lagi ada urusan sebentar," sahut Dafa sembari mengelus kepala bagian belakang berkali-kali.
Bu Dewi melihat keenam anak SMA tersebut lalu menyapanya. "Eh … tumben Jaya kesini, mau ketemu siapa?" tanya Bu Dewi.
"Mau ketemu dia Bu." Jaya menunjuk Dafa. "Ayah saya ingin ketemu dengan …." Jaya melihat nama Dafa yang berada di bajunya. "Ketemu dengan Dafa Bu … hehehe," ucap Jaya sembari terkekeh menggaruki kepala.
Bu Dewi nampaknya tak percaya, lalu ia bertanya kepada teman-teman Jaya. "Riski, Ragil, Ilman, Zidan, Egi. Kenapa kalian juga ikut Jaya kesini?" tanya Bu Dewi ke mereka berlima.
"Biasa Bu … kan kami bestfriend," sahut pria yang memakai bandana merah bernama Egi.
Bu Dewi hanya memutar matanya lalu melihat anak yang berada di pelukan Dafa. "Itu Faiz kenapa?" tanyanya lalu mendekati Dafa.
"Tidak apa-apa, Bu. Dia hanya habis olahraga lalu pingsan." Dafa pergi dari hadapan mereka semua untuk ke ruang UKS.
Bu Dewi hanya diam diri melihat tingkah laku Dafa yang tak seperti biasanya. Ia lalu masuk ke dalam kelas untuk memulai pelajaran.
Sesampainya Dafa di ruang UKS, Dafa melihat Nanda yang sedang duduk berbicara dengan Galang. Dafa segera masuk dan meletakkan Faiz di kasur begitu saja. Setelah itu, Dafa bergegas keluar untuk menemui mereka lagi.
"Dafa!"
Suara panggilan yang tertuju ke Dafa. Ia segera menghentikan langkahnya lalu menoleh untuk melihat siapa yang memanggilnya.
Nanda yang tadinya duduk di kursi sebelah Galang, tiba-tiba beranjak menuju Dafa membawa secarik kertas. Dafa melihat tulisan yang tertulis di kertas tersebut dan ternyata itu adalah pesan yang disampaikan oleh Galang. Galang mengetahui seluk-beluk dari sifat Jaya yang licik.
Memang dia berniat untuk membantu Dafa untuk mencari Melisa, namun dibalik semua itu pasti ada keinginan yang tersembunyi.
Isi pesan tersebut.
{ Jangan pernah percaya dengan orang yang memiliki tato harimau dan semacamnya. }
"Okelah, aku akan jaga jarak dengan mereka," ucap Dafa lalu merobek kertas tersebut menjadi beberapa bagian kemudian membuangnya ke tong sampah.
"Aku tak tau mereka akan berbuat apa nantinya. Yang jelas jika ada gerak-gerik mencurigakan, akan kubunuh mereka semua!" batin Dafa dengan sedikit emosi.
Dirinya telah ditunggu dengan keenam anak SMA tersebut. Mereka segera pergi meninggalkan sekolah untuk mencari Melisa yang dibawa oleh orang asing.
Sesampainya di luar, Jaya dan lainnya menaiki motor mereka masing-masing, sedangkan Dafa hanya berdiri termenung menatap mereka semua. Bagaimana tidak, semuanya saling berboncengan namun tidak dengan Dafa yang tidak memiliki motor maupun teman yang membonceng sekalipun.
"Hei bod*h … siapa juga yang pengen kerja sama dengan bocah ingusan sepertimu!" seru Jaya. Mereka semua pergi meninggalkan Dafa begitu saja. Salah seorang dari mereka mengacung jari tengah ke arah Dafa sambil menjulurkan lidah.
"Sialan!" geram Dafa lalu berniat kembali ke kelas.
Beep!!!
Dafa terkejut ketika mendengar suara klakson yang berbunyi tepat di belakangnya. Dafa segera menoleh untuk melihat orang yang membunyikan klakson tersebut.
"Ternyata sekolahmu disini, ayo naik!"
Dafa segera menaiki motor tersebut. "Nih, pakai helmnya." Dafa segera memakai helm dan mereka langsung pergi meninggalkan sekolah.
"Irfan, ada apa sampai menjemputku?" tanya Dafa, ternyata orang yang membonceng Dafa adalah Irfan. Ia datang membawa motor matic ke sekolah Dafa dengan alasan yang cukup sederhana.
"Entahlah, hanya saja tadi teman perempuanmu itu dibawa dengan para gangster kan?" ungkap Irfan.
"Eh … bagaimana bisa tau?" tanya Dafa.
"Tadi nggak sengaja berpapasan di jalan. Awalnya pengen olahraga pagi, tapi malah melihat sedan hitam yang membawa temanmu itu," jelas Irfan.
"Maksudku, darimana kau tau kalo yang membawanya itu gangster?" tanya Dafa lagi.
Irfan berpikir sejenak. "Eee … ada deh pokoknya," jawabnya lalu melajukan kecepatan motornya.
...~~...
Sebuah gedung tingkat empat berwarna kuning dengan dua penjaga di pintu depan. Terlihat juga beberapa kendaraan yang terparkir rapi di garasi. Sebuah mobil sedan berwarna hitam berhenti di depan gedung itu lalu menurunkan seorang anak perempuan berseragam sekolah dengan paksa.
Dafa dan Irfan yang masih berada di jalan dikejutkan dengan beberapa geng motor yang mengejar mereka. Beberapa anak yang tadi di sekolah Dafa juga ikut mengejar mereka. Jelas saja hal itu membuat Dafa semakin marah. Irfan menambahkan kecepatan hingga sampai ke pabrik tua.
"Kenapa kita kesini?" tanya Dafa yang merasa heran dengan Irfan.
"Hehehe … kita hajar dulu mereka. Kalau mengikuti sampai ke sana kan jadi masalah," ucap Irfan lalu menghentikan motornya dan melepaskan helm.
"Okelah, aku ikut saja," ucap lirih Dafa.
Dafa turun dari motor lalu meletakkan helm di jok. Ia berjalan perlahan-lahan sambil menunggu beberapa geng motor yang mengejar mereka. Baru melangkah beberapa langkah, beberapa dari mereka masuk ke dalam pabrik tua dengan menggeber motor mereka dan membuat suasana menjadi berisik.
"Dafa, mau kemana?" Irfan melihat Dafa yang berlari ke arah mereka.
Dengan cukup percaya diri dan sedikit rasa keberanian. Dafa berlari ke arah mereka dan melompat lalu menendang salah satu motor yang berada di barisan paling depan. Tentu saja hal itu membuat motor yang lainnya berhenti dan tumbang karena kaget dengan serangan Dafa yang tak diduga.
"Dasar orang gila," gumam Irfan lalu menyusul Dafa mendekati mereka semua.
[ Misi diperbarui ]
[ Kalahkan Geng Motor : 0/18 ]
[ Reward : 1000 gold ]
Dafa memegangi kepalanya lalu menarik poni sembari berkata, "Akan kubunuh kalian semua."
Mereka langsung menyerang Dafa secara bersamaan. Sembilan orang menyerang Dafa dan sembilan sisanya menyerang Irfan. Tentu saja keenam orang yang pernah melawan Dafa lebih memilih melawan Irfan yang mereka juga belum mengetahui kemampuannya. Namun mereka salah memilih Irfan yang tendangannya hampir setara dengan truk bermuatan 2 ton pasir.
Belum sampai lima menit, Irfan sudah menghabisi jatah lawannya. Lalu ia melihat Dafa yang malah duduk diatas tumpukan orang. Irfan mendekati Dafa sembari tertawa kecil.
"Kenapa nggak sekalian ditumpuk semuanya. Kan bisa jadi menara orang tuh," ucap Irfan yang bercanda.
Tapi Dafa malah melakukan hal tersebut. Ia malah menumpuk beberapa orang yang Irfan kalahkan tadi hingga tertumpuk hingga delapan belas orang.
"Benar-benar orang gila," gumam Irfan. "Yaudah, kita langsung aja ke tempat orang-orang itu!" ajak Irfan lalu mengambil motornya.
...### Solo Fighter ###...
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 72 Episodes
Comments
Mr. GR
Gak masuk akal, ada murid di culik disekolah dan ada anak SMA didepan nya babak belur guru masi dengan santainya ngajar . Gak waras tuh guru hahahaha
2022-06-28
3
Kaylha✌️✌️
sangat muantap
2022-06-27
1
108_Dugong
2 ton? gila bener tuh tendangan, ditendang serasa ketabrak trek njiir :v
2022-06-25
4