Episode 5 - Melawan Preman Teri (Bagian 2)
Dafa melakukan serangan Ap chagi ke musuh yang berdiri tegap di hadapannya. Sontak Rozak langsung menangkis tendangan Dafa dengan telapak tangannya. Rozak berniat melepaskan Danu lalu membanting ke lantai dengan sangat keras. Danu merintih kesakitan dan Miya segera mendekati Danu untuk meredakan sakitnya.
Kali ini Dafa berhadapan langsung dengan preman yang entah level berapa yang ia miliki. Yang jelas, Dafa belum pernah berkelahi. Meskipun pernah, mungkin itu pas masih anak-anak. Tapi sekarang, ia berhadapan langsung dengan lawan yang ia juga tak tahu kemampuan yang dimiliki lawan.
Jika Galang adalah juara petinju tingkat SMP, maka orang yang dihadapi Dafa kali ini adalah monster yang mungkin tak mempan ditinju.
Bagaimana tidak, semua otot yang terlatih dimilikinya terbalut oleh lemak yang menggumpal. Meski dipukuli berkali-kali pun, Rozak takkan merasakan kesakitan. Yang ada malahan orang yang memukul akan merasa kelelahan.
Gerakan tendangan yang sangat gesit mengarah ke dada Rozak. Dafa menggunakan Dollyo chagi untuk menyerang Rozak. Tanpa Dafa sadari, ia mampu mendaratkan tendangan di dada Rozak dengan mudah. Memang sedari awal, Rozak bukanlah seorang petarung jalanan, melainkan hanyalah tukang palak dan semacamnya.
Bugh!!! Bugh!!! Bugh!!!
Meski Dafa belum pernah bertarung sedikitpun, tapi jika selalu memadukan beberapa teknik tendangan yang ia pelajari. Maka orang biasa yang bukan petarung akan mengira, bahwa Dafa adalah petarung yang hebat.
"Ugh!!! Ugh!!! Ugh!!!" Rozak tak dapat menangkis serangan dari Dafa.
"Kalau tau dia adalah seorang petarung, aku takkan mengganggu anak ini," batin Rozak. Sedikit demi sedikit ia mundur untuk menghindari serangan Dafa.
Entah apa yang dipikirkan Dafa, ia malah menikmati pertarungannya saat ini. Tak ada sedikitpun kata takut dalam hati Dafa. Yang tadi hanyalah rasa gelisah dalam hatinya, sekarang malah menjadi semangat dan tertawa bahagia karena tak pernah merasakan hal seperti ini.
"Jangan mundur … br*ngs*k!" teriak Dafa dengan semangat yang mengguncang di dadanya.
Rozak yang mendengar teriakan semangat dari Dafa membuat nyali yang dimilikinya ciut. Yang awalnya dia adalah seorang babi hutan yang akan menyundul seekor kelinci yang kecil, sekarang malah seperti babi hutan yang imut sedang diburu dengan killer rabbit.
"Stop!!! Aku menyerah," ucap Rozak. Ia mengangkat tangan sambil menatap mata Dafa yang bertindak ingin menghajarnya. "Aku mengaku salah," tuturnya.
Dafa menghela nafas berat, ia menghentikan pertarungannya lalu duduk di lantai dengan kepala yang mendongak ke atas. "Pergilah, sebelum aku berubah pikiran," tegur Dafa.
Wajah Dafa tampak memerah, tatapannya juga mulai kosong, seluruh badannya juga mulai memanas. Dafa masih melihat Rozak belum pergi juga, akhirnya Dafa menatap Rozak dengan penglihatan yang hampir buram karena lelah. Sistem selalu merestorasi stamina milik Dafa, namun semua itu sia-sia karena Fatigue milik Dafa sudah mencapai batas dan tak bisa direstorasi kembali.
"Kubilang pergi, ya pergi!" teriak Dafa penuh amarah yang mengguncang. Entah apa yang ia pikirkan, namun sekarang ia tak lagi bersemangat. Melainkan seperti ada sesuatu yang mengganjal di pikirannya.
Rozak bergegas pergi meninggalkan minimarket, begitu juga dengan Danu dan Miya. Namun sebelum itu, Danu dan Miya memberikan uang kompensasi untuk menggantikan pintu yang dirusak oleh Rozak.
Dafa mengambil uang tersebut lalu ia terbaring di lantai dengan posisi yang nyaman. Merasa tak peduli lagi dengan tempat kerjanya, Dafa tertidur lelap disaat matahari mulai muncul dari ufuk timur.
Ayam mulai berkokok yang menandakan hari mulai pagi. Sang mentari mulai menyinari bumi untuk menggantikan rembulan. Insan yang terbiasa melakukan kegiatan di pagi hari mulai melakukan aktivitas mereka masing-masing.
Dari kejauhan, seorang pemilik minimarket berjalan untuk melihat kondisi minimarket pagi ini. Setiap pagi ia pasti pergi ke minimarket miliknya untuk melihat barang yang perlu ia stok. Ketika berjarak 10 meter, sontak ia terkejut melihat minimarket yang tak memiliki pintu lagi. Ditambah lagi, ia melihat Dafa yang tertidur di lantai dengan tangan yang menggenggam beberapa lembar uang berwarna merah.
Dengan perasaan yang penuh kekhawatiran. Pemilik toko membangunkan Dafa dengan hati-hati, takutnya ada suatu hal yang Dafa alami semalam.
"Dafa, Nak Dafa …," sapa pemilik toko yang membangunkan Dafa.
Dafa yang sepenuhnya belum tertidur lelap, ia dengan mudah terbangun hanya dengan panggilan dari sang pemilik toko. Dafa mengusap kelopak matanya yang masih terasa kantuk. Padahal belum ada satu jam ia tertidur, pemilik toko malah datang dan membangunkan Dafa. Mau tak mau Dafa harus bangun dengan paksaan dirinya sendiri.
"Hoam …" Dafa menguap sambil meregangkan tubuh. "Eh, pak Joko. Maaf ketiduran," ucap Dafa. Ia beranjak dari tidurnya lalu duduk sebentar untuk melancarkan peredaran darah.
Pemilik toko yang bernama Joko duduk di hadapan Dafa, lalu ia bertanya kepada Dafa mengenai hal yang terjadi semalam. "Dafa, apa yang terjadi semalam? Kok pintunya bisa pecah begini." Pak Joko lalu berdiri dan mengambil sapu serta pengki untuk membersihkan serpihan kaca yang berceceran.
"Biar saya aja, pak," pinta Dafa. Ia segera mengambil alat pembersih di tangan Pak Joko lalu membersihkan serpihan kaca yang berceceran.
Tak lama kemudian, shift pagi datang untuk menggantikan posisi Dafa. Ketika hendak melangkah masuk ke dalam, ia dikejutkan dengan kehadiran Pak Joko yang masih mengawasi Dafa membersihkan serpihan kaca. Dan juga ia juga terkejut ketika melihat pintu tak memiliki badan lagi.
Sinta mendekati Pak Joko untuk bertanya kepadanya. "Apa yang terjadi, Pak?" tanya Sinta dengan wajah kebingungan.
Pak Joko menatap wajah Sinta yang masih segar tak berkeringat dan didandani dengan cantik. Pak Joko lalu berkata, "Kata Dafa ada preman yang melempar batu ke dalam minimarket. Nggak salah sih, buktinya juga ada batu bata sebesar ini yang masuk ke dalam." Pak Joko menunjuk batu bata yang menyangkut di rak.
Selang beberapa menit, Dafa telah selesai membersihkan serpihan kaca yang berceceran di lantai. Ia segera mengembalikan sapu dan pengki ke tempatnya. Dafa lalu berjalan mendekati Pak Joko dan Sinta yang sedang mengobrol.
"Jadi, ayahmu itu konglomerat generasi ketiga, ya?" tanya Pak Joko ke Sinta.
"Sssttt, jangan keras-keras Pak." Sinta mengkhawatirkan pandangan orang terhadapnya.
Tiba-tiba Dafa mengganggu pembicaraan mereka berdua. "Halo Kak Sinta, apa kabar?" sapa Dafa.
"Baik, kamu ada masalah ya?" tanya Sinta yang mengkhawatirkan kondisi Dafa.
"Nggak kok," jawab Dafa, "oh iya, Pak … saya mau mengundurkan diri," lanjut Dafa yang berbicara kepada Pak Joko. Ia ingin mengundurkan diri sebab tak sanggup menahan pikiran yang selalu membebani hidupnya.
"Lah kok, kenapa? Ada yang gangguin kamu, ya?" tanya Pak Joko.
"Tidak kok, Pak. Hanya saja, saya ingin fokus ujian untuk kelulusan," jawab Dafa dengan wajah yang bersinar dipenuhi senyuman.
"Oh iya, Bapak baru ingat kalau kamu masih SMP," ucap Pak Joko lalu merangkul pundak Dafa, "yang jelas, kamu harus pikirkan masa depan kamu. Jangan merasa terbebani dengan kondisi hidup kamu. Semangat, ya." Pak Joko memberi semangat kepada Dafa.
"Kalau begitu, saya ijin pamit." Dafa meninggalkan mereka berdua. Namun langkahnya terhenti ketika mengingat uang yang dititipkan oleh preman yang bernama Danu tadi malam.
"Ini pak, uang untuk—"
Pak Joko menghentikan ucapan Dafa dengan menyumpal roti di mulutnya. "Uangnya ambil saja, ini juga ada gaji kamu selama sebulan kerja di toko saya." Pak Joko mengeluarkan dompet yang berisi kumpulan beberapa lembaran kertas berwana merah.
"Aduh, Pak. Saya jadi merasa merepotkan, Terima kasih ya pak," ucap Dafa lalu mencium tangan Pak Joko berkali-kali.
"I-iya, kamu hati-hati di jalan, ya," ucap Pak Joko.
Dafa beranjak pergi dari minimarket sambil melambaikan tangan ke mereka berdua.
Dengan hati yang sangat senang, ia tertawa kegirangan di sepanjang jalan. Bagaimana bisa tak menahan rasa senang ketika mendapatkan uang yang sangat besar daripada nominal gaji sebulan.
Dafa hendak cepat-cepat pulang untuk segera berangkat ke sekolah.
Sesampainya di rumah, Dafa membuka pintu dan tiba-tiba ia tergeletak di lantai begitu saja. Ternyata Dafa tak mampu menahan kelelahan jika berada di 80%, jika melewati itu maka Dafa harus dengan rela hati pingsan di pinggir jalan.
Angelina yang mendengar suara benda yang terjatuh di rumahnya, ia segera keluar dari kamar untuk mengecek asal suara. Sontak ia terkejut ketika melihat Dafa yang biasanya jarang kecapean ketika berkerja, sekarang malah tertidur lelap entah kenapa.
Angelina yang baik hati segera mengangkat abangnya menuju ke kamar lalu meletakkan di ranjang begitu saja.
"Huft!!! Pasti hari ini nggak sekolah." Angelina keluar dari kamar Dafa lalu menutup pintu.
...### Solo Fighter ###...
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 72 Episodes
Comments
Kaylha✌️✌️
luar biasa
2022-06-27
1
Reza
🆙🆙🆙
2022-05-07
3
Regilius
mode Pyscho dari Lookism
2022-04-18
5