Ryan duduk bersandar di kursi halaman belakang, salah satu tangannya bersedekap didada dan tangan lainnya memegang sebatang rokok yang sedang ia sesap. Tidak berselang lama Devan menghampirinya.
"Bagaimana hasilnya?" tanya Devan, duduk di samping Ryan namun posisinya berjauhan.
"Masih dalam penyelidikan," jawab Ryan, menoleh sesaat, lalu menghisap rokoknya lagi dan menghembuskannya asap rokok dari hidung dan mulut.
"Rokok?" Ryan menyodorkan sebungkus rokok kepada Devan.
"Aku sudah berhenti merokok sejak lama," Devan menolak halus. Ryan tersenyum tipis lalu menyimpan rokoknya lagi diatas meja yang ada di depannya.
"Crystal sudah mengetahuinya siapa dirimu." Devan mulai membicarakan hal yang serius.
"Tidak! Aku memalsukan identitasku," jawab Ryan, terkekeh kecil. Devan menaikan salah satu alisnya dan menatap pria berusia 30 tahun itu dengan tatapan tidak percaya.
"Gila! Bukankah memalsukan identitas adalah ilegal?" tanya Devan.
"Tentu hal itu legal untuk kami, karena kami spesial," jawab Ryan, dan Devan menganggukan kepalanya mengerti.
"Ya, aku percaya padamu dan aku titip putriku dan lindungi dia," pinta Devan dengan sangat.
"Tentu," jawab Ryan singkat.
"Dan ingat satu hal, jaga batasanmu karena aku tidak ingin putriku jatuh cinta dengan mu. Kamu tahu 'kan maksudku!" tegas Devan, lalu beranjak dan berjalan masuk kedalam rumah tanpa ingin tahu jawaban dari Ryan.
Ryan menganggukkan kepalanya dan tersenyum kecut disana. Kemudian ia mematikan rokoknya diatas asbak dan ia pun ikut beranjak masuk kedalam rumah, karena hari sudah malam.
Ryan mendudukan diri di sofa ruang keluarga, sembari memainkan ponsel. Namun mata tajam yang awalnya menatap layar ponsel tiba-tiba teralihkan menatap objek lain, dimana Crystal berjalan mengendap kucing yang akan mencuri ikan asin. Sepertinya gadis itu akan kabur, jika dilihat dari penampilannya yang seksih dan sangat cantik.
"Mau kemana?!" tanya Ryan, mengejutkan Crystall.
"Bukan urusanmu!" ketus Crystal, menegakkan badannya lalu begaya ala model papan atas.
Sial! Kanapa dia harus disini, bukankah tadi ada di halaman belakang?
Glek
Crystal menelan ludahnya kasar, ketika melihat sorot mata tajam Ryan.
Ryan beranjak dari duduknya ingin menghampiri Crystal. Namun dengan cepat gadis itu berlari keluar rumah.
"Siall! Dasar gadis nakal!" umpat Ryan, secepat kilat mengejar Crystal.
Crystal terus berlari dan menuju pintu gerbang dimana Ken sudah menunggu di luar sana. Akan tetapi ia kalah cepat, karena Ryan lebih dulu menarik tangannya.
"Lepas!" sentak Crystal, menyentakkan tangannya berharap cekalan kuat itu terlepas.
"Jangan harap!" tegas Ryan, lalu membopong tubuh Crystal seperti karung beras dan membawanya masuk.
"Ya!! turunkan aku! Ryan sialan!" maki Crystal, memukuli punggung tegap itu. Tapi, Ryan tidak mendengarkan Crystal dan membawa gadis itu kelantai tiga dimana kamarnya berada.
Bruk
Ryan melemparkan tubuh Crystal diatas tempat tidur, kemudian ia menggulung lengan bajunya sebatas siku. Dan berkacak pinggang di depan Crystal.
"Bisa tidak lembut sedikit kepada perempuan!" maki Crystal, sembari memegangi pinggangnya yang terasa sakit.
"Kamu ingin mencoba kabur lagi?!" tanya Ryan, menatap tajam Crystal.
"Kalau iya kenapa? Hah! Kamu ingin menghukumku!" tantang Crystal, beranjak dan berdiri diatas tempat tidur, membalas tatapan tajam Ryan tanpa rasa takut.
"Oke!" Ryan menganggukan kepalanya, berjalan kearah pintu lalu mengunci pintu tersebut dan memasukan kunci itu kedalam kantomng celana.
"Hei! Kamu mau apa?" Wajah Crystal panik, turun dari tempat tidur. "Berikan kuncinya, aku ingin keluar!" Crystal menengadahkan tangannya.
"Bukankah kamu yang meminta untuk di hukum?" Ryan tersenyum jahat, membuat Crystal menciut dan beringsut mundur.
"Kapan aku minta di hukum?" Suara Crystal sudah bergetar dan ia menundukan kepalanya, karena Ryan semakin berjalan mendekat.
"Ryan!" sentak Crystal, menahan dada bidang itu yang sudah barada di hadapannya.
"Apa, hem? Jangan pernah menantang pria dewasa atau kamu akan tahu akibatnya," desis Ryan, mencubit lembut dagu Crystal hingga membuat gadis itu mendongakkan kepalanya.
"Apa kamu ingin menciumku? Silahkan saja bukankah kamu tidak menyukai wanita?!" balas Crystal, tajam.
Ryan menyunggingkan senyumannya, lalu ia melepaskan cubitan tangannya dan memundurkan langkahnya. Tentu hal itu membuat Crystal bernafas lega, namun hanya beberapa saat, ketika Ryan menarik tengkuknya dan melabuhkan ciuman lembut di bibir seksihnya.
Kedua mata Crystal terbuka lebar, jantungnya berdetak cepat, waktu pun seolah berputar lambat, dan seketika itu ia lupa caranya bernafas.
Ciuman pertamaku! Batin Crystal, ia tersadar dan berusaha mendorong dada bidang Ryan dengan kuat.
Plak
Crsytal menampar pipi Ryan ketika ciuman itu terlepas dan menatap pria itu penuh permusuhan.
"Lancang sekali kamu! Kamu ingin ak— emphhhh," ucapannya terhenti ketika bibirnya di bungkam lagi dengan ciuman panas.
Jika yang pertama tadi hanya sebuah kecupan, berbeda dengan kedua kalinya, Ryan menyesap bibirnya atas bawah bergantian.
Ryan menarik kedua tangan Crystal yang memukuli dadanya lalu melingkarkannya di leher kokohnya.
Ryan sepertinya sudah tidak bisa menahan dirinya lagi, ia semakin memperdalam ciumannya dan ia sangat pandai membawa suasana, hingga membuat Crystal terlena. Yang awalnya menolak kini malah membalas pagutan itu walau masih kaku.
Keduanya memejamkan mata dan bibir mereka saling bertaut, suara decapan demi decapan terus terdengar seiring keduanya saling mellumat dan membelit lidah.
"Ryan." Crystal melenguh ketika, bibir tebal itu menyusuri lehernya. Sepertinya Ryan sudah sangat bergairah dan membawa Crystal keatas tempat tidur dengan bibir yang terus menelusuri leher jenjang itu.
"Eugh." Ryan semakin gila. ketika mendengar lenguhan gadis itu, seperti nyanyian yang terdengar sangat merdu di telinganya.
Ryan kembali mencium bibir itu dengan sangat rakus dan Crystal pun membalasnya, berusaha mengimbangi pagutan yang di berikan Ryan.
"Ryan." racau Crystal, ketika salah satu tangan Ryan bermain di dadanya. Rasa aneh yang tidak pernah Crystal rasakan sebelumnya, tapi rasa itu terasa nikmat, enak dan geli bercampur menjadi satu.
"Ya," jawab Ryan, dengan nafas yang memburu dan terus mencumbu gadis yang ada di kungkungnya dengan penuh gairah.
"Hah," Crystal membuang nafasnya dengan kasar, entah kenapa ia menginginkan hal lebih dari ini. Kemudian ia melepaskan satu persatu kancing kemeja Ryan. Melihat reaksi Crystal yang membuka kemejanya, ia pun tidak mau kalah dan menarik dress yang di kenakan Crystal hingga lolos dari tubuhnya. dan terpampanglah tubuh yang indah itu, membuat Ryan semakin gila.
"Ryan, lakukan," pinta Crystal. Ryan mengangguk dan satu persatu kain yang ada di tubuh mereka terhempas keatas lantai. Keduanya sepertinya sudah di selimuti gairah yang membara hingga sesuatu hal yang terjadi tidak bisa di cegah lagi.
"Sakit," rintih Crystal, mencengkram punggung Ryan dengan kuat.
"Tahan sebentar lagi." Ryan berusaha masuk kedalam sana, sambil mencium bibir yang sudah bengkak itu.
"Ryan!!!!"
Panas🥵🥵🥵🥵🥵
Kasih dukugannya dengan cara tekan like, favorite, komenter, vote dan kasih gift.
Makasih semuanya😘
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 163 Episodes
Comments
Dyah Oktina
eh... d suruh melindungi kok jd ....merusak... apa mimpi ya ryannya..
2024-11-23
0
Berdo'a saja
yaah belah duren duluan
2023-11-28
2
Qorie Izraini
lah ...dilarang Papi Devan jatuh cinta
eh malah main junkat junkit...
2023-11-25
1