Hiduplah dengan keegoisanmu!

Acara pernikahan yang di gelar di siang hari dan selama 5 jam itu akhirnya selesai dan tamu juga sudah pulang semua. Dan disinilah Crystal dan Ryan berada, didalam kamar hotel khusus untuk pengantin baru.

Crystal sudah membersihkan diri dan mengganti pakaiannya begitu pula dengan Ryan. Keduanya kini duduk di tepian tempat tidur dan saling diam, bukan karena sedang bertengkar akan tetapi keduanya kini sedang menyelami pikiran masing-masing.

Tidak kehadiran Devan tentu saja menjadi sebuah pukulan besar untuk Crystal. Sedangkan Ryan, berusaha untuk menguatkan istrinya agar lebih kuat dan tegar.

"Apa sebegitu bencinya Papi denganku?" tanya Crystal dengan suara yang sangat lirih, wajahnya tampak lesu dan tidak bersemangat.

Crystal sadar jika dirinya sangat salah, semenjak diusir dari rumah besarnya dua minggu yang lalu, ia putus kontak dengan Ayah dan ibunya, tapi dengan Safira ia masih sering bertukar kabar dan menanyakan keadaan orang tuanya dari adiknya itu.

Ryan menghela nafasnya, lalu ia merengkuh bahu istrinya dan membawanya kedalam pelukannya. Dan di pelukan suaminya, Crystal menumpahkan tangisnya lagi.

Aku berjanji akan selalu membuatmu bahagia. Batin Ryan, lalu mengecup pucuk kepala Crystal dengan lembut.

Di tempat lain, Devan sedang berada dikamar putrinya sembari memeluk pakaian Crystal yang ia ambil dari dalam lemari.

"Kenapa kamu tidak kembali?" lirih Devan, meneteskan air matanya.

Semenjak ia mengusir Crystal, rumah yang dulunya penuh warna kini terlihat gelap tidak ada keindahan lagi di rumah itu. Bahkan Raya dan Safira mendiamkan dirinya selama dua minggu ini, membuat dirinya semakin di rundung rasa penyesalan yang sangat luar biasa.

"Kamu disini?" tanya Raya datar, saat membuka kamar Crystal.

"Iya," jawab Devan singkat. "Kamu dari mana?" tanya Devan, saat melihat istrinya seperti baru selesai mendatangi sebuah acara besar.

"Arisan!" bohong Raya, kemudian ia melangkah masuk dan berjalan menuju lemari Crystal dan mengeluarkan semua pakaian Crystal dari sana.

"Kenapa kamu mengeluarkan pakaian putriku?!" bentak Devan, beranjak dari duduknya dan memasukan kembali pakaian Crystal kedalam lemari.

"Memang kenapa? Bukankah dia bukan anggota keluarga ini lagi!" bentak Raya tidak kalah keras.

"Dia putriku dan sampai kapanpun dia tetap putriku!!"

"Oh ya! Jika dia putrimu kenapa kamu tidak datang di hari bahagianya, Hah!!!" seru Raya dengan keras, bahkan ia tidak kuasa menahan air matanya lagi.

DEG

Jantung Devan berdetak sangat cepat, saat mendengar ucapan istrinya. "Apa? Hari bahagia?" tanya Devan, tergugu.

"Iya!! Crystal menikah dengan Ryan!" ucap Raya, menghapus air matanya dengan kasar.

"Tapi kenapa mereka tidak memberitahuku?" Badan Devan terasa sangat lemas, seperti tidak bertulang.

"Apa kamu lupa beberapa hari yang lalu Ryan datang kesini memberikanmu sebuah undangan? Tapi karena keegoisanmu, kamu mengabaikan undangan itu! Apa kamu patut di sebut sebagai seorang Ayah?! Crystal memang salah, tapi tidak adakah toleransi sedikit pun dari mu?" tanya Raya, meluapkan rasa sakit hatinya.

"Sayang aku—"

"Aku rasa tidak ada yang perlu di bicarakan lagi! Hiduplah dengan ke egoisanmu itu! Dua puluh dua tahun kita menikah baru kali ini aku sangat kecewa denganmu!" Raya meluapkan kekesalan dan rasa kecewanya. Setelah itu ia keluar dari kamar Crystal, meninggalkan suaminya yang mematung disana.