Mencari kesempatan!

UHUK ... UHUKK ...

Ryan yang sedang meminum es teh manisnya pun langsung tersedak.

"Crys!!" geram Ryan tertahan dan menatap tajam istrinya.

Beruntung di warung tenda itu tidak ramai pembeli, tapi tetap saja pertanyaan Crystal membuatnya malu. Apalagi, ia melihat bapak penjual sate tersenyum geli sembari menatapnya.

"Ih! Aku 'kan mengatakan yang sejujurnya! Kenapa kamu jadi marah begitu sih!" ketus Crystal, lalu beranjak dari duduknya.

"Mau kemana!" cegah Ryan, menarik tangan Crystal hingga membuat gadis itu terduduk kembali.

"Cepat habiskan makanan mu! Jangan seperti anak kecil! Kamu juga harus bisa mengontrol ucapanmu itu!!" tegas Ryan, namun dengan nada pelan.

"Memangnya aku mengatakan apa?! Dasar kanebo kering!" sungut Crystal, lalu menghabiskan makanannya dengan cepat.

"Apa kamu bilang?" tanya Ryan, geram.

"Tidak!" jawab Crystal, dengan singkat.

Ryan menghembuskan nafasnya dengan pelan, menghadapi istrinya yang sedang merajuk harus mempunyai kesabaran ekstra.

Yang benar saja seperti lontong? Tapi apa iya? Batin Ryan, menatap lontong berukuran cukup besar yang tergeletak diatas piring di hadapannya, lalu matanya beralih menatap tonjolan yang bersembunyi di balik celana Jeansnya.

Sedetik kemudian, ia tersenyum tipis lalu menatap istrinya yang sedang menyantap sate dengan sangat rakus.

"Makan yang banyak, dan bersiaplah untuk melayaniku sampai pagi!" bisik Ryan, dengan sesual.

Mata Crystal membola dan tubuhnya mematung, katika mendengar bisikan gaib itu.

Fyuhhh

Ryan meniup telinga Crystal dengan lembut, hingga membuat tubuh gadis itu meremang.

Kenapa dia jadi mengerikan seperti itu sih? Batin Crystal, melirik suaminya yang tersenyum mesum kepadanya.

Tapi, bukankah dia selalu terlihat mengerikan? Bersikap lembut cuma diatas ranjang saja! Dasar kanebo kering. Umpat Crystal di dalam hati. Karena Ryan hanya lembut dan manis jika sedang bercinta saja.

Setelah selesai makan malam diwarung tenda, pasangan pengantin baru itu kembali ke hotel tempat mereka menginap.

Saat ini keduanya sudah sampai kamar hotel. Crystal yang merasa gerah pun langsung mencepol rambutnya keatas memperlihatkan bahu dan leher jenjangnya yang sangat mulus dan putih tanpa cela.

Ryan yang duduk ditepian tempat tidur sembari merokok, melihat pemandangan itu tentu saja membuat gairahnya memuncak.

"Jangan menatapku seperti itu, Aaron Ryan!!" ketus Crystal, saat melihat tatapan mesum dari suaminya.

Apa dua ronde tadi tidak cukup untuknya? Gerutu Crystal dalam hati.

Ryan tergelak ketika melihat respon istrinya. Inilah yang ia suka dari Crystal si gadis jutek, bar-bar tapi juga sangat menggemaskan jika sedang marah.

"Kemari!" titah Ryan, menggerakkan tangannya agar Crystal mendekat kepadanya.

"Tidak mau! Kamu ingin menggempurku lagi 'kan?" tolak Crystal, memundurkan langkahnya.

"Ck! Dasar otak mesum!! Kesini atau aku akan benar-benar meng—" ucapan Ryan terhenti ketika Crystal berlari kearahnya dan langsung duduk di pangkuannya.

"Puas!!" sungut Crystal, mengalungkan kedua tangannya keleher Ryan.

"Aku tidak menyuruhmu duduk di pangkuanku," ucap Ryan, namun salah satu tangannya melingkar di pinggang ramping istrinya dan tangan lainnya memegang sebatang rokok yang sedang ia sesap.

"Ya sudah, kalau begitu!!" Crystal ingin beranjak namun, pinggangnya di tahan oleh Ryan.

"Kamu sudah tidak bisa lolos, Sayang," bisik Ryan, lalu mematikan bara rokok itu di permukaan asbak, setelah itu ia menggendong Crystal dan merebahkannya diatas tempat tidur dengan pelan.

"Dasar curang!!! Menyebalkan!" sungut Crystal, saat suaminya sudah mengungkung tubuhnya dan meloloskan pakaiannya hingga dirinya polos tanpa sehelai kain.