Wanita berpakaian sexy itu terkejut saat mencium tangan seseorang, dia segera menjauhkan wajahnya dan menatap kesal si empunya tangan.
"Berani-beraninya menganggu!" bentak wanita itu penatap seorang gadis dengan kacamata tebal.
"Minggir," ucap Jelita dingin.
Jelita mendorong wanita itu hingga terjungkal dari posisi duduknya yang berdempetan dengan Ryo. Dia sangat marah karena calon suaminya berdekatan dengan wanita lain, bahkan hampir berciuman. Meskipun dia tahu jika Ryo memang sudah sering melakukan hal itu saat masih di LA, tapi dia tidak terima jika melihatnya dengan mata kepalanya sendiri. Mau bagaimanapun Ryo itu calon suaminya walaupun dia dan Ryo tidak saling mencintai.
"Bang-sat!" umpat wanita itu.
Jelita langsung melemparkan sejumlah uang dengan nominal yang sangat banyak ke arah wanita itu, "Kamu butuh ini, bukan?"
Wanita itu terkejut dan langsung memunguti uang yang Jelita lempar tadi, dia memang wanita penghibur yang sangat membutuhkan uang.
Setelahnya wanita itu pergi.
"Uhmm, wanita cantikku kenapa pergi?" rengek Ryo dengan tatapan sayu, seperti anak kecil yang kehilangan permen.
Jelita menatap tajam Ryo. Bisa-bisanya pemuda itu kabur dan pergi ke Club malam, padahal Jelita sangat menghawatirkan Ryo. Gadis itu bahkan sampai mencari Ryo ke seluruh kota.
Lalu apa sekarang? Jelita justru menemukan Ryo sedang bersenang-senang di Club. Ingin sekali dia mencekik leher Ryo.
"Cupu... Kamu semakin jelek saja," gumam Ryo saat melihat Jelita.
Jelita tidak memperdulikan gumaman Ryo, dia segera membawa Ryo. Jelita menggendong Ryo dengan begitu mudahnya.
"Hik, aku melayang," ucap Ryo cegukan.
"Jelita?" Gavin yang menghampiri Jelita, "Kamu mau bawa ke mana Ryo?"
"Pulang," jawab Jelita sekenanya.
"Apa dia mabuk?" tanya Gavin yang melihat Ryo masih bergumam tidak jelas di gendongan Jelita. Ryo mengalungkan tangannya pada leher Jelita, Ryo menempelkan pipinya pada pipi Jelita dan mendusel-dusel seperti kucing.
"Ya, kami pergi dulu," kata Jelita berlalu meninggalkan Club.
"Gila, ternyata kamu benar, cewek itu kuat banget," celetuk Jerome yang baru mempercayai perkataan Gavin saat di Restauran.
"Bisa-bisanya dia menggendong Ryo seperti putri raja," ucap Anggasta.
"Apakah dia wanita kuat yang sebenarnya?" tanya Chandran.
"Sudahlah, lebih baik kita pulang juga," instruksi Gavin.
**
Sesampainya di rumah.
"Kamu jelek banget sih, Hik," Ryo masih meracau.
"Aku memang jelek," ucap Jelita yang menurunkan Ryo dari gendongannya dan menidurkan pemuda itu di atas ranjang.
Jelita menghela napas berat. Dia membuka sepatu sneakers berserta kaos kaki yang Ryo gunakan.
"Aku tidak harus membuka bajunya, kan?" tanya Jelita pada dirinya sendiri.
Dengan segala pertimbangan jelita membuka ikat pinggang Ryo, setidaknya dia akan melepas ikat pinggang Ryo agar pemuda itu nyaman.
Grep
Ryo menarik tangan Jelita hingga gadis itu tertidur di pelukannya.
Jelita terkejut dengan apa yang Ryo lakukan. "Lepas," ucap Jelita mendorong Ryo.
"Kamu wangi sekali, Jelita," lirih Ryo dengan mengusap punggung Jelita, "Aku sangat menyukai wangimu."
Deg
Jelita merasakan jika jantungnya berdetak dengan tidak wajar, ini adalah kali pertama Ryo memanggil namanya, dan pemuda itu berkata jika menyukai wangi tubuhnya.
Kenapa Jelita merasa senang hanya karena itu?
Ryo melepas pelukannya, dengan tatapan sayu pemuda itu menatap Jelita, dia melepas kacamata yang dikenakan Jelita.
"Matamu..."
Jelita segera menutup matanya, Ryo tidak boleh melihat matanya, mata amber milik jelita sangatlah langka, hanya keluarga Albirru yang memilikinya. Bisa-bisa Ryo tahu penyamarannya.
"Buka matamu, Jelita," ucap Ryo dengan bisikan yang lembut.
Karena bisikan yang lembut itu pula Jelita membuka matanya.
"Matamu cantik sekali, Kenapa menyembunyikannya?" kata Ryo yang menatap dalam mata amber Jelita, dia bahkan tidak berkedip untuk menatapnya.
Pada kenyataannya Ryo terlalu bodoh untuk menyadari jika mata langka Jelita adalah warisan dari keluarga Albirru.
"Karena aku tidak bisa melihat tanpa kacamata," jawab Jelita dengan berbohong.
Ryo merengut, "Sayang sekali..."
Ryo mendekatkan wajahnya pada Jelita dan menempel bibirnya pada bibir Jelita. Hanya satu detik Ryo mengecupnya, dan itu sukses membuat wajah Jelita merona dengan sempurna.
Setelahnya Ryo tertidur dengan napas yang teratur.
Jelita menutup wajahnya yang memanas, "Kenapa Ryo begitu manis saat mabuk?" cicitnya.
**
Pagi hari.
Seperti pada hari-hari sebelumnya, Jelita menyiapkan sarapan untuk Ryo dan dirinya sendiri.
Ryo datang memasuki ruang makan dan mendudukkan dirinya di kursi. Ryo terlihat simpel dengan menggunakan kaos putih dan cardigan berwarna honey brown.
Lalu pemuda itu makan dengan tenang.
Jelita melirik Ryo dari balik kacamatanya. Dia bertanya-tanya kenapa Ryo bersikap biasa saja padanya? Dia kira Ryo akan merubah sifatnya setelah perlakuan manis pemuda itu tadi malam, padahal dia merasakan gugup saat ini.
Ryo memakan sup hangat yang dibuat Jelita, setelah semalaman dihajar alkohol, dia memang membutuhkan asupan protein dan elektrolit untuk mengganti cairan tubuhnya yang hilang. Jelita sengaja memasang sup ayam untuk Ryo.
"Semalam..."
Deg
Jelita segera mendongak mendengar Ryo yang membuka suara.
"Kamu yang membawaku dari Club?" tanya Ryo.
Apa Ryo tidak mengingat kejadian semalam? Jadi perlakuan manis Ryo hanya efek mabuk saja?
"Ya," jawab Jelita singkat. Dia kecewa karena kenyataan itu.
"Awas jika kamu mengadukan aku pada Ayah," ancam Ryo dengan menatap Jelita tajam.
"Itu tugasku untuk melaporkan segalanya pada tuan Xavier," ucap Jelita, dia mana takut dengan ancaman Ryo.
"Dasar pengaduan!" bentak Ryo, lalu bangkit dari duduknya dan meraih gelas yang berisikan air putih.
Byurr
Ryo menyiram Jelita tepat di kepala gadis itu, "Mengadulah sesukamu!"
"Dasar cewek cupu yang menjijikkan."
Plak
Jelita menampar pipi Ryo dengan mata yang sudah memerah, mau sampai kapanpun Ryo memang tidak bisa merubah sifatnya. Jadi untuk apa dia menuruti peraturan itu? Bahkan Ryo tidak ada perubahan sama sekali.
"Kamu berani mempar aku?" tanya Ryo dengan geram.
Bugh
Jelita meninju perut Ryo dengan begitu kencang.
"Ugh!" Ryo meringis kesakitan dan memegang perutnya yang luar biasa sakit, belum lagi dia habis makan tadi, ingin rasanya dia memuntahkan semua isi perutnya.
"Peraturan yang kamu berikan sudah tidak berlaku lagi, tuan muda. Aku menandatangani itu karena percaya jika kamu akan berubah menjadi lebih baik lagi. Tapi apa yang telah kamu lakukan? Pergi ke Club dan hampir bermain dengan seorang wanita murahan," ucap Jelita dengan nada yang menusuk, "Sampai kapanpun kamu tidak mungkin bisa berubah."
Ryo terdiam, ini memang kesalahannya. "Berubah itu bukanlah hal yang mudah seperti membalikan telapak tangan," kata Ryo dengan mengepalkan tangannya.
"Niat yang terpenting," tukas Jelita yang membuat Ryo tertegun.
"Niat?"
"Setiap perubahan, bahkan perubahan menjadi lebih baik, selalu disertai dengan kekurangan dan ketidaknyamanan. Harus ada niat yang kuat dalam diri masing-masing untuk mengatasi hal itu," jelas Jelita.
Ryo terdiam untuk memikirkan apa yang di jelaskan Jelita. Selama ini dia memang tidak ada niat untuk berubah.
"Jadi apa sekarang sudah ada niat itu di dalam dirimu?" tanya Jelita menatap intens Ryo.
"Ya, aku akan memunculkan niat itu. Aku akan membuktikan padamu dan Ayah jika aku bisa berubah," kata Ryo dengan keyakinan pada dirinya.
"Buktikanlah."
Perubahan diri memerlukan perjuangan dan niat yang begitu kuat. Ryo akan berjuang demi perubahan diri dan membetulkan pandangan orang pada dirinya.
Ryo harus berhenti bermain-main lagi sekarang.
_To Be Continued_
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 153 Episodes
Comments
Qaisaa Nazarudin
Nah kan ku bilang juga apa, Kalo Jelita masih prinsipnya mengikuti syarat yg Ryo berilan, Mana mungkin Ryo berubah, Harus dari awal Jelita itu Tegas dgn Ryo, Baru Ryo bemar2 Berubah,,
2023-11-08
3
Osie
gimana nasib dompet jelita ya..jgn sp varo tau siapa kelima sebnrnya
2023-09-12
0
ciru
cakeep
2023-07-31
0