Langit hitam kelam dengan bintang-bintang bertebaran.
Ryo berdiri dengan menyandar pada dinding yang terbuat dari hebel. Dia menyesap rokok yang diapit jari telunjuk dan tengah, matanya terpejam untuk menikmati nikotin yang memasuki tubuhnya dan setelahnya asap keabu-abuan keluar dari mulutnya yang sedikit terbuka.
Drett
Drett
Pemuda itu mengeryitkan dahi saat ponsel yang berada di saku celana jeans hitam miliknya bergetar. Ryo segera mengambil ponselnya itu dan melihat siapa gerangan yang tengah menghubungi dirinya.
"Halo," ucap Ryo setelah menekan tombol hijau.
[Di mana kamu sekarang, bocah?]
"Di kantor polisi."
Saat ini Ryo memang sedang berada di luar kantor polisi dan Jelita sedang berada di dalam untuk memberikan keterangan atas aksi kejar-kejaran itu.
[Di mana Jelita? Apa dia baik-baik saja?]
Xavier menang sudah tahu dengan aksi pengejaran itu, dan dia sangat khawatir dengan calon menantunya itu.
"Dia sedang memberikan keterangan pada polisi, dia baik-baik saja."
[Syukurlah.]
"Tunggu... Kenapa Ayah justru menanyakan keadaan Bodyguard cupu itu? Sebenarnya anak dari keluarga Januartha itu aku atau dia?"
[Kamu itu anak pungut.]
Ryo kesal dengan jawaban sang Ayah, "Bercanda Ayah nggak lucu."
Terdengar suara tawa dari ujung sana.
[Ayah tahu jika kamu pasti baik-baik saja karena Jelita dapat dipercaya untuk melindungi bocah begajulan seperti kamu.]
"Berhentilah menyebut aku bocah begajulan."
[Oh, mana bisa. Kamu saja belum ada perubahan sama sekali.]
"Aku pasti akan berubah menjadi lebih baik, tunggu saja."
[Sejak dulu juga sudah Ayah tunggu.]
"Ya, tunggulah lagi sampai rambut ayah beruban sepenuhnya."
[Bocah kurang ajar!]
Ryo langsung mematikan sambungan telepon itu. Dia melanjutkan acara merokoknya yang tertunda, dia membutuhkan asupan nikotin yang sudah menjadi candu baginya itu.
"Berhentilah merokok, tuan muda," kata Jelita yang sudah berdiri di depan Ryo. Gadis itu baru saja keluar dari dalam kantor polisi.
Bukannya menurut, Ryo justru meniup asap rokok tepat di wajah Jelita.
"Uhuk!" Jelita terbatuk karena ulah Ryo yang begitu tidak sopan itu.
Ryo tersenyum culas melihat wajah memerah Jelita karena habis terbatuk, "Makan tuh asap rokok."
Jelita menatap sengit Ryo, dia langsung memukul tangan pemuda itu hingga puntung rokok yang masih setengah terjatuh pada lantai semen. Jelita langsung menginjak rokok itu hingga tidak terbentuk lagi.
"Shi-t! Kamu memukul aku?" Ryo terlihat marah atas tindakan Jelita yang memukul tangannya. "Apa kamu lupa dengan peraturan yang telah kamu tandatangani?"
"Salahmu sendiri yang bertidak nggak sopan," kata Jelita tanpa ada rasa takut sama sekali.
"Apa aku perlu bertindak sopan pada Bodyguard? Cih, jangan berharap lebih, akulah tuanmu, mana ada tuan yang bersikap sopan pada peliharaanya?" kilah Ryo dengan tidak etis.
Jelita mengepalkan tangannya, pemuda di depannya itu sungguh menyulut emosinya.
"Maaf," kata jelita pada akhirnya. Dia harus menahan emosinya demi kelancaran misi yang sedang dia jalani.
"Hanya maaf? Memangnya aku membutuhkan kata maafmu yang tidak berharga itu?" ucap Ryo dengan songongnya.
"Lalu aku harus apa, tuan muda? Aku berjanji nggak akan kelepasan memukulmu lagi," tukas Jelita dengan menunduk, dia menunduk hanya karena ingin menyembunyikan wajahnya yang memerah karena sedang menahan sesuatu yang ingin meledak.
"Kamu harus mendapat hukuman," kata Ryo dengan seringainya.
**
Sepulangnya di rumah, Ryo langsung menghukum Jelita.
"Ahhh.... Yeah. Lebih kencang...."
"Apa seperti ini?"
"Y-ya, lakukan seperti itu..."
"Hmm."
"Naik sedikit lagi."
"Ya."
"Uhmm yeah di situ."
Terdengar suara kenikmatan dari arah ruang tamu. Terlihat Ryo yang sedang terduduk di sofa berwarna merah maroon dan Jelita yang sedang berlutut di bawah, tepat di sebelah kaki Ryo yang menggantung di meja.
"Kamu pintar juga memijit, cupu," kata Ryo dengan memejamkan mata, menikmati hal yang Jelita lakukan padanya. Pijitan Jelita begitu enak baginya.
Ya, Jelita sedang memijit kaki Ryo.
Sedangkan Jelita hanya menurut saja menerima hukuman yang diberikan Ryo, meskipun mengorbankan harga dirinya karena harus berlutut pada Ryo. Sebenarnya dia ingin sekali mematahkan kaki Ryo yang sedang dia pijit itu.
"Beruntunglah karena aku hanya menyuruh kamu memijit kakiku," ucap Ryo karena melihat raut Jelita yang terlihat tertekan.
"Ya, tuan muda. Terima kasih atas kemurahan hati yang kamu berikan," kata Jelita dengan menekankan kata kemurahan hati.
Ryo tertawa setelahnya. Dia senang karena berhasil membuat Bodyguard yang kurang ajar padanya itu kesal.
'Sinting,' maki Jelita dengan melihat Ryo dari balik kacamata tebalnya.
"Teruslah memijit hingga 5 jam ke depan."
'What The F#ck!'
**
Di sebuah ruang kerja dengan dinding yang menggunakan warna pastel yang lembut dan furniture yang bernuansa klasik.
"Apa kamu sudah menemukan siapa yang melakukan pengejaran itu?" tanya Xavier pada seorang laki-laki yang berdiri di hadapannya.
"Ya, tuan. Ini adalah ulah dari Delaney Corp," jawab Jefra Annefall, orang kepercayaan Xavier.
"Lakukan pembalasan," perintah Xavier dengan wajah yang mengeras.
"Baik, tuan," kata Jefra dengan patuh. Laki-laki itu segera keluar dari ruangan.
Memang selalu begini, jika ada saingan bisnis yang berusaha mencelakai Ryo maka Xavier yang akan melakukan pembalasan. Dunia bisnis itu memang kejam, banyak sekali orang yang melakukan pelanggaran etika bisnis dan menghalalkan semua cara untuk semakin memajukan perusahaan mereka.
Drett
Drett
Xavier langsung mengangkat panggilan telepon itu ketika tahu siapa yang menghubunginya itu.
"Ya, Arthur."
[Apa kamu sudah mengurusnya, Xavier?]
"Sudah, aku juga tidak akan tinggal diam saat anak dan calon menantuku baru saja mendapatkan bahaya."
[Ya, itu memang sudah seharusnya.]
"Kamu tenang saja, Arthur. Jelita pasti akan baik-baik saja bersama Ryo."
[Bukankah Ryo yang akan baik-baik saja jika bersama Jelita?]
Xavier tertawa kikuk. Putranya itu memang tidak bisa diandalkan.
[Jika bukan wasiat dari mendiang istriku aku nggak akan pernah membiarkan putriku menikah dengan putramu yang berkelakuan buruk itu. Jelita terlalu sempurna untuk Ryo.]
"Maaf jika putraku begitu membuatmu kecewa. Ryo pasti dapat merubah kelakuannya itu."
[Semoga saja dia dapat berubah.]
"Itu pasti akan terjadi, bukankah Jelita yang akan merubah Ryo? Aku percaya dengan calon menantuku itu."
[Ya, aku juga percaya dengan putriku yang akan merubah putramu. Jelita adalah kebanggaanku.]
Pada kenyataannya Xavier dan Arthur adalah saingan bisnis, tapi ke dua istri mereka adalah teman baik sejak masa sekolah. Istri mereka yang sudah meninggal itu menitipkan sebuah wasiat untuk menikahkan putra dan putri mereka.
Karena rasa cinta yang begitu besar pada sang istri, mereka rela mengenyampingkan permusuhan itu dan berniat menuruti wasiat itu. Terkadang kita memang perlu untuk berdamai dengan keadaan.
Mereka berharap keputusan yang mereka ambil akan membawa kebahagiaan bagi Ryo dan Jelita.
_To Be Continued_
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 153 Episodes
Comments
Sandisalbiah
Ryo itu musibah buat jelita dan sebaliknya
2024-05-11
0
April Omen
ryo.. player.. begajulan, tp penakut.. ga bs bela diri.. aish.. males baca nya.. sori thor ga lanjut..
2024-01-04
0
Lina Maulina Bintang Libra
😁😁😁 rasakan ryo
2023-10-25
1