"Bangun, sayang," suara yang begitu lembut membangunkan Ryo yang masih tertidur dengan pulas.
"Ryo masih mengantuk, Ibu," gumam Ryo dengan masih menutup matanya.
"Ryo..."
Ryo segera membuka matanya, dia terbangun dari posisi tidurnya. Ryo habis memimpikan sang Ibunda, wangi ranjang tempatnya terbaring begitu mengingatkan dirinya dengan sang Ibu yang telah tiada, wangi yang sama seperti Jelita. Itulah mengapa dia sangat menyukai wangi vanila dari tubuh Jelita, karena sangat mirip dengan wangi Ibunya.
"Di mana aku? Ini bukan kamarku," ucap Ryo pada dirinya sendiri, "Apa semalam aku tidur berjalan?"
Ryo menyadari jika dia memang mempunyai kebiasaan tidur berjalan.
"Apa ini kamar Jelita? Apa aku semalam tidur dengannya?" seketika wajah Ryo memerah karena spekulasi yang dia kira.
Ryo segera bangkit untuk kembali ke kamarnya.
Namun, dia urungkan karena mencium bau harum dari arah dapur. Kemudian Ryo melangkahkan kakinya ke dapur.
Ryo melihat Jelita sedang memasak, dia memperhatikan Jelita yang belum menyadari keberadaannya, dia mendengar senandung Jelita dan tatapannya tidak lepas dari semua pergerakan dari gadis itu.
Pemuda itu berjalan mendekat pada Jelita.
"Masak apa?" tanya Ryo yang melongokan kepalanya dari belakang tubuh Jelita, wajahnya berada di samping wajah gadis itu.
"Eh?" Jelita terkejut dan segera menengok ke arah samping.
Cup
Bibir Jelita mengenai pipi Ryo, dia mencium pipi pemuda itu.
Ryo tertegun, dia seperti mendapatkan jackpot.
Jelita langsung mendorong wajah Ryo agar menjauh darinya, "Minggir!"
"Kamu sengaja menciumku, ya?" ucap Ryo yang sudah menjauh dari Jelita, "Dasar cupu yang mencuri kesempatan!"
Wajah Jelita memerah seketika, antara malu dan kesal, "Kamu yang sengaja mendekati aku!"
"Mendekati apa? Aku hanya ingin tahu kamu sedang memasak apa," kilah Ryo, dia mencoba menyangkal, padahal memang dirinya yang sengaja mendekati Jelita. Ryo memang sudah mabuk kepayang dengan wangi Jelita, dia sengaja mendekati Jelita hanya ingin mencium wangi si gadis.
Benar-benar mesum sekali Ryo, padahal berkali-kali dia menyangkal jika tidak mungkin tertarik dengan gadis cupu seperti Jelita.
"Aku sedang memasak omelette," jawab Jelita untuk keingintahuan pemuda itu, "Aku nggak mencuri kesempatan, itu nggak sengaja," sambung Jelita mencoba menjelaskan.
"Sengaja juga nggak apa-apa."
"A-apa?"
"Lupakan," tukas Ryo menyibakkan tangannya.
Jelita menatap aneh Ryo, "Baiklah."
Setelahnya Jelita melanjutkan acara memasaknya, sedangkan Ryo masih memperhatikan Jelita.
"Kenapa masih di sini? Kamu nggak mandi dan siap-siap untuk pergi ke kampus?" tanya Jelita dengan tangan yang memegang spatula untuk membalik telur.
"Nanti juga bersiap-siap," jawab Ryo sekenanya.
Ryo berjalan menuju kulkas dan mengambil susu kotak dari sana, dia langsung meminumnya.
"Semalam apa aku tidur berjalan menuju kamarmu?" tanya Ryo setelahnya.
"Ya."
"Apa..."
Jelita mengeryit karena perkataan Ryo yang menggantung itu.
"Apa kita tidur bersama?" lanjut Ryo.
Jelita terbatuk karena tersedak salivanya sendiri.
"Batuk Bu Haji?" tanya Ryo dengan watados.
Ingin sekali Jelita menggaplok wajah Ryo, tapi dia tahan. "Kita nggak tidur bersama, aku tidur di sofa," kata Jelita dengan mengabaikan pertanyaan konyol Ryo sebelumnya.
Ryo membulatkan bibirnya tanpa bersuara, dia jadi merasa sedikit kecewa.
"Sejak kapan kamu mengalami gangguan tidur berjalan?" tanya Jelita.
"Sejak aku kecanduan miras," jawab Ryo jujur.
Tebakan Jelita sangatlah tepat.
"Tenang saja aku akan mencoba berhenti, aku kan sudah berniat untuk menjadi lebih baik," sambung Ryo dengan meminum susu kotaknya lagi.
"Bagus kalau begitu," ucap Jelita. Dia cukup senang karena Ryo benaran ingin berubah.
"Jika aku tidur berjalan lagi sebaiknya bangunkan aku saja."
"Tapi bukankah nggak boleh membangunkan seseorang yang sedang tidur berjalan? Itu bisa mengakibatkan serangan jantung mendadak."
Ryo tertawa mendengarnya, "Itu hanya mitos. Orang yang tidur berjalan tidak apa-apa jika dibangungkan. Bangunkan saja aku supaya kembali ke kamarku sendiri."
"Ya, tuan muda," Jelita menurut.
"Hmm."
Kemudian Ryo pergi untuk ke kamarnya.
Siapa yang tahu jika perasaan ke duanya mulai tumbuh setelah obrolan singkat mereka di dapur.
**
Di gedung universitas, saat Ryo dan Jelita berjalan menuju kelas.
Ryo menghentikan langkahnya, dia menunggu Jelita agar berjalan di samping, tapi gadis itu justru ikut berhenti dan menjaga jarak 5 meter di belakang.
"Ck," Ryo berdecak dan berbalik, dia berjalan ke arah Jelita.
Jelita mengangkat satu alisnya bingung karena melihat Ryo yang mengikis jarang antara mereka.
"Ada apa, tuan muda?" tanya Jelita saat Ryo hanya berjarak satu langkah di hadapannya.
"Berjalanlah di sampingku, jangan jauh-jauh," ucap Ryo dengan nada memerintah.
"Tapi peraturannya kan aku harus menjaga jarak 5 meter," kata Jelita mencoba mengingatkan peraturan yang Ryo berikan.
"Bukankah peraturan itu sudah nggak berlaku?" tukas Ryo dengan memincingkan mata.
Jelita mengerutkan dahinya, "Sejak kapan sudah tidak berlaku?"
"Tentu saja sejak kemarin, bukankah kamu yang bilang sendiri? Kamu bahkan memukulku," jawab Ryo dengan ekspresi terlihat kesal.
Jelita kira Ryo akan tetap memberlakukan peraturan konyol yang pemuda itu buat sendiri, "Jadi kamu setuju untuk nggak memakai peraturan itu lagi?"
"Ya, lagi pula aku sudah bertekad untuk merubah diri dengan sungguh-sungguh. Aku membuat peraturan itu hanya untuk membuatmu berhenti menyuruhku berubah," jelas Ryo. Niat awalnya memang seperti itu.
Jelita mengangguk mengerti, "Baiklah."
"Baiklah apa?" tanya Ryo tidak paham.
"Kita nggak akan memakai peraturan itu lagi. Jika kamu masih bersifat menyimpang aku akan mengingatkan kamu dengan pukulan."
Wajah Ryo memucat, jadi menyesal dia mengatakan jika ingin menghapus peraturan itu, "Kamu ini tukang pukul, ya?"
"Bisa dibilang seperti itu," jawab Jelita santai.
"Aih, kamu adalah satu-satunya Bodyguard yang berani memukul majikan sendiri," ucap Ryo dengan merengut.
'Ya, karena aku bukanlah Bodyguard sembarangan,' jawab Jelita di dalam hati.
"Ada apa nih? Apa kalian sudah baikan?" tanya Gavin yang menyelip di tengah-tengah Ryo dan Jelita. "Kalian terlihat akrab sekali," lanjutnya dengan menatap Ryo dan Jelita bergantian.
"Kepo dah ah," kata Ryo pada Gavin.
Gavin mencebikkan bibir kesal, "Memang nggak boleh kepo?"
Ryo mengguyar rambut kebelakang, "Nasib orang ganteng ya gini, banyak yang kepo dengan urusan hidupku."
Gavin hanya speechless, dia belum terbiasa dengan sifat narsisme Ryo yang sudah akut itu, "Dasar sinting."
"Orang sinting mana ada yang seganteng aku," kilah Ryo semakin menjadi-jadi.
"Yuklah kita ke RSJ," ajak Gavin pada Ryo.
"Sialan, kamu saja yang ke RSJ," sengit Ryo.
"Kamu yang lebih perlu ke RSJ, Ryo," ucap Gavin tidak mau kalah.
Jelita menggelengkan kepala melihat pertengkaran konyol ke dua pemuda itu, benar-benar tidak ada faedahnya sekali.
_To Be Continued_
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 153 Episodes
Comments
Danu Al Ayubi
captian pemainnya dong Thor
2023-10-14
1
ciru
cakep
2023-07-31
0
Bzaa
makin menarik, aku syuka..
2022-08-05
0