"Kenapa pipi kamu?" tanya Ryo yang melihat pipi Jelita yang memerah.
"Di tampar," jawab Jelita apa adanya, dia sangat malas untuk menjelaskannya pada Ryo.
"Siapa yang menampar kamu?" tanya Ryo dengan menatap tidak suka pipi Jelita.
"Bukan urusanmu, tuan muda," kata Jelita menatap aneh Ryo. Kenapa juga pemuda itu perduli padanya?
"Ini sungguh membuatku kesal," kata Ryo dengan menggerakkan gigi gerahamnya. "Kemarilah," perintah Ryo pada Jelita yang berjarak 5 meter darinya.
Jelita pun menurut, dia melangkah mendekat pada Ryo.
Plak
Ryo menampar Jelita tepat di pipi yang terkena tamparan. Sudut bibir Jelita robek dibuatnya, darah mengalir dari sana.
"Ryo, apa yang kamu lakukan!?" seru Gavin yang menatap horor perilaku Ryo pada Jelita.
Kini mereka sedang berada di koridor kampus dan itu membuat semua orang menjadikan mereka tontonan.
Jelita hanya diam dengan wajah yang menengok ke samping karena tamparan Ryo, napasnya memburu dan wajahnya mengeras. Gadis itu ingin melawan Ryo tapi dia ingat dengan peraturan yang telah dia tandatangani.
"Sudah aku bilang, hanya akulah yang boleh menyakiti Bodyguard jelek ini," kata Ryo dengan nada dingin.
"Tapi nggak begitu caranya, Ryo," kata Gavin ingin meluruskan pikiran Ryo.
"Diamlah, Gavin," kata Ryo melirik Gavin tajam, dia tidak suka jika Gavin mencampuri urusannya.
"Ayo kita pulang," ajak Ryo pada Jelita setelahnya.
Sejak dulu memang Ryo selalu bertindak semaunya pada Bodyguard miliknya. Dia tidak segan-segan untuk memukul dan melontarkan kata-kata kasar.
**
Jam menunjukkan pukul 15.00. Mobil Porsche putih yang di kendarai Jelita dengan Ryo yang terduduk di sampingnya membelah jalan kota Jakarta yang cukup kondusif.
Mata amber yang tersembunyi di kacamata tebal Jelita melihat spion samping mobil. Terlihat jika ada mobil sedan hitam mengikuti.
"Ada yang mengikuti," ucap Jelita memecah keheningan di dalam mobil.
Ryo langsung melihat ke arah belakang dan benar apa yang dikatakan Jelita. Ini memang sudah biasa baginya, tidak di LA dan di Indonesia, pasti nyawanya ada saja yang mengancam.
"Lakukan sesuatu," perintah Ryo dengan mengencangkan sabuk pengamannya.
Jelita mengangguk, dia segera menaikkan kecepatan mobil. Beruntung jika mobil Porsche yang dia kendarai mempunyai kecepatan maksimal 295 km/jam dan dapat melaju cepat di jalanan yang licin.
Dor
Dor
Terdengar suara tembakan dari arah belakang.
PRANG
Kaca belakang mobil pecah karena tembakan itu.
Ryo menjadi pucat seketika. "Apa kita akan selamat?" tanya Ryo dengan meremas sabuk pengamannya kencang, dia sangat panik.
"Tenanglah," kata Jelita mencoba menenangkan pemuda itu. Dia sendiri terlihat menunjukkan ekspresi tenang.
BRAK
Sebuah mobil menabrak dari arah samping, mobil itu tiba-tiba datang. Ternyata ada dua mobil yang mengikuti mereka.
"Uwaaa!" teriak Ryo karena mobil itu menabrak tepat di sampingnya.
Jelita segera membanting setir agar mobil yang tengah dia kendarai tidak oleng.
BRAK
KRAK
Mobil itu di tabrak dari samping lagi, kaca pintu mobil di samping Ryo hampir pecah. Jika sekali lagi mendapatkan tabrakan pasti kaca itu akan pecah dan mengenai Ryo.
"Pindah," kata Jelita pada Ryo yang kini sudah panik sejadi-jadinya.
"Pindah ke mana?" tanya Ryo, pasalnya kursi belakang juga tidak mungkin aman karena ada mobil satunya yang masih mengikuti, kemungkinan besar Ryo akan tertembak jika pindah ke belakang.
"Ke pangkuanku," jawab Jelita.
"Apa?" kilah Ryo menatap tidak percaya Jelita. Bagaimana mungkin dia duduk dipangkuan seorang perempuan? Belum cukupkah Jelita menggendong dirinya tadi pagi?
"Cepatlah!" seru Jelita yang menambah kecepatan laju mobil saat mobil di sebelahnya ingin menabrak lagi.
Ryo pun akhirnya menurut, pemuda itu melepas sabuk pengamannya dan beranjak untuk duduk dipangkuan Jelita, duduk dengan kaki yang tertekuk dan mengurung Jelita, dia berhadapan dengan gadis itu.
Benar-benar posisi yang awkward.
'Aku nggak tahan dengan wanginya,' batin Ryo tanpa sadar menahan napas.
BRAK
PRANG
Satu tabrakan lagi tidak bisa Jelita hindari, dan benar saja kaca pintu mobil pecah. Jika Ryo masih duduk di situ sudah dipastikan pemuda itu akan tertusuk pecahan kaca.
Ryo yang kaget memejamkan matanya, dua tangannya refleks memegang tubuh bagian depan Jelita.
Jelita melotot seketika. "Apa yang kamu pegang? Sakit!" seru Jelita saat ke dua dad* miliknya yang dipegang oleh Ryo, belum lagi pemuda itu mencengkramnya dengan sangat kencang.
"Aku nggak sengaja," kata Ryo yang baru sadar akan perbuatannya. Dia langsung melepas cengramannya dan memegang kepala jok mobil.
"Hmm," gumam Jelita. Dia kembali fokus dengan menyetir. Ya, Ryo memang benar-benar tidak sengaja.
'Anjrit gede banget,' batin Ryo masih sempat-sempatnya memikirkan ukuran benda yang tadi dia pegang.
Ckitt
BRAK
Jelita menurunkan kecepatan mobil mendadak tepat ketika mobil di sebelahnya ingin menabrak lagi dan pada akhirnya mobil itu menabrak trotoar, dia dapat menghindar dengan mulus. Gadis itu segera membanting setir untuk menstabilkan kembali laju mobil.
Tubuhnya dan Ryo semakin menempel dibuatnya. Dada dan tubuh bagian bawah mereka berhimpitan dengan begitu ketat, wajah Ryo memerah seketika. Belum lagi Ryo yang merasakan dirinya tengah menegang.
'Si Otong bangun,' batin Ryo menangis di dalam hati. Bagaimana bisa dia terang-sang di saat genting seperti ini?
Jelita sendiri tidak menyadari akan hal itu.
Dor
Dor
Tembakan dari mobil belakang kembali menghujam. Jelita membuat laju mobil menjadi zig-zag untuk menghindari tembakan itu.
Sedangkan Ryo. Dia justru sedang menahan has-ratnya, dia tidak tahan saat tubuh bagian bawahnya yang sudah menegang bergesekan dengan tubuh Jelita.
"Oh **#*!"
"Kenapa? Kamu terluka?" tanya Jelita khawatir saat mendengar Ryo memaki dengan menggeram.
"Ng-nggak.." jawab Ryo berusaha menyembunyikan apa yang dia rasakan. Dia akan malu sendiri jika Jelita tahu apa yang sebetulnya dia rasa.
Ngiung... Ngiung... Ngiung
Suara sirine polisi terdengar seakan menyelamatkan mereka. Mobil yang tadi mengikuti mendadak menjauh.
"Cih, mereka takut dengan polisi," kata Jelita dengan berdecih, dia menatap remeh dari sepion samping.
"Ah, syukurlah..." ucap Ryo dengan menghela napas.
Jelita langsung menghentikan mobil saat seorang polisi menyuruhnya berhenti.
"Turun," kata Jelita pada Ryo yang masih betah duduk di pangkuannya, kakinya kesemutan karena pemuda itu.
"Ya," Ryo menurut dan turun setelah membuka pintu mobil. Jelita pun ikut turun.
Dua orang polisi menghampiri mereka.
"Kalian nggak apa-apa?" tanya polisi yang berkulit hitam.
"Nggak apa-apa," jawab Jelita apa adanya.
"Siapa yang mengejar kalian itu?" tanya polisi satunya.
Setelahnya Jelita dan Ryo dibawa ke kantor polisi untuk dimintai keterangan tentang aksi kejar-kejaran itu. Mereka hanya menurut.
_To Be Continued_
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 153 Episodes
Comments
Sandisalbiah
😂😂😂 apa kabar hati dan hasrat Ryo... pusing² deh itu kepala atas dan bawah.. 🤭🤭😂😂😂😂😂😂
2024-05-11
0
hìķàwäþî
waduh.. itu di jakarta?
2024-01-11
1
ciplut
hnya berharap semoga ryo bkn jdohnya jelita..
msak pipi sakit d tampar mlh d tampar lgi, org lain d hukum lah ni dbiarin
2023-11-13
0