Jelita keluar dari kamar mandi dengan handuk yang melilit pada tubuh moleknya, dia terpaksa mandi untuk membasuh kandungan kimia air kolam yang menempel di tubuhnya.
Gadis itu segera memakai setelan jas berwarna hitam, jika tidak sedang berada di kampus dia memang selalu memakai pakaian selayaknya Bodyguard. Setelahnya Jelita mulai memoles mukanya dan mencari kacamata cadangan di laci, dia memang sudah menyiapkan kacamata cadangan.
Tok... Tok... Tok
Bunyi pintu di ketuk mengalihkan atensi Jelita, untung saja dia sudah siap dengan penyamarannya.
Jelita segera membuka pintu, dia melihat Ryo yang terlihat rapi dengan balutan black suit dan kaus semi turtleneck yang melekat sempurna di tubuh proporsional pemuda itu.
"Ayo ikut aku," kata Ryo to the point.
Jelita menatap Ryo terheran-heran, "Mau ke mana?"
"Ikut saja, tugas Bodyguard hanya mengikuti majikan," jawab Ryo dan berbalik pergi.
Jelita segera mengikuti Ryo, "Kamu nggak akan ke Bar, bukan?"
"Tentu saja nggak, aku nggak akan pergi ke Bar lagi," sangkal Ryo dengan masih berjalan.
"Apa itu benar?" tanya Jelita masih tidak percaya.
"Ya, nggak percaya banget sih," jawab Ryo dengan merengut.
"Baiklah."
**
Langit-langit dramatis tinggi yang dipenuhi dengan lampu kristal yang sekilas terlihat seperti kupu-kupu. Menambah suasana nyaman dengan kursi beludru hijau dengan sandaran tangan tinggi. Itulah hal yang menyambut Jelita saat memasuki salah satu Restauran mewah.
Jelita mengikuti Ryo dari belakang, dia akan mengikuti Ryo kemanapun pemuda itu pergi kecuali ke Bar. Jelita mengira jika Ryo ingin bertemu teman di Restauran ini.
"Selamat siang, selamat datang di restoran kami," sapa seorang pelayan.
"Selamat siang, aku sudah membuat reservasi atas nama Ramaryo," ucap Ryo pada pelayan.
Pelayan mengantar Ryo dan Jelita pada meja yang sudah di pesan Ryo.
Ryo mendudukkan dirinya di kursi, dia memang sudah reservasi tempat untuk makan siang.
"Duduklah," perintah Ryo pada Jelita yang masih berdiri.
"Duduk? Bukankah kamu ingin makan siang bersama seseorang?" ucap Jelita yang tidak mengerti jalan pikiran Ryo.
"Tentu saja, aku akan makan siang bersamamu," jawab Ryo dengan mimik yang serius.
"Aku?" beo Jelita.
"Cepat duduk," perintah Ryo sekali lagi.
Pelayan datang dan membawa menu, "Silakan menunya."
"Pesanlah apa saja yang kamu mau," ucap Ryo pada Jelita.
"Ya."
Jelita merasa aneh sekali dengan sifat Ryo, pemuda itu seperti kerasukan mahkluk halus.
"Do you have any special?" tanya Ryo pada pelayan perempuan.
"Kami memiliki menu pasta dengan makanan laut dan saus terbuat dari stroberi. Dan juga chef kami membuatnya sendiri," jawab pelayan dengan tersenyum sopan.
Ryo mengangguk, "Aku akan memesan itu."
"Tunggu," tukas Jelita mencoba menghentikan Ryo untuk memesan menu itu.
"Kenapa?" tanya Ryo pada Jelita.
"Kamu alergi stroberi," ucap Jelita mencoba mengingatkan Ryo, dia memang sengaja mencari tahu tentang semua hal dari calon suaminya itu, karena itu Jelita tahu jika Ryo tidak bisa makan stroberi.
"Ah, aku lupa," kata Ryo yang menang benaran lupa.
Pada akhirnya Ryo tidak jadi memesan menu spesial yang ditawarkan pelayan. Dia memesan Baked Salmon dan Jelita memesan Risotto.
"Dari mana kamu tahu kalau aku alergi stroberi?" tanya Ryo sepeninggal pelayanan.
"Sebagai Bodyguard aku tahu semua tentang kamu, tuan muda. Apalagi aku yang memasak setiap hari untukmu," jawab Jelita tidak sepenuhnya berbohong.
"Ah, ya, memang harus seperti itu," ucap Ryo manggut-manggut.
"Terima kasih sudah mengingatkan aku," lanjut Ryo mengulum senyum.
"Sama-sama, tuan muda."
Tidak lama kemudian pelayan datang dengan membawa makanan yang mereka pesan.
Ryo memakan makanannya dengan tenang, sedangkan Jelita masih bingung dengan tindakan Ryo yang tiba-tiba mengajaknya makan siang bersama di Restoran mewah.
Ada apa dengan Ryo? Apa pemuda itu sedang menyogoknya? Atau ada niat terselubung lainnya?
Dipikiran Jelita banyak berputar spekulasi negatif.
"Apa kamu mau es krim?" tanya Ryo setelah mereka selesai makan.
"Aku mau," jawab Jelita dengan berbinar, dia memang sangat menyukai makanan beku yang lembut itu.
Ryo tersenyum melihat Jelita yang terlihat senang, dia tidak habis pikir jika Jelita yang hobi mukul itu ternyata menyukai es krim, "Rasa apa?"
"Coklat dan Vanila," ucap Jelita masih dengan ekspresi senangnya.
"Oke."
Ryo segara memanggil pelayan untuk memesan es krim, pelayan pun datang dan pergi kembali untuk menyiapkan es krim yang Jelita inginkan.
"Tuan muda."
"Hmm?"
"Kenapa kamu tiba-tiba bersifat baik padaku?" tanya Jelita pada akhirnya.
Ryo menggaruk belakang kepalanya yang tidak gatal, dia merasakan gugup seketika.
Jelita memperhatikan Ryo, tingkah gugup pemuda itu justru terlihat imut di matanya.
"Ini tanda maaf dariku," kata Ryo kemudian.
"Maaf untuk apa?" tanya Jelita masih bingung.
"Untuk kemarin dan tadi di kolam renang," jawab Ryo dengan memberanikan diri untuk menatap Jelita.
Jelita tertegun, dia sangat tidak menyangka jika Ryo yang memiliki gengsi yang sangat besar bisa meminta maaf.
"Aku tidak tahu cara meminta maaf yang benar, aku melakukan ini untuk memberitahu kamu jika aku tulus," sambung Ryo dengan sungguh-sungguh.
Jelita tersenyum, "Aku memaafkan kamu kok."
"Benarkah?"
"Ya."
Ryo tersenyum lebar setelahnya, ternyata meminta maaf bukan hal yang sulit. Sejak kemarin dia memang sudah mencari momen yang pas untuk meminta maaf, dia kesal karena Gavin sudah mencuri start meminta maaf duluan pada Jelita, karena itu dia melakukan hal ini untuk mengalahkan Gavin. Ryo ingin momennya lebih berkesan dari pada Gavin.
Ryo adalah pemuda berambisi yang tidak mau kalah.
Jelita menunduk, dia melihat tangannya yang berada di atas meja, tepatnya melihat plaster hati yang menempel pada buku jarinya. Dia bukannya tidak mengganti plaster yang kemarin, tapi Ryo memang memberikannya banyak.
Jantung Jelita berdetak tidak beraturan.
'Apa Ryo sudah mencuri hatiku dan menggantinya dengan plaster hati ini?'
**
Pukul 15.00, Jelita dan Ryo keluar dari Restoran.
Terlihat sekali jika keadaan hati Jelita sangatlah senang, dia berharap jika sifat menyebalkan Ryo tidak kambuh lagi setelah ini.
Ryo tersenyum melihat Jelita, dia melihat tangan kanan Jelita yang berada di samping tangannya, mereka memang sedang berjalan berdampingan.
Tangan Ryo bergerak untuk menggandeng tangan Jelita, tapi gerakannya terhenti saat mendengar bisik-bisik semua orang.
"Ceweknya jelek banget."
"Apa cowok itu pacarnya?"
"Ganteng banget sih cowoknya, tapi gandengannya kok buruk rupa."
"Jaman sekarang cinta nggak mandang fisik."
"Bullsh!t, pasti cewek itu kaya makannya cowok ganteng itu mau dengannya."
Ryo menghentikan langkahnya seketika.
Jelita yang menyadari langkah Ryo yang berhenti ikut berhenti, "Apa apa?"
"Kamu jalan duluan saja."
"Kamu saja yang duluan, biar aku jalan di belakang, aku kan yang Bodyguardnya."
"Ya."
Ryo mulai berjalan dan meninggalkan Jelita di belakangnya.
Sedangkan Jelita yang menatap punggung Ryo tersenyum miring, "Apa aku begitu memalukan baginya?"
_To Be Continued_
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 153 Episodes
Comments
Sandisalbiah
mulut manusia ini emang lebih sadis dr mesin penghancur
2024-05-12
0
ciru
cakeep.
2023-07-31
1
Bzaa
mungkin ryo menjaga perasaan jelita kali
2022-08-05
0