"Ayo...Rin makan baksonya..!" Ajak Rafa.
Karin pun menggambil mangkok baksonya.
Rafa yang memang merasa lapar memakan bakso agak cepat, seketika Karin tertawa.
"Ish...kenapa diketawain 'sih, emang ada yang lucu?" Rafa protes.
"Kamu tuh lapar apa doyan sih Raf, sampai belekotan gitu." Karin menunjukan mie yang ada di ujung bibir Rafa.
Rafa menyapu bibirnya kemudian terkekeh.
"Nih...gara gara kamu Rin..."Rafa melakukan pembelaan.
"Ih...ko gara gara aku sih, orang jelas jelas kamu yang makan ."
"Ia..aku kan kelaparan , soalnya belum makan dari tadi pagi terus pas istirahat tadi , es krim aku sama kamu di ambil." Ucapnya sambil memakan sisa baksonya.
"Ih...jadinya ga ikhlas dong!" Karin merenggut.
"Aku ganti deh..."Ucap Karin.
"Udah di ganti ko...ga usah khawatir" Rafa mengedipkan matanya
"Kapan...?"
"Ia Karin , es krimnya udah terganti sama senyuman kamu !"
"Ih...dasar kamu si paling bisa ..." Karin memalingkan mukanya karena malu.
Tiba tiba sebuah motor berhenti di depan kedai bakso itu, netra itu menyorot kedua insan yang lagi asyik saling menggoda.
Tangannya terkepal merasakan bara yang ada di hatinya.
Karin merasakan ada seseorang yang lagi memperhatikan dirinya dan Rafa. Dia melirik ke arah luar kedai, seketika...
"Deg..."hati Karin merasakan keresahan atas tatapannya itu.
"Adit...!" suaranya keluar sangat pelan sehingga Rafa pun tak mendengarnya.
Karin ...udah mengangkat tangannya , niat hatinya ingin menyapa tapi...Adit keburu berlalu.
"Adit yang menyadari kalau Karin tahu keberadaan nya cepat cepat pergi dari tempat itu, dia tak siap untuk bertegur sapa terlebih hatinya yang terasa mau meledak melihat Karin sedekat itu dengan seorang pria.
"Siapa pria itu yang telah berani menggantikan posisiku?" Guman Adit dalam hatinya .
Rafa yang tidak menyadari ekpresi Karin telah berubah tetap memakan baksonya, mungkin karena rasa laparnya dia menjadi tidak peka.
"Itu benar Adit 'kan? tapi kenapa dia malah pergi ketika aku mau sapa, apa mungkin dia ga mau kenal aku lagi." Karin bermonolog dalam hatinya.
"Ah...biarin aja ...bukan aku kan yang sombong." Pikir Karin.
Walaupun udah putus Karin tetap ingin menjalin silaturahmi sebagai teman, tadinya kenal baik baik berakhir 'pun harus baik baik, itu yang Karin pikir.
"Rin...abisin dong !" Rafa menyorot mangkok bakso Karin yang tinggal setengahnya.
"Eh..ia Raf..." Karin sambil memasukan suapan bakso ke mulutnya.
"Makannya jangan sambil melamun, lagian lamunin apa sih ?aku kan ada di depan kamu." Ucapan Rafa terdengar pede tingkat atas.
Karin hanya memanyunkan bibirnya.
"Rin..udah selesai ? pulang yu udah mendung!"
Rafa menyorot ke luar terlihat awan sudah mulai menghitam tanda hujan sebentar lagi akan turun.
"Udah..ko."
Setelah Rafa membayar baksonya , mereka bergegas pergi pulang, ga enak kalau sampai kehujanan.
Tiba di rumah Karin...hujan belum turun juga.
Setelah menurunkan Karin, Rafa pamit.
"Rin aku langsung pulang ya."
"Ga mampir Raf ?" Tawar Karin.
"Kapan kapan ya...!"
"Hati hati ya..." Ucap Karin.
Rafa cepat cepat memutar motornya niat hati ingin segera pulang takut terjebak hujan, eh Tuhan berkehendak lain , hujan turun ga pake aba aba langsung besar.
Karin yang melihat itu memanggil manggil Rafa.
"Raf...sini..!"
Akhirnya setelah memarkirkan motornya Rafa berlari ke teras rumah Karin.Baju Rafa udah setengahnya basah.
"Ih..kata aku juga mampir dulu , udah mendung gitu , 'kan jadi kehujanan basah deh baju nya." Karin memegang baju Rafa yang basah.
"Ia...Rin aku ga enak hati ,ibu ga lagi ada di rumah."
"Ih..kamu kan ada mbok Nah di rumah , kita ga berduaan kali." Karin menajamkan matanya.
"Hehe...takut Rin."
"Takut apa Rafa...?"
"Takut..khilaf." Rafa menundukkan kepalanya.
"Ih..kamu aneh aneh aja pikirannya."
"Ya udah nunggu hujannya diluar rumah aja , tapi ganti baju dulu kayanya baju kakak aku cukup." Karin meneliti postur tubuh Rafa.
"Ga usah Rin..."
"Ga ...usah ngeyel deh..nanti masuk angin. " Karin menunjukan perhatiannya ke Rafa.
Karin mendorong Rafa untuk masuk ke dalam rumah.
"Tunggu bentar ya...!" Karin berlalu mencari baju kakaknya yang pas digunakan Rafa.
Setelah mendapatkannya , dia memberikannya pada Rafa , terus menunjukan kamarnya agar Rafa ganti baju di sana.
Sementara Rafa mengganti baju , Karin membuat minuman hangat untuk Rafa.
Rafa mengganti baju nya dikamar Karin , setelah selesai mengganti baju dia berniat ingin keluar dari sana , tapi seketika dia melihat buku diary yang terbuka di sana.
Jiwa kepo nya Rafa keluar , dia ingin melihat tulisan yang ada didalamnya, tapi niatnya spontan dapat penolakan dari dalam hatinya. "Jangan Rafa...ini privasi nya Karin." Tegur hatinya sendiri.Sontak Rafa melangkah mundur dan segera keluar dari kamar Karin.
Karin yang sudah memegangi cangkir minuman hangat segera menghampiri Rafa dan mengajaknya ke teras rumah, tangannya terulur memberikan cangkir minuman itu.
"Alhamdulillah..makasih Rin."
Rafa yang mendapat perlakuan manis dari Karin merasakan hatinya makin ga karuan.
"Indah ya Rin.."Tuturnya penuh arti.
"Hah...indah apanya Raf...?" Karin yang tidak peka akan ucapan Rafa dia bertanya balik pada Rafa.
"Ga...lupain aja..." Ucapnya sambil tersenyum.
Hujan turun begitu deras sampai sore , Rafa terpaksa harus memberi tahu bundanya kalau dia terjebak hujan hingga dia pulangnya agak telat.
Suara Adzan berkumandang, Rafa sontak melirik Karin..
Karin yang kali ini peka , mengajak Rafa masuk ke dalam untuk solat ashar.
Seperti biasa Rafa dan Karin berjamaah bersama, kali ini ada yang berbeda mbok Nah di ajak gabung agar mereka ga berdua saja.
"Suara Rafa...!"
lagi lagi suara Rafa dalam melantunkan ayat ayat suci menjadi kesejukan yang membawa kekhusyuan dalam berjamaah mereka, tidak hanya Karin ,mbok Nah juga merasakannya.
Selesai solat mereka saling bersalaman.
'"Nak...Rafa pinter ya membaca Al Quran nya , mbok Nah sampai khusus sholatnya." Ucap mbok Nah memuji Rafa.
"Alhamdulillah, terimakasih lo mbok pujiannya."
"Bukan pujian atuh itu mah nak Rafa ,tapi fakta." Ucap mbok Nah.
"Eh..maaf mbok duluan ya ...masih ada yang mau dikerjakan." Ucap mbok Nah .
"Ia ...Mbok.."
Setelah Mbok Nah berlalu Rafa dan Karin malah saling tatap.
Seketika ada rasa canggung di hati keduanya.
"Rin...boleh bilang sesuatu ga...?"Rafa mendadak serius memandang Karin.
Karin yang mendapat tatapan tajam itu menundukkan pandangannya.
"Ada apa Raf...?" suara Karin sangat lirih.
Rafa mendadak ga bisa berbicara apa apa, niat hatinya ingin mengungkapkan perasaan, mendadak hilang entah kemana berganti dengan rasa hati yang berdebar sangat kuat.
"Maaf ...Rin ga jadi."Ucapnya sendu.
Karin yang sudah pede , kalau Rafa akan mengatakan perasaan nya menjadi gemes sendiri , melihat kelakuan dari orang yang dia suka.
"Ayolah...Rafa..katakan kamu 'kan laki laki.."Karin terus menanti nanti dalam hatinya.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 119 Episodes
Comments