Emosi Neta

Matahari menunjukan cahayanya. Hari ini hari yang sangat cerah sekali, seperti hal nya hari yang cerah , suasana hati Karin pun sangat ceria, dari bangun tidur sampai sekarang hendak berangkat sekolah dia terus bersenandung.

Ibu hanya bisa menggelengkan kepalanya sambil tersenyum melihat kelakuan putrinya itu.

"Assalamualaikum..." Sifa datang menjemput Karin, mereka mau berangkat sekolah bareng.

"Wa'alaikumsalam" jawab ibu dan Karin.

Setelah berpamitan mereka pergi ke sekolah, tiba si sekolah hari memang masih pagi, kelihatan dari sedikitnya siswa yang baru datang.

Karin dan Sifa sengaja lebih awal pergi ke sekolah karena hari ini mereka ada piket kelas.

Sambil membereskan kelas Karin terus bersenandung ria.

"Ehmmm....yang lagi kasmaran, lupa kali ada aku di sini." Sifa mendramatisir.

"Rin...kamu dianterin Rafa ya kemarin ?"

Pertanyaan Sifa menghentikan senandung Karin, dia melirik ke arah sahabatnya.

" Ko ...kamu tahu?"

"Ya...tahu 'lah, kemarin aku lihat, tadinya aku mau nyamperin , tapi cukup tahu diri juga aku, melihat kamu lagi seneng berdua, ga mau merusak suasana." Jawabnya asal.

"Siapa juga? Karin mengelaknya.

"Udah...Rin tembak aja !" Sifa panas panasin Karin.

"What...!" Karin tak menyangka ide gila itu muncul di pikiran sahabatnya.

"Iya Karin, kamu membuat cerita baru dalam hidupmu, rasakan sensasinya, gimana rasanya nembak cowok, jangan kamu aja yang sering ditembak, nanti kamu bakal tahu rasanya di tolak...hahaha."

Sifa tertawa tanpa rasa bersalah telah meledek Karin.

"Kamu benar Sifa, karena menahan rasa itu berat, apalagi dia ga peka," keluh Karin dalam hatinya.

"Gimana...gimana setuju 'kan dengan ide aku ?" Sifa menaik turunkan alisnya.

Karin mengerutkan keningnya.

"Tau...ah...kamu mah ngasih aku ide gila kaya gitu...apa coba nantinya pikir Rafa, dia itu beda Sifa, dia anak soleh !"

"Ya...justru karena dia beda, kamu bikin yang spesial." Sifa terus memberikan ide gilanya itu.

Karin terdiam sejenak, sepintas dalam benaknya.

"Apa...ia aku harus nembak dia duluan..?"

"Sifa kamu meracuni pikiranku. "Keluh Karin.

Jarum jam terus berputar menunjukan waktu terus bertambah.

Jam ini adalah jam pelajaran , Pak guru mata pelajaran sekarang sedang mengabsen murid muridnya.

"Muhamad gani al fatih !"pak guru memanggil nama Gani tapi ga ada sahutan di sana.

Karin melirik ke bangku nya Gani ,dia baru sadar kalau Gani hari ini ga masuk sekolah,di keterangan alfa.

Kening Karin berkerut, jangan jangan dia ga masuk karena kejadian waktu kemarin.

Angannya menerawang akan kejadian kemarin , Karin merasakan murungnya Gani waktu dia tinggalkan pergi kemarin.

Setelah selesai pelajaran Karin berinisiatif ingin menanyakan keadaan Gani pada sahabat dekatnya.

Karin menghampiri Temen deketnya Gani. Temen Gani yang menyadari Karin mendekat ke arahnya malah memalingkan mukanya, bahkan terlihat cuek sepertinya dia menahan rasa kesal kepada Karin.

"Mau nanya Gani ! masih perduli !"

Belum juga Karin bertanya Temen Gani sudah ngomong duluan dengan nada sinisnya.

Karin yang merasa ga enak hati langsung duduk di bangku sebelah Teman Gani.

"Dia..kenapa ga masuk ?"Tanya Karin.

"Patah hati !" Jawabnya asal.

Karin merasa kesal dengan tingkah Temen Gani itu, niat Karin yang ingin ngomong baik baik ternyata ga disambut baik.

Karin bangkit dari kursinya, dia berbalik ,ingin pergi dari sana , tapi belum juga Karin melangkah , tangannya di cekal oleh tangan Temen Gani, sontak Karin melirik , tapi belum juga Temen Gani berbicara Karin sudah bicara duluan.

"Bilang sama Gani, aku menunggu dia besok di sekolah !"

Karin menghempaskan tangannya yang dicekal Temen Gani , lalu pergi begitu saja.

Bel berbunyi tandanya jam istirahat sudah di mulai.

Sifa mengajak Karin ke kantin tapi Karin yang mood nya kurang baik karena kejadian tadi menolaknya dia udah males untuk ngapa-ngapain.

"Kamu aja Sif yang ke kantin, aku nitip beliin burger saja , nanti bawa kesini," intruksinya.Sifa 'pun berlalu ke kantin.

Tiba....tiba ada seseorang yang masuk ke kelas Karin...posisi Karin yang memang sendirian di kelas, memudahkan orang itu untuk menarik Karin kebelakang.

Karin di tarik mundur paksa ke belakang bangku yang paling ujung.

Netra nya menyala nyala menatap Karin.

"Brak...".tubuh Karin di dorong sampai kena ke dinding kelas.

"Aww..."Karin mengerang merasakan sakit di punggungnya.

Karin mencoba menetralkan rasa terkejutnya.

"Plak..." Tangan itu mengebrak meja yang ada di samping Karin.

"Neta..!" Suara Karin bergetar, baru kali ini Karin mendapatkan perlakuan sekasar ini.

Neta tersenyum sinis pada Karin.

Neta makin memojokkan Karin, Karin melangkah mundur ke belakang, sampai tubuhnya mentok ke dinding.

"Apa...apaan sih kamu Neta...?"Suara Karin masih bergetar.

Neta mencekal baju Karin.

"Heh...kamu sadar ga...apa yang sudah kamu lakukan pada hubungan aku dan Gani...?" Neta berbicara sangat emosi.

"Salah ...aku apa Net...?" Karin mencoba melepaskan cengkalan tangan Karin ke bajunya. Karin sudah mulai pulih dari rasa terkejutnya sekarang.

"Pura...pura lagi kamu, kamu tahu betul apa yang sudah kamu perbuat." Neta menunjuk nunjuk Karin .

"Kamu harusnya tanya dulu jangan main kasar kaya gini Neta !"Karin melepaskan cengkraman Neta dengan agak mendorong Neta.

"Haha...dasar kamu perempuan so cantik...so lembut, kamu tahu banget gara gara kamu aku dan Gani berantakan, gara gara kamu Gani menjauhi aku !" Teriak Neta dengan emosi.

Karin terdiam inilah yang dia takutkan dari awal, Neta akan salah paham padanya.

"Hey...kamu ga punya telinga ya...?"

"Net...kamu salah paham , aku dan Gani ga ada hubungan apa apa ." Suara Karin lirih mencoba agar Neta bisa tenang sedikit.

Karin melangkah ingin pergi dari sana, tapi tangan ya ditarik sama Neta, jarak seperdetik tangan Neta udah terangkat hendak menampar Karin.

Karin yang awas akan apa yang akan di lakukan Neta langsung mencengkram tangan Neta, kemudian Karin menghempaskan nya.

Sekarang Karin yang berbalik menyorot Neta.

"Hentikan Neta... ! kamu ga akan dapat apa apa dengan memperlakukan aku seperti ini, kalau kamu masih suka sama Gani rubah kelakuan kamu, biar Gani bisa menilai kalau kamu memang lebih baik dari aku."

"Satu hal yang harus kamu ingat , aku dan Gani ga ada hubungan yang lebih dari sekedar teman."

Suara Karin sangat mengintimidasi Neta.

Neta tidak terima dengan perlakuan dan ucapan Karin padanya.

Dia hendak menjambak Karin, tapi belum juga tangannya mengenai Karin , Karin sudah lebih dulu memelintir tangan Neta, sampai Neta terjatuh ke lantai.

"Awww..."Suara erangan itu keluar dari mulut Neta.

Karin berlalu meninggalkan Neta sendiri di kelasnya.

"Percuma ga ada gunanya meladeni orang yang lagi emosi, dijelasin seperti apapun tetap saja ga akan mengerti ."Pikirannya dalam hati.

Episodes
1 Pertemuan pertama
2 Bertemu bunda dan ka Al
3 Kesepakatan
4 Berkenalan
5 Penghianatan
6 Sifat asli Adit
7 cinta bukan fantasi
8 pesan ibu
9 Netra sendu
10 Perasaan Gani
11 Solat berjamaah
12 Pendekatan
13 Emosi Neta
14 Pulang bareng
15 Terjebak hujan
16 Karin nembak Rafa
17 Sweeet...!
18 Pingsannya Gani
19 Pajak jadian
20 Sisi lain Neta
21 Menjenguk nenek
22 Cemburunya Rafa
23 Memberi penjelasan
24 Bunda Adit
25 Janjian sama bunda Adit
26 Booster pagi
27 Grup belajar
28 Keresahan Bunda Adit
29 Kegalauan Karin
30 Lagi lagi Rafa
31 Sama sama belajar
32 Keputusan Karin
33 Kesalahan semalam.
34 Momen indah di sekolah
35 Ketakutan Rafa
36 Konsultasi pertama Adit
37 Penjelasan dari Psikiater'nya Adit
38 Kesalahan pahaman.
39 Rafa masuk rumah sakit .
40 Perubahan Rafa
41 Surat dari Rafa.
42 Berusaha untuk melupakan.
43 Menahan cemburu.
44 Keputusan besar Karin.
45 Konsul kedua Adit
46 Luapan emosi Karin.
47 "Nikahi Dini !"
48 Hari Ujian Sekolah
49 Kelulusan
50 Kesuksesan Karin.
51 Bertemu kembali.
52 Galau kembali
53 Berusaha menjelaskan
54 Memberi penjelsan
55 Salah Paham
56 Gagal bikin cemburu.
57 Kangen
58 Mau Menikah
59 Persiapan
60 Mengkhitbah
61 Rencana pernikahan.
62 Ijab Kobul
63 Hadiah pernikahan.
64 Ciuman pertama
65 Makan malam
66 Makan malam romantis
67 Penyerangan
68 Solat bersama.
69 Harus kerja.
70 Pasien Rafa.
71 Dalang penyerangan.
72 Makan Siang
73 Membuat Karin cemburu.
74 Aku dan Kamu adalah Kita.
75 Saling berbagi.
76 Masih saling berbagi
77 Naik Kuda
78 Balapan kuda
79 Cemburu 1
80 Merayu
81 Raina
82 Cemburunya Karin
83 Jaga jarak.
84 Galau Raina
85 Kesederhanaan Karin
86 Jati diri Raina
87 Keputusan Raina.
88 Menemui Tuan Atmaja.
89 Pertemuan Raina dan Tuan Atmaja.
90 Ketiduran
91 Episode 91
92 Episode 92
93 Episode 93
94 Eposide 94
95 Episode 95
96 Episode 96
97 Eposide 97
98 Episode 98
99 Eposide 99
100 Episode 100
101 Episode 101
102 Eposede 102
103 Episode 103
104 Episode 104
105 Episode 105
106 Episode 106
107 Episode 107
108 Episode 108
109 Episode 109
110 Episode 110
111 Episode 111
112 Episode 112
113 Episode 113
114 Episode 114
115 Episode 115
116 Episode 116
117 Episode 117
118 Episode 118
119 Episode 119
Episodes

Updated 119 Episodes

1
Pertemuan pertama
2
Bertemu bunda dan ka Al
3
Kesepakatan
4
Berkenalan
5
Penghianatan
6
Sifat asli Adit
7
cinta bukan fantasi
8
pesan ibu
9
Netra sendu
10
Perasaan Gani
11
Solat berjamaah
12
Pendekatan
13
Emosi Neta
14
Pulang bareng
15
Terjebak hujan
16
Karin nembak Rafa
17
Sweeet...!
18
Pingsannya Gani
19
Pajak jadian
20
Sisi lain Neta
21
Menjenguk nenek
22
Cemburunya Rafa
23
Memberi penjelasan
24
Bunda Adit
25
Janjian sama bunda Adit
26
Booster pagi
27
Grup belajar
28
Keresahan Bunda Adit
29
Kegalauan Karin
30
Lagi lagi Rafa
31
Sama sama belajar
32
Keputusan Karin
33
Kesalahan semalam.
34
Momen indah di sekolah
35
Ketakutan Rafa
36
Konsultasi pertama Adit
37
Penjelasan dari Psikiater'nya Adit
38
Kesalahan pahaman.
39
Rafa masuk rumah sakit .
40
Perubahan Rafa
41
Surat dari Rafa.
42
Berusaha untuk melupakan.
43
Menahan cemburu.
44
Keputusan besar Karin.
45
Konsul kedua Adit
46
Luapan emosi Karin.
47
"Nikahi Dini !"
48
Hari Ujian Sekolah
49
Kelulusan
50
Kesuksesan Karin.
51
Bertemu kembali.
52
Galau kembali
53
Berusaha menjelaskan
54
Memberi penjelsan
55
Salah Paham
56
Gagal bikin cemburu.
57
Kangen
58
Mau Menikah
59
Persiapan
60
Mengkhitbah
61
Rencana pernikahan.
62
Ijab Kobul
63
Hadiah pernikahan.
64
Ciuman pertama
65
Makan malam
66
Makan malam romantis
67
Penyerangan
68
Solat bersama.
69
Harus kerja.
70
Pasien Rafa.
71
Dalang penyerangan.
72
Makan Siang
73
Membuat Karin cemburu.
74
Aku dan Kamu adalah Kita.
75
Saling berbagi.
76
Masih saling berbagi
77
Naik Kuda
78
Balapan kuda
79
Cemburu 1
80
Merayu
81
Raina
82
Cemburunya Karin
83
Jaga jarak.
84
Galau Raina
85
Kesederhanaan Karin
86
Jati diri Raina
87
Keputusan Raina.
88
Menemui Tuan Atmaja.
89
Pertemuan Raina dan Tuan Atmaja.
90
Ketiduran
91
Episode 91
92
Episode 92
93
Episode 93
94
Eposide 94
95
Episode 95
96
Episode 96
97
Eposide 97
98
Episode 98
99
Eposide 99
100
Episode 100
101
Episode 101
102
Eposede 102
103
Episode 103
104
Episode 104
105
Episode 105
106
Episode 106
107
Episode 107
108
Episode 108
109
Episode 109
110
Episode 110
111
Episode 111
112
Episode 112
113
Episode 113
114
Episode 114
115
Episode 115
116
Episode 116
117
Episode 117
118
Episode 118
119
Episode 119

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!