Pertemuan

Dua minggu sudah Arin pindah, dia sudah banyak mengenal warga komplek ini. Arin juga aktif mengikuti arisan dan rapat jikalau di adakan.

Semua Arin lalui dengan suka cita, berkumpul dengan orang lain membuat Arin sedikit demi sedikit melupakan kesedihan di dalam hatinya.

Setelah sabtu kemarin ia datang ke acara pernikahan sang mantan suami, Arin menyadari jika ia sudah tak boleh lagi memiliki rasa cinta kepada lelaki bernama Faris Kusuma.

Kini lelaki itu sudah sah menyandang sebagai suami orang, Arin tak boleh memikirkannya lagi walau sulit bagai tertidur di atas tumpukan jarum.

Arin berusaha keras merelakan itu semua, ia harus memulai semua dari nol bersama dengan buah hati tercinta.

Arin pun mulai mencari kesibukan, setiap hari arin mengantar jemput Noval ke sekolah, mengecek motel miliknya yang menjadi bahan Arin mencari nafkah.

Kadang Arin merasa bosan, ia ingin bekerja. Namun jika demikian ia tak akan memiliki waktu banyak bersama dengan putra satu-satunya.

Arin bimbang, jika dulu ia masih berstatus sebagai seorang istri biasanya Arin akan membantu pekerjaan suaminya, apapun itu asalkan Arin mempunyai kegiatan.

Kini menjadi seorang janda Arin sungguh merasa kesepian.

"Bunda Noval udah siap, yuk berangkat" Noval datang menghampiri Arin dengan seragam sekolah yang sudah melekat rapi di tubuh anak lelaki itu.

"Oke, tunggu sebentar ya" Arin memasukkan kotak makanan ke dalam tas Noval kemudian barulah mereka keluar rumah.

Arin mengunci pintu rumah dengan rapat, barulah Arin bersiap memasuki mobil miliknya.

Tetapi, baru saja Arin hendak membuka pintu mobil tiba-tiba saja gerakannya terhenti ketika tanpa sengaja Arin mendengar suara tangisan yang berasal dari rumah tetangga di depan.

Tangisan itu semakin keras, Arin jadi penasaran apa yang sedang terjadi. Tidak biasanya seorang anak kecil menangis apalagi ini masih tergolong pagi.

"Bunda kok diem?" Tanya Noval saat melihat Arin tak kunjung memasuki mobil.

"Sebentar sayang, bunda penasaran itu siapa ya yang sedang menangis. Bunda mau liat dulu ya"

"Noval ikut bunda!"

Arin dan Noval pun lantas berjalan ke arah rumah tetangganya, karena rumah mereka yang berhadap-hadapan membuat suara tangisan itu terdengar sangat jelas.

Arin mengintip dari balik pagar, tatapannya langsung tertuju pada Meimei yang sedang mengamuk di gendongan seorang pria yang belum pernah Arin lihat.

Mungkinkah itu orang tua Meimei?

"Gak mau! Meimei gak mau ikut....!! Huwaaaaa...... "

"Meimei mau disini....! Meimei gak mau ikut papah...!! Huwaaaaaaa.... "

"Jangan seperti itu sayang, Meimei harus ikut papah disini enggak ada siapa-siapa" Bujuk lelaki tersebut.

"Gak mau.....!! Huwaaaaaa..... "

Jeritan Meimei semakin menjadi-jadi, Arin tak tega melihatnya! Dengan segera Arin menyapa pemilik rumah itu.

"Permisi.... "

Meimei dan pria itu menoleh bersamaan, Meimei masih menangis tak mempedulikan jika ada orang yang melihatnya.

"Maaf saya menganggu, saya tetangga depan kebetulan saya dengar meimei menangis dari tadi. Tumben sekali..." Ucap Arin basa-basi.

"Maaf sepertinya teriakan meimei menganggu aktivitas kalian" Ujar lelaki itu.

"Oh sama sekali enggak kok, saya justru kasihan mendengarnya. Ada apa ya? Tidak biasanya Meimei menangis" Tanya Arin penasaran.

"Ini... Meimei tidak mau ikut saya ke kantor, saya bingung apalagi pagi ini saya ada meeting penting. Biasanya dia mau ikut tapi sekarang tiba-tiba menolak" Jawab lelaki yang tak lain adalah Ayah kandung dari Meimei.

"Memangnya mbak Ayu nya kemana?"

"Sedang pulang kampung dari kemarin malam, katanya Ibunya sakit"

"Mau disini.....! Meimei gak mau ikut papah!!.... Huwaaaaaa..... Jangan kerjaaaaa...... " Meimei kembali berteriak, Arin juga kasihan melihat lelaki itu seperti sudah sangat bingung untuk membujuk Meimei.

"Emm.... Gimana kalau meimei ikut tante?" Seru Arin pada Meimei.

Seketika tangis Meimei sedikit mereda, ia pun memandang Arin heran.

"Meimei mau gak ikut tante anterin kak Noval ke sekolah? Kita naik mobil tante, nanti kita beli es krim lagi. Meimei mau kan?" Bujuk Arin mencoba membuat meimei tidak menangis.

Meimei diam seperti bingung, ia tak biasa bersama dengan orang lain jika mbak Ayu tidak ada. Ia akan selalu bersama Ayahnya ketika sang pengasuh sedang pulang kampung.

"Tidak perlu, mbak. Nanti malah jadi merepotkan kalian. Sebentar lagi Meimei pasti mau ikut saya" Ujarnya menolak karena tak enak hati.

"Sudah enggak apa-apa kok mas, Meimei mau kan ikut tante? Kalau Meimei ikut tante Meimei gak perlu ikut papah ke kantor, tuh lihat kak Noval udah nungguin Meimei" Tunjuk Arin pada Noval yang berdiri di sampingnya.

Bola mata Meimei berpindah ke arah seorang lelaki yang memakai baju seragam sekolah, bocah itu juga tersenyum kaku pada meimei.

"Gimana, Meimei mau ikut tante kan? Kita beli es krim di sekolah kak Noval nanti. Ada es krim stroberi lohh"

Mendengar tawaran Arin Meimei mulai merasa tergoda, terlebih ia sungguh tidak ingin ikut dengan sang papah di kantor yang akan membuat dirinya bosan menunggu sampai sore tiba.

Sampai akhirnya meimei mengangguk menerima tawaran Arin untuk ikut dengannya.

Melihat Meimei yang mengangguk Arin seketika tersenyum senang dan menyodorkan kedua tangannya guna menggendong gadis kecil itu.

"Anak pinter, yuk tante gendong"

Ayah dari Meimei pun mau tak mau membiarkan putrinya bersama wanita tersebut, ia terpaksa melakukannya karena Meimei tak mau ikut ke kantor disaat ia ada rapat penting pagi ini.

"Saya izin bawa Meimei pergi ya, mas" Ucap Arin.

"I-iya, maaf jadi merepotkan. Saya usaha pulang secepatnya hari ini, saya titip Meimei kalau begitu. Tolong jaga dia"

"Iya mas, tenang saja. Jangan terlalu cemas, kalau begitu kami pamit pergi duluan" Arin hendak membawa Meimei dan Noval ke mobil tapi suara lelaki itu menghentikan langkah nya.

"Tunggu sebentar...!"

Arin berbalik dan bertanya ada apa, "Iya mas, kenapa?"

Dia mengambil dompet dari saku celana dan mengambil selembar kertas kecil lalu memberikannya pada Arin.

"Ini kartu nama saya, ada nomor saya disana. Jika ada apa-apa hubungi saja nomor itu" Ujarnya memberitahu.

Arin menerima benda tersebut dan membaca tanda pengenal yang diberikan kepadanya.

"Sonny Ganiadi?" Gumam Arin membaca nama yang tertulis.

"Baiklah, jika ada apa-apa saya akan segera menghubungi mas Sonny. Ada lagi yang ingin disampaikan?"

"Iya, ini bekal untuk meimei jika dia ingin membeli sesuatu" Kata Pria bernama Sonny yang menyodorkan selembar uang kepada Arin.

"Sudah mas tidak perlu, nanti akan saya belikan jika Meimei ingin sesuatu. Simpan saja uang itu kembali"

"Tapi.... "

"Bunda kapan kita berangkat? Nanti Noval kesiangan" Sanggah Noval memotong pembicaraan kedua orang dewasa tersebut.

"Iya sayang, kita berangkat sekarang ya. Kami duluan mas, saya harus mengantar anak saya ke sekolah"

"Ah iya, silahkan"

"Dadah papah..... " Seru Meimei melambaikan tangannya sebelum ia masuk ke dalam mobil milik Arin.

"Bye sayang, hati-hati dan jangan nakal"

"Iya papah.... "

Setelah semuanya masuk ke dalam mobil, Arin lantas melajukan kendaraan beroda empat itu menjauh dari pekarangan perumahan.

Terpopuler

Comments

awesome moment

awesome moment

kasihan mei2. bosen dia di kantor

2025-04-02

0

Eny Hidayati

Eny Hidayati

anak kecil cepat bosan bila dibawa di tempat kerja.

2024-05-30

0

Em Mooney

Em Mooney

waduuhh... udah ketemu bpknya. kirain mau ad pov Faisal.smg Faisal nyesel udah ninggalin arin

2024-01-01

1

lihat semua
Episodes
1 Pindah Rumah
2 Suasana Baru
3 Es Krim
4 Kenyataan Pahit
5 Pertemuan
6 Seharian Bersama Meimei
7 Single Parents
8 Makan Malam Bersama
9 Ingin Bersama Arin
10 Makan Pizza
11 Dukungan Para Tetangga
12 Malam Minggu
13 Sulit Mengartikan
14 Bayangan Dibalik Tirai
15 Sepak Bola
16 VideoCall
17 Telepon
18 Ke Bogor
19 Gara-gara Hujan
20 Yakinkan Aku!
21 Mencobanya
22 Pernahkah?
23 Mie Instan
24 Sadar Diri
25 Berbelanja
26 Mencoba
27 Mainan Baru?
28 Pertemuan Malam
29 Gelenyar Aneh
30 Meimei Pulang
31 Rasa Tanggungjawab
32 Menginap
33 Dengan Orang Yang Berbeda
34 Terimakasih
35 Rekan Bisnis
36 Menunggu Pulang
37 Malam Kedua
38 Mencari Arin
39 Bunda
40 Tak Sendiri
41 Firasat Buruk
42 Membujuk Noval
43 Ditolak
44 Ke Kantor Sonny
45 Seharian Bersama Sonny
46 Maaf
47 Sonny Sakit
48 Diperhatikan
49 Sebuah Figura
50 Tak Terlihat Sakit
51 Terlalu Mendadak
52 Tangan Terbuka
53 Membicarakan
54 Mengunjungi Perusahaan
55 Di Kantor?
56 Dua Wanita
57 Seperti Disambar Petir
58 Digoda Ibu-ibu
59 Masih Terasa Sakit
60 Perkara Mata Sembab
61 Bunda Menikah Lagi?
62 Om Sonny Dan Bunda Menikah?
63 Rasa Sesal Arin
64 Ungkapan Sonny
65 Tak Bisa Berkata
66 Tetap Perhatian
67 Meski Tak Seperti Dulu
68 Rencana Yang Berantakan
69 Keceplosan
70 Menjadi Rival
71 Bukan Lagi Pahlawan
72 Iri Hati
73 Akhir Dari Liburan
74 Rumah Terakhir
75 Pada Akhirnya
76 Usai Di Sini
77 Meminta Dukungan
78 Rencana
79 Jujur
80 Pengakuan Cinta
81 Keputusan
82 Gerbang Pembuka
83 Pemilik Lama
84 Terimakasih
85 IKLAN
86 Karya Baru
87 My Perfect (Bad) Marriage
Episodes

Updated 87 Episodes

1
Pindah Rumah
2
Suasana Baru
3
Es Krim
4
Kenyataan Pahit
5
Pertemuan
6
Seharian Bersama Meimei
7
Single Parents
8
Makan Malam Bersama
9
Ingin Bersama Arin
10
Makan Pizza
11
Dukungan Para Tetangga
12
Malam Minggu
13
Sulit Mengartikan
14
Bayangan Dibalik Tirai
15
Sepak Bola
16
VideoCall
17
Telepon
18
Ke Bogor
19
Gara-gara Hujan
20
Yakinkan Aku!
21
Mencobanya
22
Pernahkah?
23
Mie Instan
24
Sadar Diri
25
Berbelanja
26
Mencoba
27
Mainan Baru?
28
Pertemuan Malam
29
Gelenyar Aneh
30
Meimei Pulang
31
Rasa Tanggungjawab
32
Menginap
33
Dengan Orang Yang Berbeda
34
Terimakasih
35
Rekan Bisnis
36
Menunggu Pulang
37
Malam Kedua
38
Mencari Arin
39
Bunda
40
Tak Sendiri
41
Firasat Buruk
42
Membujuk Noval
43
Ditolak
44
Ke Kantor Sonny
45
Seharian Bersama Sonny
46
Maaf
47
Sonny Sakit
48
Diperhatikan
49
Sebuah Figura
50
Tak Terlihat Sakit
51
Terlalu Mendadak
52
Tangan Terbuka
53
Membicarakan
54
Mengunjungi Perusahaan
55
Di Kantor?
56
Dua Wanita
57
Seperti Disambar Petir
58
Digoda Ibu-ibu
59
Masih Terasa Sakit
60
Perkara Mata Sembab
61
Bunda Menikah Lagi?
62
Om Sonny Dan Bunda Menikah?
63
Rasa Sesal Arin
64
Ungkapan Sonny
65
Tak Bisa Berkata
66
Tetap Perhatian
67
Meski Tak Seperti Dulu
68
Rencana Yang Berantakan
69
Keceplosan
70
Menjadi Rival
71
Bukan Lagi Pahlawan
72
Iri Hati
73
Akhir Dari Liburan
74
Rumah Terakhir
75
Pada Akhirnya
76
Usai Di Sini
77
Meminta Dukungan
78
Rencana
79
Jujur
80
Pengakuan Cinta
81
Keputusan
82
Gerbang Pembuka
83
Pemilik Lama
84
Terimakasih
85
IKLAN
86
Karya Baru
87
My Perfect (Bad) Marriage

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!