Es Krim

Arin mencoba mengalihkan arah pembicaraan, wajar memang jika orang baru menanyakan status Arin yang sudah mempunyai seorang anak, pasti mereka akan bertanya dimana suaminya.

Tetapi perlahan Arin mulai malas mengumumkan status jandanya, karena banyak dari mereka bertanya alasan Arin berpisah dengan mantan suami, membuat ia harus kembali mengingat kejadian dimasa lampau.

"Sudah gapapa mbak, ngomong-ngomong pada kemana orang rumah? Kelihatannya sepi ya" Tanya Arin memandang rumah yang berhadap-hadapan dengan rumahnya.

"Iya mbak, kebetulan Ayahnya adek sudah berangkat kerja katanya ada rapat penting. Jadi tinggal kami berdua" Imbuh mbak Ayu.

"Kalau Ibunya?"

"Ibunya si adek sudah meninggal, sejak melahirkan empat tahun yang lalu"

Deg!

Kini giliran Arin yang tercengang, terkejut ketika mendengar jika anak perempuan ini sudah ditinggal Ibunya sejak dilahirkan. Sungguh sangat menyedihkan!

Bola mata Arin menatap meimei dengan sorot mata sendu, ia saja sudah sangat sedih melihat nasib Noval yang ditinggal Ayahnya karena memilih bersama wanita lain.

Kini melihat meimei Arin sudah tidak bisa membayangkan bagaimana rasanya ditinggal seorang Ibu untuk selama-lamanya.

Namun wajah polos anak tersebut seolah menandakan bahwa ia baik-baik saja, mungkin meimei belum pernah merasakan kasih sayang seorang Ibu.

"Bibi bubur Meimei mana?" Rengek Meimei yang sudah sedari tadi menunggu pesanannya.

"Sebentar ya dek, bang pesanan saya sudah jadi?"

"Sudah mbak, ini... " Abang tukang bubur menyodorkan mangkuk plastik pada mbak Ayu.

"Bu, saya mau bawa adeknya ke taman dulu. Saya duluan ya"

Lamunan Arin buyar ketika mbak Ayu berbicara padanya, ia langsung mengangguk membiarkan perempuan dan anak kecil itu pergi.

"Iya mbak, silahkan... "

Tatapan Arin tak lepas dari Meimei yang sudah menjauh dari hadapannya, hatinya ikut sedih mendengar kenyataan yang dirasakan balita itu.

"Bu, ini pesanannya. Maaf menunggu lama"

"Oh ya, gapapa bang. Berapa semuanya?"

"Lima belas ribu, bu"

"Ini, ambil aja kembaliannya" Ujar Arin memberikan selembar uang dua puluh ribu.

"Eh! Makasih banyak bu" Ucap si abang senang.

Arin mengangguk dan kembali ke rumah.

***

"Bunda dari mana? Noval cari di kamar kok gak ada?" Seru Noval kala melihat Arin yang baru saja memasuki rumah.

"Eh! Anak bunda udah bangun??"

"Bunda darimana?" Tanya Noval sekali lagi.

"Bunda habis beli bubur di depan, kita sarapan bubur ya pagi ini"

Arin mengajak putra semata wayangnya duduk di meja makan, lalu membawakan dua mangkuk dan sendok untuk dirinya dan Noval kemudian menuangkan kedua bubur tersebut.

Noval langsung memakannya dengan lahap, sedangkan Arin terlebih dahulu mengambilkan minum untuk mereka.

"Bunda hari ini kita mau ngapain?" Seru Noval di sela-sela suapannya.

"Emm.... Gimana kalau kita ke main di taman komplek? Bunda sama Noval bisa kenalan sama tetangga-tetangga disini"

"Taman? Banyak anak kecil gak bun?"

"Banyak dong, tadi tetangga depan juga pergi ke sana"

"Ya udah deh, Noval mau!" Sahut Noval bersemangat.

"Kalau gitu habiskan dulu sarapannya terus mandi, setelah itu baru kita pergi ke taman"

"Iya, bunda"

***

Pukul sepuluh pagi Arin menyempatkan diri berjalan-jalan santai ke taman komplek yang berada di pertengahan perumahan ini.

Tidak enak rasanya jika hanya berdiam diri di rumah, ia juga harus menyapa tetangga barunya. Bagaimana pun harus ada yang Arin kenal disini.

Bersama dengan putra tercinta, Noval. Arin berjalan bergandengan dan menghampiri para Ibu-ibu yang juga membawa anak-anak mereka bermain.

"Permisi... Ibu-ibu sedang apa ini? Boleh saya gabung?" Kata Arin menyapa kerumunan para Ibu rumah tangga.

"Eh, mbak ini yang baru pindahan rumah kemarin ya?" Kata salah satu Ibu yang berbadan besar.

Arin mengangguk membenarkan pertanyaan beliau.

"Iya mbak, betul itu saya"

"Oalahhh.... Sini-sini mbak, kita ngobrol. Anak mbak biar main saja sama anak saya. Bentar saya panggil dulu" Ibu tersebut menyambut Arin dengan hangat bahkan menyuruh Noval untuk bermain dengan anaknya.

"ADITTTTTT........SINI!"

Tak lama seorang anak datang dengan terengah-engah sehabis bermain sepak bola.

"Ajak adek ini main, dia tetangga baru kita"

"Iya mah"

"Bunda, Noval main dulu sama teman-teman"

"Iya sayang, hati-hati ya" Kedua bocah itu pun akhirnya pergi bermain bersama dengan teman yang lainnya.

"Sini mbak, maaf lo kemarin kami belum sempat berkunjung"

"Iya, saya juga. Soalnya kemarin keliatan lagi sibuk jadi belum berani berkunjung" Sambung yang lain.

"Gapapa Ibu-ibu, saya sudah diajak bergabung juga sudah senang. Mungkin lain kali saya mau ajak Ibu-ibu komplek ini untuk makan-makan di rumah saya" Kata Arin yang langsung akrab dengan tetangga-tetangga barunya.

"Nah boleh banget tuh, mbak. Nanti saya kasih tau yang lainnya"

"Iya mbak, terimakasih banyak ya"

"Udah santai aja, Ngomong-ngomong namanya mbak siapa?" Ujar wanita berbadan besar itu.

"Nama saya Arindita, panggil aja Arin. Kalau mbak-mbak ini?"

"Perkenalkan nama saya Dewi, yang pakai baju biru itu namanya mbak Puspa, kalau yang pakai kacamata namanya mbak Sari, nah kalau yang imut krempeng itu namanya Indah" Tutur mbak Dewi menyebutkan semua teman-temannya.

"Salam kenal ya mbak Arin" Sahut semua.

"Salam kenal juga mbak, emm... Nanti boleh saya minta nomor HP nya?"

"Boleh dong mbak Arin, sekalian nanti saya masukin ke grup arisan. Mbak Arin mau ikut?" Balas mbak Sari menawarkan Arin.

"Boleh mbak, biar saya makin banyak kenalan" Ucap Arin menyetujui.

Kedatangan Arin membuat suasana semakin ramai, mereka banyak bertanya seputar tetangga barunya itu. Untunglah orang-orang di komplek ini sangat ramah, membuat Arin langsung merasakan kenyamanan meski baru satu hari tinggal.

Tak lama mbak Ayu datang lagi membawa Meimei yang dituntun berjalan bersamanya, terlihat sangat lucu dan menggemaskan dengan membawa boneka kecil.

"Eh ada Meimei, sini sayang sama mbak Dewi" Ternyata para Ibu komplek pun mengenal baik Meimei.

"Meimei cantik sekali hari ini, mau main ya" Tambah mbak Indah mendekati balita itu.

"Mau main sama kak Sasa" Ungkap Meimei dengan suara yang begitu imut.

"Aduh sayang kak Sasa nya masih sekolah, nanti siang baru pulang" Seru mbak Indah.

Seketika Meimei langsung menampilkan wajah masam, matanya sedikit berair seakan ingin menangis.

"Bibi, Meimei mau main sama kak Sasa!" Ucap Meimei mengadu.

"Kak Sasa nya masih sekolah dek, nanti kalau sudah pulang adek baru bisa main. Kita tunggu aja ya" Bujuk sang babysitter.

Tetapi meimei menggeleng-gelengkan kepala beberapa kali, "Mau main sekarang!"

"Main sama kak Adit aja gimana? Main bola mau?" Bujuk mbak Dewi.

Arin yang juga berada di sana merasa tak tega melihat Meimei, ia pun mendekat dan berjongkok di hadapan gadis kecil tersebut.

"Meimei ikut tante beli es krim yuk, mau gak? Meimei suka es krim kan?" Ajak Arin tiba-tiba.

Meimei tampak bingung dengan penawaran dari wanita asing di depannya, kaki kecilnya sesekali mundur kebelakang.

"Yuk, Meimei mau kan? Kata bibi Meimei suka es krim" Imbuh Arin yang sebenarnya hanya mengada-ngada.

Meimei diam sejenak untuk berpikir, sampai akhirnya ia pun mengeluarkan suara.

"Tapi Meimei pingin rasa stobeli"

"Boleh dong, yuk!" Arin lantas menuntun Meimei ke sebuah warung yang tak jauh dari sana, membelikan gadis kecil ini es krim yang dia inginkan.

...Meimei...

Mana Nih Like Dan Vote Nya? 🥺Biar Mamie Semangat Nulis🥳 Yuk Dukung Mamie Dengan Vote, Like dan Komentar sebanyak-banyaknya🥰

Mamie Tunggu😍

Terpopuler

Comments

awesome moment

awesome moment

visual mei2 bikin auto lope2

2025-04-02

0

Eny Hidayati

Eny Hidayati

Arin ...

2024-05-30

0

angel

angel

athor ganti dong sebutan bunda jd mama biar klop Ama sebutan opa oma ...kayanya lebih asyik pakai panggilan mama ..lebih masuk ke smua kalangan 🙏

2024-02-29

0

lihat semua
Episodes
1 Pindah Rumah
2 Suasana Baru
3 Es Krim
4 Kenyataan Pahit
5 Pertemuan
6 Seharian Bersama Meimei
7 Single Parents
8 Makan Malam Bersama
9 Ingin Bersama Arin
10 Makan Pizza
11 Dukungan Para Tetangga
12 Malam Minggu
13 Sulit Mengartikan
14 Bayangan Dibalik Tirai
15 Sepak Bola
16 VideoCall
17 Telepon
18 Ke Bogor
19 Gara-gara Hujan
20 Yakinkan Aku!
21 Mencobanya
22 Pernahkah?
23 Mie Instan
24 Sadar Diri
25 Berbelanja
26 Mencoba
27 Mainan Baru?
28 Pertemuan Malam
29 Gelenyar Aneh
30 Meimei Pulang
31 Rasa Tanggungjawab
32 Menginap
33 Dengan Orang Yang Berbeda
34 Terimakasih
35 Rekan Bisnis
36 Menunggu Pulang
37 Malam Kedua
38 Mencari Arin
39 Bunda
40 Tak Sendiri
41 Firasat Buruk
42 Membujuk Noval
43 Ditolak
44 Ke Kantor Sonny
45 Seharian Bersama Sonny
46 Maaf
47 Sonny Sakit
48 Diperhatikan
49 Sebuah Figura
50 Tak Terlihat Sakit
51 Terlalu Mendadak
52 Tangan Terbuka
53 Membicarakan
54 Mengunjungi Perusahaan
55 Di Kantor?
56 Dua Wanita
57 Seperti Disambar Petir
58 Digoda Ibu-ibu
59 Masih Terasa Sakit
60 Perkara Mata Sembab
61 Bunda Menikah Lagi?
62 Om Sonny Dan Bunda Menikah?
63 Rasa Sesal Arin
64 Ungkapan Sonny
65 Tak Bisa Berkata
66 Tetap Perhatian
67 Meski Tak Seperti Dulu
68 Rencana Yang Berantakan
69 Keceplosan
70 Menjadi Rival
71 Bukan Lagi Pahlawan
72 Iri Hati
73 Akhir Dari Liburan
74 Rumah Terakhir
75 Pada Akhirnya
76 Usai Di Sini
77 Meminta Dukungan
78 Rencana
79 Jujur
80 Pengakuan Cinta
81 Keputusan
82 Gerbang Pembuka
83 Pemilik Lama
84 Terimakasih
85 IKLAN
86 Karya Baru
87 My Perfect (Bad) Marriage
Episodes

Updated 87 Episodes

1
Pindah Rumah
2
Suasana Baru
3
Es Krim
4
Kenyataan Pahit
5
Pertemuan
6
Seharian Bersama Meimei
7
Single Parents
8
Makan Malam Bersama
9
Ingin Bersama Arin
10
Makan Pizza
11
Dukungan Para Tetangga
12
Malam Minggu
13
Sulit Mengartikan
14
Bayangan Dibalik Tirai
15
Sepak Bola
16
VideoCall
17
Telepon
18
Ke Bogor
19
Gara-gara Hujan
20
Yakinkan Aku!
21
Mencobanya
22
Pernahkah?
23
Mie Instan
24
Sadar Diri
25
Berbelanja
26
Mencoba
27
Mainan Baru?
28
Pertemuan Malam
29
Gelenyar Aneh
30
Meimei Pulang
31
Rasa Tanggungjawab
32
Menginap
33
Dengan Orang Yang Berbeda
34
Terimakasih
35
Rekan Bisnis
36
Menunggu Pulang
37
Malam Kedua
38
Mencari Arin
39
Bunda
40
Tak Sendiri
41
Firasat Buruk
42
Membujuk Noval
43
Ditolak
44
Ke Kantor Sonny
45
Seharian Bersama Sonny
46
Maaf
47
Sonny Sakit
48
Diperhatikan
49
Sebuah Figura
50
Tak Terlihat Sakit
51
Terlalu Mendadak
52
Tangan Terbuka
53
Membicarakan
54
Mengunjungi Perusahaan
55
Di Kantor?
56
Dua Wanita
57
Seperti Disambar Petir
58
Digoda Ibu-ibu
59
Masih Terasa Sakit
60
Perkara Mata Sembab
61
Bunda Menikah Lagi?
62
Om Sonny Dan Bunda Menikah?
63
Rasa Sesal Arin
64
Ungkapan Sonny
65
Tak Bisa Berkata
66
Tetap Perhatian
67
Meski Tak Seperti Dulu
68
Rencana Yang Berantakan
69
Keceplosan
70
Menjadi Rival
71
Bukan Lagi Pahlawan
72
Iri Hati
73
Akhir Dari Liburan
74
Rumah Terakhir
75
Pada Akhirnya
76
Usai Di Sini
77
Meminta Dukungan
78
Rencana
79
Jujur
80
Pengakuan Cinta
81
Keputusan
82
Gerbang Pembuka
83
Pemilik Lama
84
Terimakasih
85
IKLAN
86
Karya Baru
87
My Perfect (Bad) Marriage

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!